Redaksi Tribunnews.com menggelar diskusi bulanan atau Ngobrol Mewah (Mepet Sawah) bertemakan 'Menggali Harta Karun Solo dan Sekitarnya'.
TRIBUNNEWS.COM - Redaksi Tribunnews Solo menggelar diskusi bulanan atau Ngobrol Mewah (Mepet Sawah) edisi keempat bertemakan 'Menggali Harta Karun Solo dan Sekitarnya', Kamis (23/5/2019) pukul 16.00 WIB.
Diskusi santai tersebut diselenggarakan di Gedung Tribunnews.com, Jalan Adi Soemarmo, Nomor 335 A, Klodran, Kecamatan Colomadu, Karanganyar, atau barat Pintu Tol Klodran.
Diskusi tersebut memperbincangkan bahasan tempat-tempat wisata maupun kuliner di Solo yang tersembunyi, tetapi potensial dan sayang untuk dilewatkan.
Kali ini, Ngobrol Mewah menghadirkan empat narasumber, antara lain Daryono (Wakil Ketua Asosiasi Travel Agent Indonesia (Asita) Jateng), Joko Winarno (Direktur BUMDes Tirta Mandiri Ponggok, Gerry Prayudi (Owner @surakartakita (Soloraya)), dan Muhammad Thoric (Owner @kulinerdisolo @solo.ngangeni @promonyasolo).
Baca: 5 Tempat Wisata Gratis Terbaik di Dubai
Baca: 3 Museum Dekat Stasiun Tanah Abang yang Bisa Jadi Pilihan Wisata di Jakarta
Diskusi dibuka oleh Editor Tribun Travel, Nia Widodo, mengenai Solo Raya sebagai kota wisata potensial yang banyak disemarakkan oleh para pemudik lebaran dari luar kota.
Dengan adanya momen lebaran tersebut, Solo Raya memiliki kesempatan untuk mengenalkan apa saja potensi yang dimiliki, selain keraton dan mall.
Meskipun begitu, masih ada wisata di kota Solo yang kurang terekspos dan terjelajahi oleh para wisatawan.
Menanggapi hal itu, Daryono mengemukakan sudut pandangnya mengenai wisata di Solo Raya.
Menurutnya, Solo Raya sebagai destinasi wisata utama di Jawa Tengah mampu menarik wisatawan ketika lebaran.
Namun, kepadatan wisatawan di Solo Raya baru bisa diindikasi ketika hari kedua atau ketiga setelah lebaran.
"Jika kita lihat dari tahun ke tahun selalu beda. Hari pertama lebaran, Solo masih sepi karena family program. Tapi, hari kedua, ketiga, padat wisatawan," tutur Daryono.
Solo Raya kota wisata potensial
Wakil Ketua Asosiasi Travel Agent Indonesia (Asita) Jateng ini juga mengungkapkan bahwa sebenarnya objek wisata di Solo Raya memiliki potensi besar yang masih tersembunyi.
Daryono menyebutkan Wonogiri sebagai contoh, yang sebenarnya memiliki potensi besar seperti pantainya yang indah.
Namun, akses wisata yang susah, jarak yang jauh, dan waktu yang lama untuk mencapai objek wisata potensial tersebut menjadi hambatan untuk dikenal para wisatawan.
"Boyolali juga tidak kalah, punya potensi besar. Tetapi kebanyakan orang-orang datangnya ke Karanganyar, Ngargoyoso, Tawangmangu, atau kebun teh di daerah sana.
Ini adalah yang sering dilupakan untuk wilayah Selatan dan Barat," ujar Daryono.
Sementara itu, untuk kota Solo, Keraton Kasunanan dan Mangkunegaran, Taman Balekambang, dan Jurug menjadi magnet utama bagi wisatawan yang memanfaatkan lebaran.
Tak hanya objek wisata, kota Solo juga menyediakan event-event yang mampu mengundang wisatawan dari luar kota dna menyemarakkan wisata kota Solo.
Di sisi lain, terdapat pula satu objek wisata yang populer di kabupeten Klaten, yakni Umbul Ponggok Klaten.
Joko Winarno selaku Direktur BUMDes Tirta Mandiri Ponggok memaparkan satu wisata unggul yang dimiliki Klaten tersebut.
Umbul Ponggok adalah salah satu unit wisata dari BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) Tirta Mandiri.
Joko mengungkapkan, suksesnya Umbul Ponggok sebagai objek wisata di Klaten berangkat dari kejelian Kepala Desa Ponggok kala itu atas potensi besar yang dimiliki desa Ponggok.
Ketika setiap desa memiliki potensi wisata seperti gunung, sawah, atau laut, desa Ponggok memiliki potensi yang berbeda, yaitu mata air.
Namun, Joko menyebutkan, saat itu pihak internal desa tidak mampu mengembangkan potensi tersebut.
Jadi, perlu ada tokoh yang mampu menggerakkan dan menyadarkan masyarakat desa tentang potensi yang dimiliki.
"Umbul Ponggok tadinya hanya untuk mandi, nyuci, dan kegiatan kampung pada umumnya, atau padusan. Tapi dengan adanya pennggerakan potensi, kreativitas pun muncul, mengikuti milenial yang suka selfie instagrammable. Yang dulunya foto di gunung, di luat, kini di dalam air," jelas Joko.
"Tentunya ini sebuah inovasi dan ternyata mampu diterima di khalayak umum, dari bulan ke bulan, tahun ke tahun tumbuh, pengunjungnya cukup banyak," tambahnya.
Eksistensi wisata lokal berani bersaing
Sementara itu, ketika ditanyai bagaimana mempertahankan eksistensi Umbul Ponggok dari munculnya berbagai pesaing, Joko menyebutkan bahwa pihak BUMDes mengatasinya dari sisi internal dan eksternal.
Secara internal, Ponggok memiliki sumber daya alam mata air yang berkapasitas besar.
Di desa Ponggok, terdapat empat mata air yang mana memiliki debit 800 liter persekon.
Hal itu membuat Umbul Ponggok memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan wisata bawah air lain.
Namun, dengan potensi yang mendatangkan materi tersebut, juga timbul permasalahan lain.
Dengan berbondong-bondongnya para wisatawan ke Umbul Ponggok, mereka juga membawa sampah.
"Artinya, kami juga mengedukasi masyarakat maupun pengunjung, jangan nyampah ke Umbul Ponggok. Harapannya, selain berwisata di seluruh tempat wisata di Solo Raya, juga jangan nyampah," kata Joko.
Joko menyebutkan, usaha internal juga dilakukan dengan upaya pemerintah desa untuk membuat Desa Literasi yang mengedukasi baik para tokoh desa, decision maker, perangkat maupun pengelola desa dan warga untuk menjaga kebersihan tempat wisata di Ponggok.
Hal ini dikarenakan banyaknya kasus ditemukannya perilaku membuang sampah sembarangan oleh para wisatawan yang dapat merusak lingkungan sekitar Umbul Ponggok.
Dampak media sosial
Sementara itu, dari segi eksternal, terdapat inovasi yang dilakukan untuk mempertahankan eksistensi Umbul Ponggok di mata wisatawan.
Jika sebelumnya pengunjung hanya bisa snorkling dan diving, kini para wisatawan bisa melakukan foto prewedding maupun foto tematik tertentu.
Joko juga mengungkapkan, pihak BUMDes menggandeng beberapa mitra di lingkup sekitar untuk mengarahkan para wisatan agar mengunjungi lokasi wisata lain di sekitar umbul.
Selain itu, maraknya para selebgram di Instagram yang menandai Umbul Ponggok Klaten di foto wisata mereka juga memberikan dampak positif yang besar bagi eksistensi tempat wisata tersebut.
Hal itu membuat para pihak BUMDes giat belajar mengelola media sosial untuk memasarkan wisata Umbul Ponggok kepada para wisatawan, khususnya para milenial.
(Tribunnews.com/Citra Anastasia)