Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Momen perayaan Tahun Baru Imlek memang selalu ditunggu masyarakat khususnya mereka yang merupakan keturunan Tionghoa di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Beragam pernak-pernik serta tradisi pun dimunculkan dalam perayaan tersebut.
Satu diantaranya adalah penggunaan jeruk bali atau pomelo sebagai salah satu buah yang dihadirkan di atas meja di seluruh wihara.
Jeruk bali yang digunakan biasanya masih terdapat daun dan tangkai yang menempel serta disajikan sepasang, artinya ada dua buah jeruk bali yang dipersiapkan di atas meja.
Menurut kepercayaan dan budaya Tionghoa, dalah bahasa Mandarinnya jenis jeruk satu ini disebut Youzi yang memiiliki makna you atau 'perlindungan'.
Sebenarnya di tempat asalnya, jeruk ini biasa digunakan pada Tiongciu Pia, karena saat itu buah yang memiliki kulit tebal ini memang tengah berbuah, namun di Indonesia tentunya berbeda.
Jeruk ini memiliki makna lain sebagai 'persatuan dan berkumpulnya keluarga', hal itu karena dilihat dari bentuk buahnya yang besar.
Tribunnews pun sempat menanyakan kepada sejumlah pedagang yang berjualan jeruk bali ini secara 'musiman'.
Luki, seorang pedagang jeruk bali di Pasar Petak 9, Glodok, Jakarta Barat, Senin (4/2/2019) mengatakan bahwa syarat jeruk yang dijual adalah masih mentah.
Baca: Juragan Keripik Tewas Setelah Dihantam Cangkul 5 Kali Oleh Pria Berondong, Ini Kronologinya
Karena jeruk itu hanya sebagai bagian dari tradisi dan tidak untuk dikonsumsi.
"Biasanya yang muda, jadi masih keras kan itu dan nggak untuk dimakan," kata Luki.
Ia kemudian menambahkan, jeruk tersebut baisanya dibeli dua atau selalu berpasangan.
Karena itulah terkadang banyak pedagang yang memetik buah tersebut tidak memutus tangkai buah.
Daun dan tangkai ini memang selalu terlihat pada tiap jeruk bali yang dijual khusus untuk perayaan imlek.
"Kalau beli, mereka selalu belinya dua, dan ini juga sengaja tangkai dan daunnya masih ada," jelas Luki.
Harga yang ia terapkan untuk sepasang jeruk bali itu biasanya Rp 50.000, namun jika hingga sore hari buah tersebut masih belum laku maka ia akan 'membanting' harga.
"Ya Rp 50 ribu sepasang ini tapi kalau nggak habis jualan saya, saya turunin harganya, mungkin bisa Rp 35 ribuan," tandas Luki.
Perlu diketahui pada hari ini, Selasa, 5 Februari 2019, masyarakat keturunan Tionghoa menyambut Tahun Baru Babi di seluruh dunia.
Perayaan pun akan berlangsung hingga 19 Februari mendatang, yang dinamakan Hari Festival Lentera.