TRIBUNNEWS.COM,. JAKARTA – Interaksi sosial atau hidup bermasyarakat yang telah lama menjadi budaya bangsa Indonesia sekarang ini seperti mulai tergerus oleh peradaban zaman yang semakin modern.
Terlebih perkembangan teknologi digital saat ini mengambil peran besar dalam segala aspek kehidupan masyarakat, hingga kebanyakan orang memilih untuk asik menikmati digitalisasi ketimbang membangun interaksi sosial.
Ditambah dengan gadget yang memudahkan masyarakat dalam melakukan segala hal sehingga banyak aktivitas sosial menjadi tergantikan hanya dengan sebuah perangkat digital.
Dalam hari jadinya yang ke-5, Diverse Movement Crew (DMC), sebuah lembaga informal dengan fokus pada pengembangan kemampuan seni gerak seperti seni tari dan bela diri mengadakan pertunjukan bertajuk All About Love di Gedung Perfilman Usmar Ismail, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (27/10/2019).
Caroline Wong, Founder DMC mengatakan bahwa melalui kegiatan ini pihaknya ingin mengingatkan kepada anak didik sekaligus orang tua murid akan pentingnya saling berbagi kasih, yang mungkin selama ini terabaikan karena masing-masing fokus kepada gadget atau aktivitas lainnya.
Baca: Dana Siapkan Akun Digital untuk Pelaku Ekonomi Kreatif
“Kita lupa mengasihi bumi kita, teman, ibu, bahkan kita yang tadinya punya hobi dengan musik kadang terlupakan. Jadi hal-hal seperti ini yang kita angkat, seperti remaja sekarang yang sangat tergantung dengan digital. Jadi tema yang kami angkat itu salah satunya membawa pesan, kita harus mencintai diri sendiri,” ujar Caroline saat wawancara.
Sekolah tari DMC memiliki sejumlah kelas bervariatif seperti Dance Hip Hop, K-Pop, Gymnastics, MuayThai, Taekwondo dan juga Tricking, yang pada pertunjukan Anniversary ke-5 ini semua kelas ikut dilibatkan.
“Ada sebanyak 16 performance, salah satunya yakni 'finale' di mana semua menari sama-sama. Dan pertunjukan kali ini kita juga berkolaborasi dengan Invasion yang merupakan K-pop community,” tutur Caroline.
Sekolah tari dan gerak yang berdiri sejak 25 Oktober 2014 itu memang ditujukan untuk memberi banyak ruang bagi anak-anak yang saat ini terlalu sibuk dengan berbagai kegiatan. ditambah bermain gadget, sehingga mereka jarang bergerak dan berbaur serta berinteraksi.
“Makanya kita ciptakan satu wadah, di mana anak-anak bisa berkumpul, dan mereka punya passion yang sama. Mereka bisa berbagi, mereka bisa bersosialisasi, dan mengembangkan bakat mereka dalam seni,” terangnya.
Setiap murid yang tergabung dalam kelas DMC dibekali dengan aneka skills disetakan juga pembinaan karakter mereka agar mereka siap dan mampu beradaptasi, bersosialisasi dan juga berorganisasi dalam kehidupan bermayarakat.
Baca: Kecewa Jokowi Pilih Nadiem Jadi Mendikbud, Muhammadiyah: Pendidikan Bukan Hanya Persoalan Teknologi
Saat ini, DMC memiliki sekitar 500 murid mulai kategori anak usia 3 tahun hingga dewasa dari seluruh kelas yang berlokasi di kawasan Pluit Karang Barat, Jakarta Utara.
“Uniknya kita (DMC-red), ada mami-maminya juga bukan cuma si anaknya. Si maminya yang mungkin dari kecil punya passion menari tapi belum tersalurkan, jadi saat ini. Tapi kebanyakan maminya kebih ke olahraga seperti MuayThai,” kata Caroline.
Ia menambahkan, DMC terbuka untuk semua kalangan, hanya tinggal mendaftar dan memilih program yang sesuai dengan bakat serta minat anak.