TRIBUNNEWS.COM - Alkisah dalam mitologi ajaran agama Hindu, mengisahkan tentang rahasia Dewi Saci dalam menjaga kasih dan cinta sang raja kahyangan, Dewa Indra.
Rahasia bernama Aji Dyah Indah Suksma itu terletak pada kecantikan paras wajah dan tubuh, juga keperawanan Dewi Saci yang selalu terjaga selama-lamanya.
Rahasia Dewi Saci menjaga kecantikannya tersebut tercatat dalam Lontar Tattwa. Sebuah teks berisi ajaran turun-temurun kebudayaan Bali beratus tahun silam, yang diarsipkan dalam geguratan di atas daun lontar.
Hingga kini, teks kuno beraksara Bali itu tetap terjaga rapi di Perpustakaan Pusat Kajian Lontar, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana.
Dari total 939 cakep lontar yang ada disana meliputi naskah kuno dari berbagai bidang. Satu di antaranya terdapat naskah berisikan ajaran perawatan kecantikan wanita.
Mulai dari perawatan paras wajah, anggota tubuh hingga merawat organ intim wanita. Nama lontar tattwa ini disebut Indrani Sastra.
Dalam naskah lontar Indrani Sastra, diresepkan ramuan tradisional untuk wanita yang sudah tidak perawan. Namun, berasa seperti menjadi kembali perawan.
Ramuan herbal itu ada dalam tiga macam sarana, yaitu sarana krim, bubuk dan minyak yang dioleskan pada bagian tengah kelamin wanita.
“Sarana obat krim dibuat dari inggu, merica, kulit pohon kepundung putih, sidhawayah, panggal buaya, lalu dicampur dengan kelopak jantung pisang. Setelah semua tercampur, digoreng sangrai dan di haluskan hingga menjadi bubuk. Setelah itu baru ditetesi dengan minyak wijen. Ada juga yang pakai bahan campuran bunga teratai merah dan air susu kambing,” terang penerjemah teks lontar Perpustakaan Unud, Putu Widhi Kurniawan, saat ditemui Tribun Bali, Kamis (29/3/2018).
Untuk sarana obat minyak, digunakan bahan dari prihanggu, ingu, siamaka, watutwan, rodra, jirek, sri wistam, bunga sidhawayah, maduka, kayu manis, tripala, jahe, pala, kamaloko, termelia arjuna (pohon arjuna), dewandaru, adumbara, ara, madu, tunas dalima, cempaka, panggal buaya.
"Kesemua bahan ini lalu digoreng dengan minyak. Untuk sarana ini bisa digunakan dengan cara diminum atau dioleskan," simpulnya.
Sementara untuk sarana obat bubuk, dibuat menggunakan kulit jambu biji, akar tumbuhan karuk, garam, minyak wijen. Semua dilumatkan menjadi satu ditambah madu dan panggal buaya.
Dalam naskah lontar tersebut, juga dijelaskan resep ramuan tradisional herbal yang bisa diperoleh dari tanaman di sekitar dan bisa diolah menjadi obat lulur, bedak, salep, shampo dan lain-lain untuk dipakai merawat setiap anggota tubuh mulai ujung rambut hingga pangkal kaki.
Sebagai warisan kebudayaan, resep ajaran perawatan kecantikan ini sangat penting. Namun pelestarian tattwa dengan memanfaatkan khasiat tanaman herbal ini terkendala oleh populasi tanaman itu sendiri.
"Bahan-bahan ramuan yang tertulis di lontar ini semakin jarang kita jumpai. Meski begitu, hingga kini masih ada sejumlah individu dan penekun tanaman herbal tetap mengupayakan mencarikan alternatif bahan pengganti," ujarnya.
Meski sistem pengobatan modern juga merambah di bidang medis, tidak lekas membuat warisan resep kuno ini dimakan zaman.
Sejumlah perusahaan kosmetik besar berskala nasional kini telah beralih kepada resep ramuan Indrani Tattwa.
"Mereka sudah banyak baca dan menerapkan aplikasinya secara nyata. Mulai dari Martha Tilaar, Sari Ayu dan lain-lain, mereka sudah pakai resep ini. Termasuk di layanan pijat dan terapi spa di Bali. Mereka mulai beralih pakai ramuan herbal, tidak lagi pakai lotion," yakinnya.
Kecantikan Batin
Tak hanya soal perawatan fisik, Indrani Sastra juga mengajarkan konsep kecantikan batin (inner beauty). Ajaran ini bisa diaplikasikan melalui bentuk penghormatan wanita terhadap setiap dewa-dewi yang berstana dalam tubuhnya.
Terdapat 38 dewi yang berstana, contohnya seperti Dewi Siti Sundari di telapak kedua kaki atau Dewi Saraswati yang berstana di lidah.
"Dewi Saraswati mengajarkan wanita cantik tetap harus mempunyai laku kata berlandaskan pengetahuan dan tutur kata yang sopan dan halus," jelas pria kelahiran Gianyar ini.
Hal inilah yang dipercaya menjadi rahasia kecantikan dan eksotisme wanita Bali secara turun-temurun sejak dulu hingga kini.
"Jadi bisa dikatakan dengan menghormati dewa-dewi di seluruh anggota tubuh, kita akan tampak lebih hidup. Setiap syaraf dan anggota tubuh yang dijaga tiap dewa-dewi terus menjiwai keseharian kita," tuturnya.
Apabila perempuan itu telah benar-benar dewasa dan dikatakan siap lahir batin, maka ia akan diperbolehkan mempelajari Aji Dyah Indah Suksma.
Menurut Widhi, adanya teks ini sangat membuka kesempatan bagi wanita untuk mengeksplorasi dirinya.
"Bukan justru sebaliknya. Pesan tersirat dari teks ini bahwa wanita disarankan mengutamakan perawatan diri, sebagai bentuk eksplorasi tubuh mereka sendiri. Meskipun mereka sudah menikah dan punya anak, tetap tampil cantik," demikian simpul Widhi.(moch ulul azmy)
Berita ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul "Aji Dyah Indah Suksma, Resep Rahasia Kecantikan Wanita Bali Kuno Agar Kembali Perawan"