TRIBUNNEWS.COM - Gorengan merupakan panganan yang akrab bagi masyarakat Indonesia.
Dari sarapan hingga makan malam, dari camilan hingga hidangan utama, ada saja yang berupa gorengan. Selain gurih, membuatnya pun praktis.
Gorengan juga jadi menu favorit saat buka puasa.
Kerap kali makanan yang dianggap praktis, seperti halnya gorengan, selalu menjadi menu utama masyarakat ketika buka puasa.
Baca: Tips Kurangi Stres dan Kecemasan saat Berada di Rumah Selama Pandemi Covid-19
Baca: Riwayat Penyakit Pasien Corona yang Meninggal Dunia di Indonesia: Diabetes hingga Hipertensi
Makanan yang digoreng atau bersantan, serta makanan manis diklaim merupakan makanan yang paling enak dikonsumsi saat buka puasa atau sahur. Sebab, rasanya gurih dan membuat tubuh terasa segar.
Benarkah pola makan seperti ini?
Harap tahu, saat berpuasa, tubuh seseorang terutama bagian lambung akan kosong 13-14 jam. Setelah 6 jam makan sahur maka lambung akan kosong.
Dalam keadaan itu, gula darah akan turun dan lambung kosong. Maka paling baik adalah mengonsumsi makanan manis saat berbuka, bukan langsung menyantap gorengan.
Sebab gorengan lebih lama diserap oleh tubuh yang membutuhkan pemulihan setelah seharian berpuasa.
Baca: Contek Cara Rahasia Membuat Singkong Goreng Merekah Ala Pedagang Gorengan
Sebaiknya membuka puasa dengan makanan atau minuman yang manis, misalnya teh manis hangat dan kurma serta segelas air, agar cepat diserap tubuh.
Gorengan sebaiknya disantap setelah 30 menit sampai 1 jam kemudian, atau biasanya setelah salat magrib. Disarankan jangan kebanyakan, cukup 1 gorengan dulu.
Mengapa disarankan cukup 1 saja, karena biasanya saat makan malam, umumnya setelah salat Tarawih, ada saja lauk yang digoreng. Nah, ini pasti kita akan mengambil juga.
Bila makan gorengan terlalu banyak saat berbuka, dan ditambah lagi makan gorengan saat makan besar, dapat dibayangkan berapa kalori dan lemak yang berkumpul di tubuh.
Padahal, makna dan tujuan berpuasa sejatinya adalah mengurangi makan. Sehingga jangan ada upaya ‘balas dendam’ saat berbuka dengan makan sebanyak-banyaknya, terutama gorengan.
Baca: Achmad Yurianto: Standar WHO Pemeriksaan Corona Menggunakan PCR Bukan Rapid Test
Mengonsumsi makanan atau minuman manis dan gorengan secara berlebihan dapat memicu masalah berat badan naik saat puasa.
Sebab, makanan berminyak dan bersantan rentan diolah oleh perut sehingga berujung pada timbunan lemak membandel pada tubuh.
Baca: Sederet Makanan yang Bantu Turunkan Kadar Kolesterol dalam Darah
Maka di bulan puasa, bila tidak dapat menghindari makan gorengan, cukup makan hanya satu buah saja saat berbuka, dan satu potong lauk goreng saat makan besar.
Lebih baik apabila gorengan itu diletakkan di permukaan tisu atau kertas penyerap minyak.
Setelah itu perbanyak konsumsi air putih dan buah segar karena serat dalam buah dapat membantu mengikat lemak yang berasal dari gorengan atau makanan bersantan.
Jangan biarkan makanan bersantan atau berminyak seperti gorengan berada dan mengendap lama di saluran pencernaan.
Selain dapat merusak kinerja sistem pencernaan, hal ini dapat menimbun lemak jahat yang juga memicu kegemukan.
Terakhir, banyak ahli gizi menyarankan agar sahur menghindari gorengan. Perlu diketahui bahwa sahur berfungsi untuk memberikan tenaga untuk berpuasa seharian, oleh sebab itu menunya harus diperhatikan.
Menjauhi makanan tinggi gula, kafein, dan gorengan saat sahur di bulan Ramadan adalah cara agar kita tak mudah lemas dan mengantuk saat sedang beraktivitas seharian penuh.
Makanan dan minuman ini membuat kadar gula dalam darah turun sangat cepat. Karena itulah rasa lapar juga muncul lebih cepat.
Untuk sahur, lebih baik mengonsumsi buah-buahan seperti apel, pir, dan buah lain yang rendah gula.
Jangan lupa pula tambahkan sumber protein seperti ayam, ikan, udang, daging sapi dalam menu berbuka dan sahur.
Perbanyak pula air putih saat sahur dan berbuka untuk mencegah dehidrasi.
Artikel ini sudah tayang di Gridhealth.Id