Sedangkan pada musim panas mereka pergi ke utara,yaitu negeri Syam.
Namun, kemakmuran yang merata dan kemakmuran Suku Quraisy jangan sekali-kali hanya untuk memuaskan hawa nafsu.
Berkah dari Allah harus dijadikan bekal untuk beribadah kepada-Nya dan menyukuri segala nikmat pemberian-Nya.
Sehingga, menghasilkan kesejahteraan, cukup sandang-pangan dan keamanan dari ketakutan seperti diisyaratkan dalam kalimat: "Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan."
2. Yaitu kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin ke Yaman dan musim panas ke Syam untuk berniaga guna memenuhi kebutuhan hidup mereka di Mekah
Mereka juga berkhidmat merawat Kakbah dan melayani para peziarah, suatu hal yang menjadi kebanggan mereka atas kabilah-kabilah lain.
Allah menerangkan profesi suku Quraisy sebagai kaum pedagang di negara yang tandus dan mempunyai dua jurusan perdagangan.
Mereka ke Yaman untuk membeli rempah-rempah yang datang dari Timur Jauh melalui Teluk Persia.
Sedangkan di Syam pada musim panas untuk membeli hasil pertanian yang akan dibawa pulang ke negeri mereka yang tandus lagi kering itu.
Orang-orang penghuni padang pasir (Badui) menghormati suku Quraisy karena mereka dipandang sebagai jiran (tetangga) Baitullah, penduduk tanah suci dan berkhidmat untuk memelihara Ka'bah, dan penjaga-penjaga Ka'bah.
Mereka selalu pulang dalam keadaan aman dan sentosa.
Rasa hormat Suku Quraisy ketika merawat Baitullah memberikan mereka kekuatan jiwa dan memelihara keselamatan mereka dalam misi perdagangan ke utara (Yaman) dan ke selatan (Syam).
Sehingga timbullah suatu kebiasaan dan kegemaran untuk berniaga yang menghasilkan banyak rezeki.
Mereka sangat menghormati Ka'bah, terutama setelah peristiwa pasukan gajah yang binasa oleh kemurkaan Allah.