News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemberian Susu Selain ASI Sendiri Sebaiknya Berkonsultasi Kepada Dokter Spesialis Anak

Editor: Toni Bramantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam klinik konsultasi resmi pada situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Damayanti Syarif, Sp.A(K), Ph.D menegaskan, pemberian susu pada anak usia diatas 1 tahun, baik ASI ataupun susu lainnya pada si kecil tidak utama, karena hanya boleh diberikan maksimal 30 persen dari total kebutuhan kalori, dan 70 persen sisanya seharusnya berupa makanan padat.

Pemberian susu didalam konteks makanan anak usia Batita dan Balita adalah sebagai sumber kalsium dan sumber protein dengan asam amino esensial yang lengkap.

Berbagai pertanyaan yang sering ditanyakan orangtua kepada Dokter Anak adalah penggunaan susu kental manis pada anak. Pertimbangan orangtua memilih susu kental manis adalah harga yang relatif lebih murah, kemudian mudah disimpan dan tidak cepat basi dibandingkan dengan susu pertumbuhan anak.

Dr Damayanti menjelaskan, susu kental manis adalah susu yang dibuat dengan melalui proses evaporasi atau penguapan dan umumnya memiliki kandungan protein yang rendah.

Selain diuapkan, susu kental manis juga diberikan gula tambahan. Hal ini menyebabkan susu kental manis memiliki kadar protein rendah dan kadar gula yang tinggi. Kadar gula tambahan pada makanan untuk anak yang direkomendasikan oleh WHO tahun 2015 adalah kurang dari 10% total kebutuhan kalori.

"Susu kental manis sebaiknya tidak dikonsumsi oleh balita. Ayah Bunda harus pintar memilah dan harus terlebih dahulu melihat kandungan nutrisi setiap porsinya," jelas Dr Damyanti dilansir dari situs resmi IDAI di Jakarta, Jumat (23/2/2018).

Ia mencontohkan salah satu jenis susu kental manis yang dijual secara komersil menuliskan dalam satu takar porsi (4 sendok makan) memasok 130 kkal, dengan komposisi gula tambahan 19 gram dan protein 1 gram. Jika dikonversikan dalam kalori, 19 gram gula sama dengan 76 kkal.

Kandungan gula dalam 1 porsi susu kental manis tersebut lebih dari 50 persen total kalorinya, jauh melebihi nilai rekomendasi gula tambahan yang dikeluarkan oleh WHO.

Susu kental manis tidak boleh diberikan pada bayi dan anak, karena memiliki kadar gula yang tinggi, dan kadar protein yang rendah.

Pemberian susu yang direkomendasikan untuk bayi adalah ASI atau ASI donor yang telah terbukti aman atau susu formula bayi.

Sedangkan jika berusia di atas 1 tahun, selain ASI dapat mengonsumsi susu sapi yang sudah dipasteurisasi atau UHT atau susu formula pertumbuhan.

"Untuk pemberian susu selain ASI sendiri sebaiknya berkonsultasi kepada dokter spesialis anak," ujar Dr Damyanti.

Sementara itu dalam satu kesempatan, Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf pada dalam sebuah kesempatan juga menegaskan, misinformasi tentang produk makanan dan minuman oleh masyarakat turut berpengaruh pada asupan gizi anak. Seperti susu kental manis yang diberikan sebagai minuman untuk anak, yang akhirnya menyebabkan 3 balita di Kendari dan 1 di Batam dirawat di RS dengan diagnosis gizi buruk.

"Masyarakat tidak paham mana yang boleh diberikan untuk anak dan mana yang tidak boleh. Gizi buruk dan stunting menjadi persoalan serius di Indonesia," ujarnya.

Menurut Dede, sosialisasi ini tidak hanya dibebankan kepada pemerintah, namun juga menjadi tanggung jawab produsen, terutama makanan dan minuman kemasan yang banyak dikonsumsi anak. Edukasi ini tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, namun juga seharusya produsen ikut berperan mengedukasi pembeli.

“Semestinya, produsen diberikan amanat oleh pemerintah untuk mencantumkan informasi produk dengan sangat detail pada label, mulai dari digunakan untuk apa, batas usia penggunaan, bahkan kalau perlu akibat-akibat yang ditimbulkan bila tidak digunakan sebagaimana mestinya. Artinya, pembeli pun mengerti bahwa produk tersebut tidak boleh untuk anak,” jelas Dede.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini