TRIBUNNEWS.COM - Hari ini, masyarakat Tionghoa tengah merayakan Imlek, Jumat (12/2/2021).
Perayaan Imlek pun identik dengan sajian kue keranjang.
Dilansir National Geographic, kue keranjang merupakan kue khas yang selalu disajikan pada saat perayaan Imlek.
Makanan yang terbuat dari tepung beras ketan ini banyak dijadikan sajian saat perayaan Imlek.
Apabila dilihat dari bentuk dan teksturnya, kue keranjang ini mirip dengan dodol.
Diketahui, kue keranjang dalam bahasa Mandarin disebut juga Nian Gao atau dalam dialek Hokkian adalah Ti Kwe.
Ti Kwe diartikan sebagai kue manis yang disusun bertingkat, melambangkan peningkatan rejeki atau kemakmuran.
Sejarah Kue Keranjang
Disebutkan dalam laman Kompas.com, kue keranjang merupakan inovasi masyarakat pada zaman China kuno.
Menurut cerita, pada zaman China kuno ada raksasa bernama Nian tinggal di sebuah gua di gunung.
Nian akan berburu saat lapar melanda.
Namun pada musim dingin, hewan-hewan sedang berhibernasi sehingga Nian kesulitan menemukan makanan.
Akhinya Nian turun ke desa untuk mencari korban dan membuat warga desa ketakutan.
Baca juga: Resep Kreasi Kue Keranjang untuk Perayaan Imlek, Enak dan Mudah Dibuat di Rumah
Baca juga: Asal Usul Penyebutan Imlek pada Tahun Baru China, Disertai Ucapan Imlek Selain Gong Xi Fa Cai
Dengan alasan tersebut, warga mulai memikirkan cara supaya Nian tidak memangsa mereka.
Hingga seorang warga desa bernama Gao memiliki ide untuk membuat beberapa kue sederhana.
Kue tersebut dibuat dari tepung ketan dan gula yang dicampur.
Warga itu meletakkan kuenya di dekat pintu masuk untuk diberikan kepada Nian.
Sejak saat itu penduduk desa giat membuat kue keranjang setiap musim dingin supaya Nian tidak memburu dan memangsa mereka.
Selanjutnya, juga untuk mengingat jasa Gao yang sudah berhasil mencegah Nian.
Makna kue keranjang
Dalam keluarga Tionghoa, kue keranjang diyakini sebagai hidangan yang membawa keberuntungan.
Namun, dalam konteks kebersamaan keluarga, sifat kue yang bulat, manis dan lengket itu juga memiliki makna.
Kue keranjang yang bulat dimaknai sebagai keluarga yang bersatu, bersekutu, dan rukun.
Rasanya yang manis mempunyai makna seseorang harus berperilaku dan bertutu kata manis supaya dapat saling menguatkan.
Tekstur dari kue keranjang yang lengket memiliki arti mengupayakan atau berusaha sekeras mungkin agar keluarga tidak terpisahkan.
Dilansir Kompas.com, pendiri Kue Keranjang Hoki oleh Kim Hin Djohari mengatakan bahwa kue keranjang merupakan simbol kekeluargaan dan persahabatan.
Dengan mengonsumsinya, berarti orang tersebut turut mengamini filosofi di balik kue keranjang yang sudah dipercaya sejak lama.
Jika digunakan untuk sembahyang, kue kerang memiliki makna berbeda, yakni pengingat kepada leluhur.
Secara singkat, kue keranjang dapat dijadikan sebagai tanda bakti atau penghormatan.
Adapun sebagai informasi, berikut resep kue keranjang, dikutip dari buku “25 Resep Festive Chinese Food & Kue Serba Oats untuk Keluarga” (2013) karya Fajar Ayuningsih terbitan PT Gramedia Pustaka Utama:
Bahan:
- 375 ml air panas
- 400 gram gula pasir
- 300 gram oats cepat masak, haluskan dengan blender
- 300 gram tepung ketan
- 75 gram tepung sagu
- 300 ml santan
- ¼ sdt garam
- ½ sdm minyak goreng untuk olesan
Cara membuat kue keranjang:
1. Tuang air panas ke dalam mangkuk, tambahkan gula pasir dan aduk hingga gula larut.
2. Taruh oats, tepung ketan, tepung sagu dalam wadah.
Tuang air gula dengan disaring, aduk-aduk.
3. Tambahkan santan dan garam.
Aduk hingga adonan halus dan rata.
4. Siapkan cetakan kue keranjang.
Olesi cetakan dengan minyak goreng, tuang adonan hingga penuh.
5. Kukus adonan kue keranjang selama 30 menit hingga kue matang.
Angkat dan dinginkan.
6. Potong-potong sesuai selera dan sajikan.
(Tribunnews.com/Suci Bangun DS, Kompas.com/Serafica Gischa/Lea Lyliana/Alma Erin Mentari)