TRIBUNNEWS.COM - Kerap mengatakan jangan pada anak? Mulai sekarang pikirkan untuk tidak terlalu murah mengatakannya, karena akan pengaruhi tumbuh kembangnya.
Ya, kata-kata ‘jangan’ ini jangan itu, jadi terucap begitu saja dari mulut orangtua terutama ibu.
Orangtua tentu akan merasa khawatir ketika anaknya mencoba hal yang berpotensi menimbulkan hal yang membuat anak terluka menjadi penyebab keluar kata jangan dari mulut ibu.
Padahal, kata jangan ini dan itu lebih baik tidak terlalu ‘murah’ dikeluarkan.
Kebanyakan mengucapkan kata jangan, akan membuat anak tumbuh menjadi tidak percaya diri, takut, dan tidak punya inisiatif.
“Ketika bermain, jangan menjadi orangtua yang overprotective, yang apa-apa dilarang. Anak akan tumbuh menjadi tidak percaya diri, takut, dan tidak punya inisiatif. Kata-kata negatif seperti jangan, sebaiknya dihindari. Lebih baik alihkan perhatiannya,” saran dr Alinda Rubiati SpA(K) saat menjadi pembicara di Talkshow Tumbuh Kembang Optimal Untuk Generasi Berkualitas’ dari RSIA Kemang Medical Care, di Ballroom Hotel JS Luwansa, Minggu (10/3/2019).
Apalagi, menurutnya, anak tidak bisa dikasih tahu, karena biasanya justru apa yang dikasih tahu justu melakukan apa kebalikannya.
Baca: Sesak Napas Saat Hamil Seperti Nikita Mirzani Wajar Terjadi, Apa Penyebabnya? Ini Trik Meredakannya
Jadi orangtua harus pintar-pintar memilih kata agar kata ‘jangan’ tidak keluar.
Kalau perlu bersandiwara untuk mengalihkan perhatian anak .
Bermain merupakan salah satu stimulasi agar tumbuh kembang anak menjadi optimal. Sehingga aktivitas tersebut harus dilakukan, dan merupakan kebutuhan dasar anak.
Secara keseluruhan, kebutuhan dasar anak terdiri dari kebutuhan biologis (nutrisi), kebutuhan psikososial, emosional, dan stimulasi.
Bayi yang mendapatkan kasih sayang berlimpah dari orangtua, nutrisi yang baik akan mengalami pertumbuhan otak yang maksimal. Ditandai dengan padatnya sinaps-sinaps di otak.
Stimulasi sebaiknya dimulai sejak 6 bulan masa kehamilan.
Berupa sentuhan sensorik, motorik, bahasa, dan lainnya. Suara ibu ke janinnya saja sudah stimulasi. Setelah lahir, memberikan sentuhan saat mandi juga merupakan stimulasi.
“Aktivitas paling baik untuk stimulasi adalah dengan bermain. Tetapi jangan bermain gadget,” kata Dokter Alinda lagi.
Pada kesempatan itu, dokter Alinda juga menjelaskan bahwa yang disebut anak adalah usia sejak konsepsi hingga 18 bulan.
Baca: Si Kecil Hanya Minum Susu, Amankah untuk Tumbuh Kembangnya? Ini Trik Agar si Kecil Doyan Makan
Mengapa? Karena saat usia tersebut, masa berakhirnya pertumbuhan tulang. Anak tidak akan tumbuh lagi.
Pertumbuhan bayi ditandai dengan peningkatan ukuran fisik, panjang, dan tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala. Lingkar kepala perlu diukur untuk melihat kemungkinan ada kelainan hidrosefalus atau mikrosefalus.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah eksternal dan internal.
Faktor internal misalnya genetika dan kondisi ibu saat hamil. Misalnya anemia, ada penyakit tertentu atau obat-obatan yang ibu hamil konsumsi sehingga mempengaruhi pertumbuhan janin.
Sedangkan perkembangan memiliki aspek yang lebih luas lagi tapi ada empat yang penting, yakni perkembangan motorik halus, motoric kasar, psikososial, dan intelegensia.
Pertumbuhan otak paling optimal sampai usia 3 tahun atau 1000 Hari Pertama kelahiran (HPK)
Namun sebenarnya, otak berkembang paling pesat dan optimal di trimester ketiga kehamilan.
Dokter Alinda menjelaskan, tumbuh kembang tidak hanya karena peran otak, tetapi peran lingkungan juga sangat berpengaruh, yakni lingkungan mikro yaitu pengaruh ibu. Kemudian lingkungan mini yitu ayah, saudara kandung dan pengasuhnya.
Setelah itu lingkungan yang lebih luas yang mendukung tumbuh kembangnya mulai dari laktasi, imunisasi, pendidikan dan lainnya. Setelah itu lingkungan makro berupa kebijakan Pemerintah yang mendukung tumbuh kembang anak. (Wartakotalive.com/Lilis Setyaningsih)
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Dokter Anak ini Sarankan Tidak Ucapkan kata 'Jangan' Kepada Anak,