Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pandemi Covid-19 menjadi momentum bagi generasi milenial untuk menata ulang dan mengevaluasi gaya hidup dan kondisi keuangannya.
Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Kemenkominfo, Septriana Tangkary menyampaikan, bahwa generasi milenial dewasa ini sangat akrab dengan financial technology (fintech).
Menurutnya, 66,38 persen lender berusia 19-34 tahun dan sebesar 67,19 persen borrower juga berusia 19-34 tahun.
"Berdasarkan data yang ada, generasi milenial dengan usia 26-35 tahun lebih mendominasi pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Jadi tidak hanya pengeluaran yang konsumtif, tetapi generasi saat ini sudah memikirkan masa depan dengan melakukan konsumsi yang produktif", ujar Septry, dalam keterangan, Sealsa (23/3/2021).
Selanjutnya Koordinator Sub Direktorat Perekonomian I Kemenkominfo, Eko Slamet Riyanto memaparkan zaman telah memasuki era masyarakat digital (digital society).
Baca juga: RI Bidik Kerja Sama Pembangunan Perumahan Terjangkau di Provinsi Kusumu Kenya
Baca juga: Sarat Konflik, Hanung Bramantyo Sebut Film Surga Yang Tak Dirindukan 3 Tetap Bisa Dinikmati Milenial
Era masyarakat digital adalah realitas hidup di abad 21 dimana manusia dalam berbagai sektor kehidupannya tidak terlepas dari penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
"Pandemi Covid-19 mendorong kita semua untuk menerapkan budaya cashless. Berdasarkan data Bank Indonesia, selama bulan Desember saja nilai transaksi uang elektronik meningkat 30,44 persen dengan nilai transaksi digital mencapai Rp2.775,5 triliun," ujarnya.
Baca juga: Genjot Transaksi Digital Milenial, Bank Mandiri Gandeng Shopee Luncurkan Kartu Kredit
Chief Marketing Officer Finansialku.com, Mario Agustian Lasut memberikan tips perencanaan keuangan, yakni buat dan gunakan prioritas anggaran berdasarkan besaran nominal bukan dari persentase anggaran dan sesuaikan dengan kewajiban, kebutuhan dan keinginan.
"Bedakan antara kebutuhan dan keinginan. Bagaimana membedakannya? Mudahnya, keinginan kalau ditunda tidak ada dampak signifikan pada diri kita. Sedangkan kebutuhan kalau ditunda akan berdampak pada kehidupan sehari-hari," tuturnya.