News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Idul Adha 2021

Contoh Teks Khutbah Idul Adha 2021: Moralitas Seorang Pemimpin, Refleksi Keteladanan Nabi Ibrahim AS

Penulis: Sri Juliati
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SHALAT IDUL ADHA 1441 H - Umat Islam melaksanakan Shalat Idul Adha 1441 Hijriah di halaman Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Jumat (31/7/2020). Contoh teks khutbah Idul Adha 1442 H yang jatuh pada Selasa, 20 Juli 2021 berjudul Moralitas Seorang Pemimpin, Refleksi Keteladanan Nabi Ibrahim AS.

TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Agama (Kemenag) memutuskan, Idul Adha 1442 H jatuh pada Selasa, 20 Juli 2021 berdasarkan hasil sidang isbat.

Kemenag mengimbau, sholat Idul Adha 1442 H dilaksanakan di rumah seiring dengan masih diberlakukannya PPKM Darurat.

Menurut Kemenag, sholat Idul Adha dilaksanakan sesuai dengan rukun shalat.

Sementara itu, penyampaian khutbah Idul Adha dilakukaan secara singkat, paling lama 15 menit.

Baca juga: Contoh Teks Naskah Khutbah Idul Adha 2021: Berkurban di Masa Pandemi

Baca juga: Kapan Hari Raya Idul Adha 2021? Ini Penjelasan dan Ketentuan Pelaksanaan Shalat Idul Adha

Bagi Anda yang ingin berkhutbah atau bertugas memberikan khutbah saat shalat Id, berikut contoh naskah khutbah Idul Adha 1442 H/2021.

Naskah khutbah Idul Adha ditulis Menurut Kemenag, shalat Idul Adha dilaksanakan sesuai dengan rukun shalat.

Sementara itu, penyampaian khutbah Idul Adha dilakukaan secara singkat, paling lama 15 menit.

Bagi Anda yang ingin berkhutbah atau bertugas memberikan khutbah saat shalat Id, berikut contoh naskah khutbah Idul Adha 1442 H/2021.

Naskah khutbah Idul Adha ditulis Ketua Pengadilan Agama Tulang Bawang Tengah, Lampung, Al Fitri.

Lewat situs badilag.mahkamahagung.go.id, Al Fitri menulis materi khutbah shalat Idul Adha yang berjudul Moralitas Seorang Pemimpin; Refleksi Keteladanan Nabi Ibrahim AS.

Selengkapnya, inilah teks khutbah Idul Adha 1442 H yang jatuh pada Selasa, 20 Juli 2021:

Khutbah 1 Shalat Idul Adha (badilag.mahkamahagung.go.id)

Saudara-saudara kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia.

Ungkapan rasa syukur kepada Allah swt, hari ini kita dapat merayakan Idul Adha, dinamakan juga dengan Idul Qurban, Idun
Nahr, dan Idul Akbar.

Hari raya yang menekankan semangatsosial dan berkorban. Suatu nikmat yang besar, kita dapat berjumpa dengan hari raya besar dan agung ini.

Shalawat dan salam kita sanjung agungkan kepada Nabi Muhammad saw, kepada keluarganya, para sahabatnya dan penerus risalahnyayang terus berjuang untuk tegaknya nilai-nilai Islam di muka bumi ini hingga hari kiamat nanti.

Covid-19 sampai sekarang masih mewabah di Indonesia, kini tahun yang kedua artinya dua kali haji dan kurban kita merayakan Idul Adha dalam kondisi virus corona yang mewabah.

Akibatnyacalon jamaah haji Indonesia untuk kedua kalinya kembali tidak diberangkatkan ke tanah suci Makkah untuk melaksanakan rukun Islam yang kelima.

Kebijakan ini diambil Pemerintah untuk menjaga keselamatan jiwa jamaah agar tidak terpapar virus yang mematikan ini.

Sangat wajar keputusan Pemerintah ini untuk menjaga keselamatan jiwa (hifz náfs), menjaga keberlangsungan agama melalui rukhsháh.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd, Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah.

Salah satu kisah Nabi Ibrahim as yang tercantum dalam Al Quran berkaitan dengan perayaan Idul Adha, yang menjadi salah satu hari raya besar umat Islam, yang jatuh setiap 10 Dzulhijjah dan diperingati pada tanggal tersebut dengan menyembelih hewan kurban sampai hari Tasyrik 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.

Ibadah kurban yang disyariatkan Allah bertujuan untuk menanamkan keutamaan, kebaikan, akhlak mulia, dan mengikis sifat kezaliman dan kerusakan.

Perintah pelaksanaan ibadah kurban ini tertulis dalam Surat al-Kautsár ayat 1-3 :

اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ
innā a'ṭainākal-kauṡar
Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ
fa ṣalli lirabbika wan-ḥar
Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).

اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ
inna syāni`aka huwal-abtar
Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).

Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad:

مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ إِلَى شِرَاءِ اْلأُضْحِيّةِ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ عَشْرُ حَسَنَاتٍ وَ مُحِيَ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئَاتٍ وَ رُفِعَ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ وَ إِذَا تَكَلَّمَ فِي شِرَائِهَا كَانَ كَلَامُهُ تَسْبِيْحًا وَ إِذَا نَقَدَ ثَمَنَهَا كَانَ لَهُ بِكُلِّ دِرْهَمٍ سَبْعُمِائَةٍ حَسَنَة وَ إِذَا طَرَحَها عَلَى اْلأَرْضِ يُرِيدُ ذَبْحَهَا اسْتَغفَرَ لَهُ كُلُّ خَلْقٍ مِنْ مَوْضِعِهَا إِلَى اْلأَرْضِ السَّابِعَةِ وَ إِذاَ أَهرَقَ دَمَّهَا خَلَقَ اللهُ بِكُلِّ قطْرَةٍ مِن دَمِّهَا عَشْرَةً مِنَ الْمَلَائِكَةِ يَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ إلىَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ. رواه أحمد.

"Barangsiapa keluar dari rumahnya pergi untuk membeli hewan kurban maka akan dihitung bagi orang tersebut setiap dari langkah kakinya sepuluh kebaikan, dan dihilangkan atasnya sepuluh kejelekan, dan diangkat (diberi) atasnya sepuluh derajat. Dan ketika terjadi transaksi pembelian maka setiap ucapannya dihitung sebagai tasbih, dan ketika akad pembelian berlangsung maka setiap dirham (satu rupiah) disamakan dengan tujuh puluh kebaikan, dan ketika hewan tersebut diletakkan (dibaringkan) di atas bumi untuk dipotong maka setiap makhluk yang ada di bumi sampai lapis ketujuh akan memohonkan ampun atas orang tersebut, dan ketika darah dari hewan tersebut telah dialirkan maka Allah SWT menjadikan setiap tetes dari darah tersebut sepuluh malaikat yang selalu memohonkan ampun sampai hari kiamat." (HR Ahmad).

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd, Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah.

Momen peringatan Idul Adha tidak dapat kita pisahkan dari ritual dan pengorbanan yang dijalankan oleh Nabi Ibrahim as beserta keluarganya.

Oleh karena itu mari kita gunakan kesempatan baik ini untuk menadaburinya, melakukan refleksi atasnya, dan meneladaninya, sebagaimana disebutkan dalam Surat an-Nahl ayat 120:

اِنَّ اِبْرٰهِيْمَ كَانَ اُمَّةً قَانِتًا لِّلّٰهِ حَنِيْفًاۗ وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَۙ
inna ibrāhīma kāna ummatang qānital lillāhi ḥanīfā, wa lam yaku minal-musyrikīn
Sungguh, Ibrahim adalah seorang imam (yang dapat dijadikan teladan), patuh kepada Allah dan hanif. Dan dia bukanlah termasuk orang musyrik (yang mempersekutukan Allah)

Allah menegaskan bahwa dalam diri Nabi Ibrahim terdapat teladan, sebab hanya Nabi Ibrahim yang selalu kita sebut dalam shalat, selain Nabi Muhammad saw.

Doa yang kita baca untuk Nabi Muhammad ketika tasyahúd selalu disetarakan dengan doa ke Nabi Ibrahim.

Dalam Islam keteladanan, dikenalkan dengan istilah uswátun hasánah, yaitu sebuah konsep moralitas seorang pemimpin dalam pola interaksi dengan rakyatnya.

Sebelum Nabi Ibrahim as hadir saat itu pola interaksi pemimpin dan masyarakat adalah militeristik dan otoriteristik.

Kemudian Nabi Ibrahim hadir membawa pola interaksi dengan paradigma baru yaitu mengedepankan moralitas dan contoh teladan yang baik.

Sebuah gerakan moral yang bersifat soft-power, dengan menjunjung tinggi keteladanan, penegakan hak asasi manusia dan akhlak mulia.

Dalam posisinya sebagai pemimpin umat yang menjunjung tinggi moralitas, Al Quran menjelaskannya dalam Surat Al Baqarah ayat 124 :

وَاِذِ ابْتَلٰٓى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّ ۗ قَالَ اِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًا ۗ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ ۗ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى الظّٰلِمِيْنَ
wa iżibtalā ibrāhīma rabbuhụ bikalimātin fa atammahunn, qāla innī jā'iluka lin-nāsi imāmā, qāla wa min żurriyyatī, qāla lā yanālu 'ahdiẓ-ẓālimīn
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “Dan (juga) dari anak cucuku?” Allah berfirman, “(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.”

Pangkat pemimpin (imam) yang dianugerahkan Allah kepada Nabi Ibrahim itu ditetapkan atas kehendak-Nya.

Bukan ditetapkan karena Nabi Ibrahim telah menyelesaikan dan menyempurnakan tugas yang diberikan kepadanya.

Agar dia menyadari bahwa pangkat yang diberikan Allah itu sesuai baginya dan agar dia merasa dirinya mampu melaksanakan tugas dan memikul beban yang telah diberikan.

Tugas pemimpin merupakan tugas yang suci dan mulia karena pemberian tugas itu bertujuan hendak mencapai cita-cita yang suci dan mulia.

Sebagai pemimpin teladan lalu Allah catat dalam sejarah yang diabadikan dalam Surat Al Mumtáhanah ayat 4:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗۚ
qad kānat lakum uswatun ḥasanatun fī ibrāhīma wallażīna ma'ah
Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya

Ayat ini menyatakan, Nabi Ibrahim sebagai seorang pemimpin harus diikuti dan ditaati karena kepribadian, ucapan dan tingkah lakunya yang saling bersesuaian.

Diikuti dan ditaati bukan karena kekuatan pengikut, dan bala tentaranya. Kekuatan moralitas seorang pemimpinlah yang menumbuhkan kewibawaan, kehormatan dan integritas kepemimpinan Nabi Ibrahim.

Kita menyaksikan betapa banyak seorang yang mengerahkan segala daya upaya untuk mendapatkan kewibawaan dan citra yang baik di mata masyarakat, namun tidak membuahkan hasil yang maksimal.

Hal tersebut karena tidak diikuti oleh pendekatan uswátun hasánah yaitu memberi contoh perilaku yang mulia kepada masyarakat.

Dengan pendekatan uswátun hasánah dan kekuatan moralitas, pemimpin akan selalu menjadi teladan yang baik bagi rakyatnya.

Sehingga melahirkan sikap bijaksana, pembela yang lemah, serta mengerti saat yang tepat untuk akomodatif dan saat yang tepat untuk defensif dari kritikan rakyat.

Dengan demikian, akan terlahir pola hubungan saling mencintai dan melindungi antara pemimpin dan yang dipimpin.

Pemimpin teladan berarti pemimpin yang dapat memberikan contoh yang baik dalam semua aspek, seperti kedisiplinan, bersikap, berbuat, berkata dan sebagainya.

Keteladanan merupakan sesuatu yang mudah, tinggal bagaimana komitmen kita dalam memberi contoh.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd, Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah.

Tidak elok jika ada pemimpin yang menghindari tanggung jawabnya dengan berbagai dalih mengada-ada atau mencari pembenaran.

Pemimpin seperti itu merupakan penumpang gelap demokrasi. Hanya mencari popularitas di atas kepatuhan buta pengikutnya.

Bukankah fungsi seorang pemimpin bukan hanya sekadar sosok untuk memenuhi perangkat organisasi.

Lebih dari itu, pemimpin merupakan role model untuk memberi citra suatu organisasi.

Sepak terjang pemimpin menggambarkan kredibilitas pribadi sang pemimpin sekaligus karakter massa pendukung dan kualitas organisasi pengusungnya.

Maka, oleh sebab itu seorang pemimpin wajib memiliki berbagai karakter positif, seperti jujur, melayani, berani, siap dikritik dan rela berkorban.

Pemimpin harus berani menghadapi kenyataan akibat ucapan dan perbuatannya yang tidak koneksitas.

Dalam fikih siyasyah moral yang menjadi dasar kebijakan dan tindakan pemimpin adalah untuk kemaslahatan agama dan bangsa, kaedah fikih menyebutkan:

tasharruf imam `ala al-ra`iyyah manuthun bi al-mashlahah
Tindakan pemimpin atas rakyat terikat oleh kepentingan atau kemaslahatan umum."

Jadi, pemimpin wajib bertindak tegas demi kebaikan bangsa, bukan kebaikan diri dan kelompoknya semata.

Moral ini wajib hukumnya bagi pemimpin karena tanpa moralitas seorang pemimpin, bisa dipastikan ia tidak bekerja untuk rakyatnya, tetapi untuk kepentingan diri, keluarga, dan kelompoknya semata.

Potret kepemimpinan Nabi Ibrahim dapat dideskripsikan dari berbagai perintah Allah swt, dan aksi nyata dalam membawa cita-cita reformasi untuk perbaikan nasib ummat manusia, sehingga dapat kita aplikasikan dalam kehidupan nyata, di antaranya:

Pertama, Nabi Ibrahim merupakan sosok manusia yang memiliki pikiran terbuka sekaligus kritis. Hal ini karena Nabi Ibrahim sebenarnya dilahirkan dalam keluarga penyembah berhala.

Namun, ia tidak serta merta mengikuti apa yang dianut oleh orang tuanya. Dengan akal fikirannya Nabi Ibrahim berusaha mencari tuhan yang sebenarnya.

Kedua, Nabi Ibrahim menjadi pribadi yang memiliki keteguhan yang sangat kuat, berani mengajarkan tauhid di tengah lingkungan yang kental dengan sesembahan berhala dan penguasa otoriter.

Kisah saat ia menghancurkan 72 berhala dan menyisakan satu berhala yang paling besar, di leher patung yang paling besar Nabi Ibrahim meletakan kapak yang digunakan untuk menghancurkan berhala lain, sehingga berujung pada hukuman keji terhadap dirinya, yaitu dibakar hidup-hidup.

Namun ia tetap sabar, tegar dan tanpa rasa takut sehingga Allah akhirnya menyelamatkannya dari kobaran api yang membara.

Ketiga, Nabi Ibrahim memiliki tanggung jawabnya terhadap keluarga, ia merupakan seorang ayah dan suami yang sukses.

Istrinya, Siti Hajar merupakan seorang ibu yang dengan ikhlas dan sabar.

Dari tangannya pula Ismail tumbuh menjadi anak yang saleh dan pemimpin masa depan, yang ketika dimintai pendapat oleh sang ayah tentang perintah Allah untuk menyembelihnya, dengan ikhlas dan ketulusan hati ia menerima perintah Allah.

Keempat, Nabi Ibrahim merupakan sosok manusia yang memiliki prasangka baik yang sangat kuat terhadap Allah swt.

Begitu besar prasangka baiknya terhadap Allah. Karena perintah Allah swt beliau menempatkan Ismail dan istrinya yang lemah di tengah padang pasir, beliau yakin dengan penjagaan dan pemeliharaan Allah swt.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd, Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah.

Perjalanan hidup Nabi Ibrahim mengandung pelajaran berharga bagi para anak, karena beliau adalah seorang anak yang amat berbakti kepada kedua orang tuanya dan selalu menyampaikan kebenaran kepada mereka dengan cara yang terbaik sebagaimana dalam Surat Maryám ayat 42-45.

Ketika bapaknya, Azar produsen patung tuhan menyikapinya dengan keras, Nabi Ibrahim tetap santun dan berdoa untuk kebaikan ayahnya dalam Surat Maryám ayat 47.

Kisah Nabi Ibrahim as juga mengandung pelajaran berharga bagi seorang ayah kepada anaknya bahwa selalu ada ruang untuk berpendapat atas setiap keputusan sebagai kepala rumah tangga kepada anak-anaknya.

Perintah langsung Allah untuk menyembelih anak diberinya ruang berpendapat dan dialog bagi anaknya, sebagaimana Surat as-Sháffat ayat 102.

Perjalanan hidup sang pencetus agama hanif ini adalah juga edukasi berharga bagi para suami-istri.

Azas membina kehidupan rumah tangga tidak lain di atas keridaan perintah Allah swt.

Hal ini tecermin dari dialog antara Nabi Ibrahim dan istrinya yang bernama Siti Hajar, ketika Nabi Ibrahim membawa istri beserta anaknya ke Kota Makkah yang masih tandus dan belum berpenghuni atas perintah Allah swt.

Oleh karenanya dalam khutbah ini dapat diambil teladan bahwa dalam kisah Nabi Ibrahim perjalanan hidupnya ditemukan sosok seorang nabi, pemimpin, ayah, suami, dan anak yang luar biasa.

Memiliki karakteristik manusia yang terpuji, yaitu: sosok pemimpin sejati sehingga Allah swt menjadikannya seorang imam, pemimpin umat, dan fokusnya adalah melanjutkan warisan ini untuk keturunannya dan ummat.

Selalu terbuka saat memimpin dan melakukan kebaikan, serta menginspirasi orang lain untuk mengambil tindakan.

Memiliki kepercayaan yang sempurna, Nabi Ibrahim sangat menginspirasi dalam hal ketakwaan dan ketauhidan.

Dia lebih fokus untuk pengabdian kepada Allah swt dan menjadikan-Nya sebagai skala prioritas utama.

Dalam perjalanan hidupnya, Nabi Ibrahim memiliki tawakal atau kepercayaan, karena hanya bergantung kepada Allah swt dan tidak ada yang bisa menggoyangkan keimanannya.

Sebagai teladan kesabaran, ketika dihadapkan pada tantangan, cobaan dan ujian, Nabi Ibrahim selalu bersikap tenang dan bijaksana.

Ketika ayahnya menentang risalahnya dia tidak marah dan tetap sabar. Dia berbicara dengan ayahnya dengan cara yang lemah lembut.

Ketika penguasa mencoba membungkamnya, ia tetap teguh dan istiqomah dengan reformasi ketauhidan yang dibawanya meskipun nyawa taruhannya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd,.

Demikian khutbah singkat ini semoga ketauladan Nabi Ibrahim as menjadi perbaikan moralitas bagi kita sebagai seorang pemimpin baik dalam rumah tangga maupun dalam masyarakat dan bernegara.

Mohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan dalam menyampaikan khutbah, insha Allah segala rangkaian amal ibadah kita diterima Allah swt.

Untuk teks khutbah 2, dapat Anda simak melalui link ini.

(Tribunnews.com/Sri Juliati)

Berita lain terkait Idul Adha 2021

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini