TRIBUNNEWS.COM - Sebagian orang tak mau repot-repot memasak untuk menyantap makanan enak sesuai keinginan mereka.
Cukup buka aplikasi, pilih menu, order, tunggu pesanan datang, setelahnya tinggal menikmati.
Sebagian lainnya memilih memasak sendiri di rumah karena menilai prosesnya sebagai sesuatu yang seru dan menyenangkan. Bahkan ada yang menganggap prosesnya sebagai seni.
Namun, yang jadi masalah, tidak semua di antara mereka punya kemampuan mumpuni mengolah bahan makanan hingga siap dan layak untuk disantap.
Nah, Cooklab, sebuah perusahaan rintisan, mencoba menjawab problem tersebut. Mereka menyediakan resep dan paket masak sesuai takaran (ready to cook).
Baca juga: Tips Memasak Ayam Bakar agar Bumbunya Meresap Ke Dalam Daging, Air Jadi Kunci
Pengguna Cooklab dijamin bisa memasak sendiri menu-menu makanan yang biasa mereka nikmati saat dine-in di restoran.
Cara menggunakannya pun tergolong mudah, pengguna tinggal perlu mengunduh aplikasi Cooklab yang tersedia di Appstore dan Playstore.
Selanjutnya, pilih resep yang ingin dimasak, pesan, bayar, dan paket masak akan datang H+1 setelah order dibuat.
Saat paket masak datang, pengguna hanya perlu melihat tutorial masak untuk setiap menu. Bentuknya berupa video resep atau kartu panduan masak.
Bahkan, mereka memiliki slogan #AntiGagal, karena seharusnya proses memasak sangat mudah.
Bahan sudah tersedia, dan tinggal di cemplung-cemplungkan mengikuti video tutorial. Seperti merakit lego.
Dilatarbelakangi Covid-19
Latar belakang dikembangkannya Cooklab ternyata tidak jauh-jauh dari dampak pandemi Covid-19.
Sebagaimana diketahui, pandemi Covid-19 telah memberi dampak yang sangat besar di berbagai sektor bisnis, tak terkecuali fresh produce.
Baca juga: Cara Masak Ceker Mercon Empuk dan Enak ala Warteg! Pasti Jadi Kalau Tahu Trik Ini
Pendiri Cooklab Kartika Dwi Baswara dan Clarence Eldy menyebut bahwa mereka sebenarnya sudah menjajaki dunia fresh produce sejak pertengahan 2019.
Pada saat itu, keduanya menjalani bisnis farm-to-table untuk restoran dan kafe di Bali. Namun, karena pandemi, keduanya harus segera mengambil tindakan strategis berupa pivot menjadi penjualan fresh produce ke rumah tangga.
Kartika Dwi Baswara dan Clarence Eldy, sebelumnya berkecimpung di bisnis farm-to-table untuk restoran dan kafe di Bali.
”Memasak di rumah memang sempat menjadi tren, berbarengan dengan perubahan perilaku konsumen membeli makanan di masa pandemi Covid-19,” ujar Kartika.
Menurutnya, pemain dalam bidang fresh produce sudah banyak sekali sehingga dibutuhkan perbedaan yang jelas antara Cooklab dan pemain lain.
Lalu, apa yang menjadi pembeda Cooklab?
”Biasanya pengguna harus beli sesuai dengan SKU yang tersedia. Misalnya, saat pengguna mau mencoba masak masakan Korea dan butuh saus Gochujang, pengguna harus membeli 500 gram saus, padahal di resep yang ingin dicoba hanya membutuhkan 100 gram."
"Sehingga, 400 gram sisa sausnya biasanya akan terbuang, atau disimpan di lemari sampai kadaluarsa. Kalau pakai Cooklab, paket masaknya sudah komplit, semua sudah sesuai takaran, dan ingredientsnya pun sudah dibersihkan jadi tinggal cemplang-cemplung,” terangnya.
Saat ini, Cooklab sudah memiliki lebih dari 80 jenis paket masak yang bisa dicoba oleh para penggunanya.
Menunya pun beragam, mulai dari menu Western, Korean, Nusantara, sampai menu dessert.
Cooklab sendiri juga yakin bahwa para penggunanya bisa mempraktikan resep tersebut di rumah dengan sukses karena paket masak yang dikirim sudah dilengkapi dengan kartu panduan masak.
Sehingga, target marketnya bukan hanya pengguna yang suka masak, tapi juga pengguna yang mau belajar masak.
”Kami ingin memberi solusi bagi teman-teman yang ingin belajar masak. Mungkin masak untuk keluarga tercinta, untuk kesehatan karena sedang diet tertentu dan bosan dengan masakan katering, atau bisa juga untuk teman-teman yang sedang belajar masak untuk dijual masakannya,” ujar Clarence Eldy.
Selain Cooklab, sebenarnya sudah ada beberapa perusahaan yang memiliki layanan serupa. Salah satunya Tinggalmasak.
Pada Agustus silam, layanan mereka ternyata diterima dengan baik di pasar Surabaya, menggamit lebih dari 200 pelanggan hanya dalam waktu 2 bulan setelah peluncuran.
Mereka sudah merasa cukup melakukan validasi pasar, dan siap berekspansi lebih jauh.
Oktober di tahun yang sama, Cooklab mencoba mendobrak pasar Jakarta dengan menggandeng Key Opinion Leaders dan Chef agar pengguna dapat merasakan masak di rumah dengan menu-menu yang tidak kalah dengan restoran.