Kini viral kasus yang bermula dari ucapan di sosial media seperti video ikan asin Galih Ginanjar, perlukan mencoba detoks dari media sosial?
TRIBUNNEWS.COM - Setelah video kasus ikan asin Galih Ginanjar membuat gaduh jagat media sosial, belakangan muncul kicauan Lisa Marlina dengan nama akun @lisaboedi di Twitter yang dianggap melecehkan masyarakat Bali dan video remaja yang merusak makanan supermarket.
Melihat banyaknya konten-konten negatif seperti itu, mungkin membuat beberapa dari kita muak dan merasa perlu detoks media sosial demi kebahagiaan pribadi.
Namun, benarkah diet detoks media sosial itu diperlukan?
Rizqy Amelia Zein, psikolog sosial dari Universitas Airlangga, Surabaya menjelaskan, hingga saat ini belum banyak riset tentang diet detoks bermedsos yang dihubungkan dengan kewarasan individu.
• Cuitannya Melecehkan Bali Viral Lisa Marlina Akan Dilaporkan Ni Luh Djelatik, Yuk Bijak Bermedsos
• Cerai dari Song Joong Ki, Citra Song Hye Kyo Terganggu Gara-gara Pelintiran Berita Media
• Jefri Nichol Tertangkap Narkoba, Pesan Pendek Putri Ustaz Yusuf Mansur di IG Sang Artis Tuai Sorotan
Memang, ada satu riset tentang hubungan keduanya yang kerap menjadi acuan pertimbangan.
Namun setelah didalami Amel, riset itu dirasa menimbulkan keambiguan karena banyaknya masalah dalam konten.
Studi paling anyar tentang hubungan antara screen time (termasuk gaming, bermedia sosial) dan psikologis remaja, menunjukkan efek sangat kecil yang bisa dibilang hampir tidak ada pengaruh.
"Jadi jujur, saya tidak memiliki jawaban yang agak meyakinkan apakah diet detoks itu bakal ngaruh ke kondisi psikologis pemakainya," ungkap Amel kepada Kompas.com melalui pesan singkat, Rabu (24/7/2019).
Menurut Amel, istilah gadget, gaming, atau social media addiction belum memiliki bukti saintifik yang meyakinkan, begitu pula efeknya.