TRIBUNNEWS.COM, DEN HAAG - Delapan perancang mode Indonesia, yang tergabung dalam Pelangi Wastra Indonesia, tampil memukau di hadapan publik Belanda, dalam sebuah fashion show bertajuk “The Modest Heritage of Indonesia”.
Acara yang digelar di Museon, Den Haag, pada Jumat, 7 Desember 2018, ini diprakarsai oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag bekerjasama dengan Pelangi Wastra Indonesia, Sparks Fashion Academy dan didukung oleh Garuda Indonesia serta perancang perhiasan Baroqco dan Ferlin Yoswara (Fyne Jewelry dan SAARAA).
Menurut Renata Siagian, Minister Counsellor Pensosbud KBRI Den Haag, Belanda punya kedekatan sejarah dengan Indonesia. Ada 1,7 juta diaspora Indonesia di Belanda. Jadi kerap kali masyarakat umum Belanda merasa sudah mengenal Indonesia. Padahal yang mereka kenal adalah Indonesia menurut cerita kakek nenek, orang tua dan buku sejarah mereka. Atau dari berita-berita yang kerap juga bias. Bukan Indonesia masa kinin yang sebenarnya.
"Peragaan busana kali ini juga hanya sebagian kecil dari Indonesia. Tetapi dengan membuat program promosi yang menyentuh lebih banyak indera, tentunya diharapkan hal tersebut bisa lebih melekat di hati dan pikiran masyarakat Belanda," tutur Renata.
Kedelapan perancang mode yang tampil pada fashion show adalah Leny Rafael, yang fokus merancang busana tenun Badui, Adelina Willy Suryani dengan sutra Garut, Rizki Permatasari dengan kain khas Sumba, Dwi Lestari Kartika dengan batik Bekasi, Gita Orlin dengan batik Trenggalek, Melisa A. Bermara dengan karya-karya yang terinspirasi oleh burung Enggang khas Kalimantan, Lala Gozali dengan kain lurik Jawa, dan Putri Permana dengan tas Jepara.
Koordinator Pelangi Wastra Indonesia, Leny Rafael menambahkan, "The Modest Heritage of Indonesia" diselenggarakan dengan tujuan untuk mempromosikan kekayaan dan keragaman budaya Indonesia lewat kain-kain tradisional Indonesia.
"Ini tak hanya kesempatan emas buat Pelangi Wastra Indonesia tampil di Belanda, namun kami lebih membawa misi budaya, yakni memperkenalkan kekayaan Wastra Indonesia ke mancanegara. Tak hanya itu, secara tak langsung kami juga turut memperkenalkan keindahan dan pariwisata Indonesia ke masyarakat Belanda," kata Leny Rafael.
Acara yang berlangsung mulai pukul 16.00 hingga 22.00, dimulai dengan talkshow bertajuk Wastra Indonesia, Timeless Sources of Inspiration, dipandu oleh Yetty Haning dari Centre for Culture and Development Belanda (CCD-NL). Salah satu program CCD-NL untuk tahun 2019 adalah “Binding with Ikat” dengan mengirimkan 3 (tiga) orang desainer Belanda ke Kupang untuk bekerja sama dengan para pengrajin dari Provinsi Nusa Tenggara Timur, mendalami teknik maupun desain tenun ikat.
Usai talkshow, acara dilanjutkan dengan peragaan mode. Tampil pada sesi pertama: Leny Rafael, disusul oleh Dwi Lestari Kartika dan Putri Permana. Usai penampilan pertama, peragaan mode dilanjutkan dengan penampilan karya-karya Rizki Permatasari, Lala Gozali, Adelina Willy Suryani, Melisa Bermara, dan Gita Orlin. Sebagai penutup rangkaian acara The Modest Heritage of Indonesia.
Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja, menyampaikan terima kasih atas kehadiran para tamu, serta memberikan apreasiasi kepada pihak-pihak yang telah berpartisipasi untuk menyukseskan acara ini, di antaranya, semua perancang mode yang tergabung dalam Pelangi Wastra Indonesia, Garuda Indonesia, Center for Culture and Development – Netherlands, Ferlin Yoswara Fyne Jewelry, dan Baroqco.
“Indonesia terdiri atas ribuan pulau dan ratusan suku bangsa dengan latar belakang etnis, bahasa, dan budaya yang berbeda-beda, termasuk tekstil uniknya yang sudah dikenal dunia, seperti batik. Lewat fashion show ini, saya berharap Anda semua mendapat gambaran tentang Indonesia dengan kekayaan budaya, serta gambaran tentang industri kreatif yang makin berkembang di Indonesia.” kata Duta Besar Wesaka Puja.
Dubes Puja juga berharap kegiatan ini dapat meningkatkan hubungan masyarakat kedua negara dan menyambut gembira prakarsa CCD-NL dengan program pengiriman desainer Belanda ke NTT. (*)