News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Berita Viral

Soal Kisah Viral Wanita Alami Baby Blues, Psikolog Sebut Dukungan Suami Penting untuk Mengatasinya

Penulis: Widyadewi Metta Adya Irani
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Viral kisah seorang wanita mengalami baby blues. Psikolog jelaskan cara mengatasinya. Menurut psikolog, dukungan suami menjadi yang sangat penting.

TRIBUNNEWS.COM - Kisah seorang wanita yang mengalami baby blues setelah sempat mendapat cibiran dari keluarga dan lingkungannya lantaran melahirkan melalui operasi caesar viral di media sosial.

Dalam cerita yang beredar, suami dari wanita tersebut mengatakan, sejumlah anggota keluarga yang datang menjenguk sang istri justru melontarkan komentar-komentar negatif.

"Bukannya memberi support, tapi istri disambut dengan 'kenapa kok secar? Ga kuat ngeden? Jarang gerak? Kurang iman' dan lain sebagainya, oleh Ibu saya bahkan oleh ibu mertua saya," ungkap sang suami dalam unggahan cerita yang beredar.

Baca: Viral di Medsos, Penjual Bubur Kacang Hijau Fasih Bahasa Jepang Bikin Pelanggan Kagum

Bahkan, ia melanjutkan, beberapa orang juga menyebut istrinya membuang-buang uang dan belum utuh menjadi seorang ibu.

Diketahui, kisah itu awalnya diunggah oleh akun Facebook Nidta Jameelah pada 28 Februari 2019 lalu.

Kisah tersebut kembali viral dalam unggahan ulang akun Instagram @mak_inpoh, Minggu (20/9/2020).

Belum diketahui secara pasti mengenai kebenaran kejadian dalam kisah viral tersebut.

Terlepas dari itu, Psikolog klinis dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Uun Zulfiana, S.Psi., M.Psi., menyampaikan ada sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi baby blues.

Menurut Uun, dukungan keluarga, terutama suami, menjadi hal yang paling penting untuk mengatasi baby blues yang dialami seorang ibu.

"Ketika masih dalam tahapan baby blues, masih dalam dua mingguan, itu support keluarga sangat penting, terutama suami dan orang-orang terdekatnya dia," tutur Uun saat dihubungi Tribunnews.com, Senin (21/9/2020).

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Uun Zulfiana, S.Psi., M.Psi., Psikolog. (Dokumen Pribadi)

Uun menambahkan, sebaiknya jangan membiarkan seorang ibu yang baru saja melahirkan merasa sendirian.

Pasalnya, menurut Uun, kodisi baby blues juga dapat disebabkan oleh kekhawatiran luar biasa yang dialami seorang ibu lantaran kehamilan tersebut bukan keinginannya.

"Bisa jadi kalau kehamilan yang tidak diinginkan itu kan rentan sekali (mengalami baby blues). Dia nggak pengin anak itu kemudian lahir kan kekhawatirannya pasti luar biasa," kata Uun.

"Artinya memang peran orang-orang sekitar penting."

"Karena orang yang mengalami baby blues itu kan sedikit kurang rasional, jadi dia agak sulit mengontrol pikirannya. sehingga saya rasa social support itu sangat penting untuk menangani baby blues. " sambung dia.

Baca: VIRAL Wanita Alami Baby Blues, Sempat Dicibir karena Melahirkan secara Caesar, Ini Kata Psikolog

Sementara itu, menurut Uun, banyak masyarakat yang tidak menyadari munculnya gejala baby blues.

Padahal, Uun melanjutkan, apabila kondisi tersebut berlanjut hingga 3 sampai 6 bulan maka sudah masuk dalam fase Pospartum Depression.

Menurut Uun, fase Pospartum Depression cukup berisiko sehingga dukungan keluarga menjadi sangat penting.

Selain itu, dalam fase ini, seseorang yang mengalaminya harus mendapat dukungan medis dan psikologis.

"Nah itu memang lagi-lagi support keluarga sangat penting tapi dukungan medis dan psikologis secara penting dari ahli ketika masuk PD.

Gejala Baby Blues

Uun menerangkan, kondisi baby blues ditandai oleh sejumlah gejala.

"Gejala-gejalanya yang mayoritas terjadi itu sulit tidur, sulit berkonsentrasi, gampang putus asa, mudah menangis, nggak doyan makan, gelisah, ya intinya kayak gejala depresi pada umumnya," jelas Uun.

Namun, Uun melanjutkan, yang membedakan baby blues dengan depresi yakni durasinya.

Uun menyebutkan, kondisi baby blues hanya berlangsung kurang dari dua minggu.

"Kalau baby blues itu waktunya kurang dari dua minggu tapi ini akan berlanjut ketika memang tidak ditangani, artinya kalau kejadian ini masih terus di atas dua minggu, bahkan ketika 3 sampai 6 bulan, itu masuknya bukan baby blues lagi, itu masuk di fase Pospartum Depression, ini yang sangat mengkhawatirkan," jelas Uun.

"Artinya kalau di bawah dua minggu semestinya tidak jadi masalah, tapi kalau sudah lebih dari dua minggu, harusnya orang sekitar sudah mulai aware bahwa ini butuh bantuan," tegasnya.

Viral di Media Sosial

Sebelumnya, kisah seorang wanita yang mengalami baby blues lantaran tertekan oleh cibiran orang-orang di sekitarnya viral di media sosial.

Menurut informasi yang beredar, wanita tersebut mendapat banyak komentar negatif dari keluarga dan lingkungannya lantaran dirinya melahirkan secara caesar.

Diduga, cerita tersebut terjadi di Jember, Jawa Timur.

Kisah tersebut awalnya ditulis oleh akun Facebook Nidta Jameelah pada 28 Februari 2019 lalu.

Nidta menceritakan, ia dan sang suami sempat bertemu dengan seorang driver taksi online yang bercerita mengenai istrinya.

Driver tersebut mengaku telah keluar dari pekerjaannya demi dapat menemani sang istri yang ia sebut mengalami baby blues pasca melahirkan sang anak.

Menurut kisah sang suami, wanita tersebut mendapat cibiran lantaran melahirkan secara caesar.

Baca: Viral Pertikaian Sesama Copet di Tamansari Jakarta Barat Berujung Pembacokan, Berikut Kronologinya

Padahal, menurut sang suami, istrinya melahirkan caesar karena kondisinya sudah mendesak untuk segera dilakukan operasi caesar.

Laki-laki tersebut melanjutkan, anggota keluarga dan orang-orang sekitar yang menjenguk istrinya justru melontarkan kalimat-kalimat yang merendahkan.

Istrinya pun menangis sesenggukan setelah mendengar kalimat-kalimat negatif yang didapat.

Setelah pulang dari rumah sakit, wanita tersebut mengurus anaknya dengan didampingi ibu mertuanya.

Baca: VIRAL Video Seorang Gadis Naik Pesawat Sendirian Saat Pakai Seragam SMA, Begini Cerita di Baliknya

Dari hari ke hari, sang suami merasa istrinya sering terlihat melamun dan tiba-tiba menangis.

Puncaknya, sang istri sempat mengamuk hingga membanting anaknya di kasur lantaran menangis tengah malam.

Saat itu, anaknya baru berusia 1,5 bulan.

Mereka pun kemudian bertengkar dan sang istri memutuskan tidak mau lagi memberikan ASI-nya untuk sang anak.

Seiring berjalannya waktu, laki-laki tersebut mulai merasa sang istri semaki stres berat.

"Sampai lama-lama istri saya jadi tambah parah level stressnya. Saya googling, tanya sana sini, kok katanya suruh bawa ke poli jiwa," ujar sang suami.

ILUSTRASI (Freepik)

Dari situlah, sang suami mulai mengetahui bahwa istrinya mengalami baby blues.

Menurutnya, dokter menyebutkan bahwa istrinya seringkali mendapat komentar yang menyakitkan dan cenderung menyalahkan dari mertuanya selama di rumah.

"Mendengar itu, saya memutuskan resign. Ibu saya, saya larang ketemu istri.

Akhirnya setelah terapi hampir 8 bulanan istri saya ada kemajuan, Mas. Masih sering 'ndomblong' tapi sudah ga menyakiti diri dan anak," jelasnya.

Kisah yang dibagikan oleh akun Facebook Nidta Jameelah tersebut membuat para warganet tersentuh.

Unggahan itupun kembali viral saat diunggah ulang oleh akun Instagram @mak_inpoh, Minggu (20/9/2020).

Hingga Senin (21/9/2020) malam, unggahan tersebut telah disukai lebih dari 7.000 orang.

(Tribunnews.com/Widyadewi Metta)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini