TRIBUNNEWS.COM - Orang tua selalu mengharapkan yang terbaik untuk anak-anaknya.
Itu sebabnya, orang tua mengarahkan setiap langkah yang diambil sang buah hati, mendidik, dan memotivasi mereka.
Beberapa kalimat yang diucapkan orang tua kepada sang anak mungkin terdengar tidak 'berbahaya'.
Namun, ada ujaran yang dapat menimbulkan risiko bagi psikis anak-anak ke depan.
Kata-kata tersebut seringkali diucapkan secara otomatis, dan bahkan tanpa berpikir.
Itu semua karena sebagian besar dari kita sudah mendengarnya dari orang tua kita.
Berdasarkan pendapat para psikologi, berikut 12 kalimat yang lebih baik tidak dikatakan orang tua kepada sang anak, dilansir Bright Side :
Baca: 4 Manfaat Olahraga Crossfit, Berikut Penyebab dan Tips Terhindar dari Cedera
Baca: Bisa Dialami Setiap Orang, Inilah 6 Tanda Keracunan Makanan
1. "Kamu bisa jadi apa pun yang kamu inginkan."
Mendukung anak-anak dalam hobi dan tujuan mereka untuk masa depan adalah hal baik.
Namun, ambisi anak-anak yang berlebihan juga dapat memiliki efek negatif, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian berjudul "Goals Gone Wild: The Systematic Side Effects of Over-Prescribing Goal Setting" yang diunggah oleh Harvard Business School.
Sangat penting untuk menyampaikan kepada anak bahwa mereka perlu memiliki rencana cadangan, jika mereka belum berhasil meraih impian.
Tidak setiap anak bisa menjadi seperti yang dia inginkan, bahkan jika mereka terus bekerja keras untuk mencapai tujuan itu.
Itu sangat normal.
Tugas orang tua adalah mengajarkan anak agar realistis dan menetapkan tujuan yang bisa dicapai.
Selain itu, orang tua perlu memperingatkan anak bahwa selalu ada kemungkinan untuk merasa kecewa dalam hidup.
2. "Lakukan, sekalipun kamu tidak bisa."
Ketika menyangkut masalah fisik, instruksi ini mungkin membahayakan sang anak.
Ungkapan ini sering berasal dari orang tua yang mencoba mewujudkan impian mereka yang tidak terwujud menjadi kenyataan melalui anak-anak mereka.
Latihan yang terlalu intens bisa berakhir dengan trauma yang dapat menorehkan masa depan yang buruk bagi anak.
Ajari anak untuk peduli terhadap tubuh mereka dan bereaksi terhadap rasa sakit serta ketidaknyamanan.
3. "Kamu seperti ayah / ibu."
Tidak ada yang buruk ketika membandingkan anak-anak dengan salah satu kerabat mereka, selama dalam hal positif.
Namun, sayangnya, kalimat semacam ini biasanya memiliki konotasi negatif.
Bukan hanya pada perilaku anak, tetapi juga perilaku orang tua yang dikritik.
Ini membingungkan anak-anak, membuat mereka mengambil sisi ayah atau ibu mereka.
Pada akhirnya, mereka mencoba untuk menyenangkan salah satu dari orang tua mereka.
4. "Pokoknya kamu yang terbaik. Nggak ada yang bisa mengalahkan kamu."
Sekalipun Anda mengucapkan ungkapan ini dengan cinta, tetap saja, mengidealkan seorang anak mungkin memiliki konsekuensi negatif bagi harga diri mereka.
Ini mengarah ke situasi di mana anak-anak tidak berani mencoba sendiri sesuatu yang baru.
Mereka takut gagal dan tidak akan memenuhi harapan orang tua mereka.
5. "Makan brokoli / bayam / kembang kol, sehat lho."
Menurut peneliti dari University of Chicago, kata "sehat" berarti "tidak enak" bagi anak-anak.
Oleh karena itu, mereka mungkin menolak untuk makan makanan sehat apa pun tanpa mencobanya.
Jika Anda ingin anak Anda makan seperti kembang kol, lebih baik katakan bahwa itu lezat dan nikmat.
6. "Jangan pukul kakak / adikmu."
Sangat normal jika anak-anak memiliki emosi negatif terhadap orang tertentu.
Terkadang, anak-anak maupun orang dewasa merasa sulit mengendalikan perasaan mereka.
Namun, kita dapat menemukan cara untuk mengendalikannya.
Hal tepat yang perlu kita ajarkan kepada anak adalah menerima emosi dan mengendalikan reaksi terhadap orang yang tidak disukai.
Ungkapan “jangan pukul adikmu” atau “jangan menyinggung perasaan kakakmu” seringkali tidak cukup jika Anda tidak menjelaskan alasannya.
Tidak ada anak yang akan dengan mudah mengiyakannya.
Cobalah untuk menyampaikan kepada anak bahwa mereka seharusnya tidak menekan emosi mereka.
Memendam hanya akan menyebabkan pertengkaran fisik.
Dorong anak Anda untuk melampiaskan emosi negatif mereka ke bantal atau mainan, melukis gambar yang mencerminkan perasaan mereka, atau menggambarkan perasaan mereka menggunakan kata-kata.
7. "Gitu aja kok nangis."
Jangan meremehkan masalah anak Anda.
Mungkin itu bukan hal sepele mereka, bahkan jika itu hanya mainan yang hilang.
Saat mendemonstrasikan ketidakpedulian terhadap anak-anak Anda, Anda mungkin pada akhirnya kehilangan kepercayaan mereka.
Ini dapat menyebabkan mereka tidak mempercayai Anda untuk meminta nasihat atau bantuan jika masalahnya benar-benar serius.
8. "Sini biar ibu/ayah bantu."
Kemampuan seorang anak untuk menentukan kapan mereka benar-benar membutuhkan bantuan dari luar dan kapan mereka dapat mengatasinya sendiri adalah salah satu keterampilan paling penting yang harus kita peroleh pada usia dini.
Banyak orang tua mendahului kebutuhan anak-anak mereka.
Misalnya, ketika membantu mereka mengerjakan pekerjaan rumah.
Padahal, mereka bisa melakukannya sendiri.
Ketika mereka sudah dewasa, anak-anak kesulitan memulai sesuatu yang baru.
Sebab, mereka takut gagal.
9. "Jangan menyentuhnya, nanti rusak!"
Jika Anda terus mengulangi kalimat seperti ini, itu akan membuat anak Anda merasa terkekang dan sadar diri.
Setelah mendengar ungkapan ini, anak kemungkinan akan menjatuhkan dan memecahkannya karena tanpa sadar Anda telah mengaturnya.
Jika mereka sudah dewasa, mereka mungkin takut untuk membangun karir.
Mereka akan yakin bahwa tidak ada yang akan berhasil,
Dan karena itu, tidak ada gunanya untuk memulai sesuatu.
Jika Anda takut anak Anda akan merusak barang berharga, lebih baik katakan, “Hati-hati, ibu/ayah khawatir kalau pecah."
10. "Kamu pinter banget!"
Sekilas, kalimat ini mungkin tampak seperti cara yang baik untuk memuji seorang anak.
Namun, hal itu dapat membuat mereka berpikir bahwa tidak perlu melakukan banyak upaya untuk mencapai kesuksesan.
Sebab, mereka memiliki bakat atau kecerdasan alami.
Lebih baik, pacu usaha anak-anak daripada kelebihan mereka.
Misalnya, "Kamu sudah bekerja keras." atau "Ibu/ayah percaya kamu bisa melakukannya, karena kamu sudah menghabiskan banyak waktu dan usaha untuk tugas ini."
11. “Ibu nggak apa-apa kok."
Ketika diliputi emosi, beberapa orang tua berpura-pura bahagia dan seolah baik-baik saja untuk melindungi anak dari kekhawatiran.
Namun, anak-anak merasakan emosi palsu dan itu membuat mereka takut.
Jika Anda menekan emosi negatif dan memanipulasi emosi positif, itu tidak hanya akan memperburuk kesehatan, tetapi juga hubungan Anda dengan buah hati.
Anda tidak harus memberi tahu anak Anda tentang segala sesuatu yang terjadi.
Namun, penting untuk menunjukkan kepada anak-anak bahwa mereka tidak boleh malu dengan perasaan mereka sendiri.
12. "Jangan ngomong dengan orang asing."
Ini konsep yang terlalu rumit bagi anak-anak kecil.
Selain itu, mereka mungkin mulai menjauh dari semua orang asing, termasuk orang-orang yang sebenarnya ingin membantu.
Daripada melarang anak Anda berbicara dengan orang asing, lebih baik jelaskan kepada mereka bagaimana berperilaku dalam situasi tertentu.
Misalnya, dalam situasi di mana ada pria yang mencurigakan menawarkan permen atau meminta sang anak masuk ke mobilnya.
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)