TRIBUNNEWS.COM - Beberapa waktu lalu, penyanyi sekaligus dokter bedah plastik, Tompi, membagikan bahaya dari penggunaan filler dan tanam benang pada hidung melalui akun instagram pribadinya.
Dalam unggahannya tersebut, Tompi menegaskan bahwa penggunaan filler dan tanam benang tidak cocok jika ditempatkan di hidung dengan tujuan meninggikannya.
Ia menegaskan bahwa penggunaan filler yang terlalu banyak dan tanam benang dapat membuat hidung semakin lebar dan bahkan pesek.
"Dont do this to your nose! Hidung yang terlanjur di filler super banyak dan di benang gak karuan justru membuat bentuk hidung makin besar melebar.
Please dont! Penggunaan benang dan filler untuk memancungkan hidung sering kali justru berujung masalah," ujar Tompi dalam keterangan unggahan tersebut.
Tompi mengaku was-was karena banyaknya kasus penyalahgunaan filler dan benang yang datang setiap hari.
Baca: Beda Banget! Lihat Wajah Angel Lelga Tampil Saat Polos Begini Tanpa Riasan
Ia mengaku setidaknya bisa menerima sekitar 15-20 kasus permasalahan penggunaan filler dan benang pada praktik estetika.
Karena banyak kasus yang datang, Tompi merasa waswas. Dalam satu bulan, ia bisa menerima kasus dengan permasalahan benang atau filler yang misused atau salah penggunaan.
"Saya pribadi bisa terima sekitar 15-20 kasus perbulan. Itu hanya saya, belum lagi dokter bedah plastik lainnya.
Padahal tidak ada jurnal yang menjelaskan praktik penggunaan filler dan benang dengan tujuan meninggikan hidung.
Secara keilmuan, base on medical jurnal. Tidak ada jurnal yang menjelaskan tentang penggunaan filler atau benang untuk meninggikan hidung," ungkap Tompi.
Meski begitu Tompi menggaris bawahi bahwa penggunaan filler dan benang dalam dunia kesehatan bukan sesuatu yang terlarang.
"Secara medis (penggunaan filler dan benang) ada. Hanya saja kerap salah penggunaannya," ujarnya.
Tompi menjelaskan bahwa filler terminologi umum yakni pengisi.
Filler memang bisa digunakan di bagian wajah tetapi hanya untuk kasus-kasus tertentu.
"Filler hanya untuk mengisi bagian yang kosong bukan untuk meninggikan. Misalnya jika di hidung ada yang bolong atau patah sedikit.
Ibarat ada jalan yang bolong, nah bisa ditambal dengan itu. Tapi kalau mau bikin polisi tidur jangan pakai filler," jelas Tompi.
Namun sayangnya, pengertian dan penempatan penggunaan filler maupun benang ini keliru dan menjadi tidak tepat.
Untuk itu, Tompi bersama Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik (PERAPI) mengimbau masyarakat agar tidak menggunakan filler atau benang untuk hidung. Termasuk pula payudara dan bokong.
"Kenapa PERAPI merasa perlu membuat statement, karena memang akhir-akhir ini kita sering menerima kasus rujukan atau kasus pasien yang tidak kembali ke pelaku sebelumnya.
Akhirnya mereka mencari bantuan ke dokter bedah plastik. Padahal seharusnya seseorang bisa dapat penanganan yang baik sejak awal, bukan koreksi.
Jangan ketemu kita waktu koreksi. Ketemu sejak awal harusnya," jelas Tompi dalam acara konferensi pers PERAPI mengenai penggunaan filler dan benang, di Hotel Shangrila, Jakarta Pusat, Sabtu (10/3/2018). (*)