Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fauzi Alamsyah
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penyakit mental atau mental illness anak ditengah pandemi masih menjadi masalah besar.
Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization, WHO) mengatakan 1 dari 4 remaja di usia 16-24 tahun menderita gangguan kesehatan kejiwaan.
Riset Kesehatan Dasar juga menunjukan lebih dari 19 juta penduduk Indonesia berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, bahkan 12 juta lebih mengalami depresi.
Transisi dari remaja ke dewasa merupakan masa krusial dimana remaja dihadapkan dengan tantangan dan pengalaman barunya dalam kehidupan.
Baca juga: Mengenal Kondisi Mental Meeting Overload Akibat Terlalu Banyak Rapat
Baca juga: Kesehatan Mental Harus Diperhatikan Sejak Anak Dalam Kandungan
Selain mulai memiliki status hukum dan tanggungjawab, fase transisi periode tersebut cukup kritikal karena mereka mengalami perkembangan biologis, psikologis, dan emosional.
Terlepas dari hal itu, guru dan orangtua adalah figur yang bisa mencegah potensi penyakit mental di kalangan generasi penerus bangsa.
Perannya dapat menekan potensi penyakit mental melalui bimbingan dan pendampingan dengan pendekatan pendidikan holistik berbasis karakter di sekolah maupun di rumah.
Spesial di Hari Guru Nasional, NET bekerja sama dengan Indonesia Heritage Foundation (IHF) berbagi inspirasi dan virtual "Cegah Mental Illness Lewat Pendidikan Holistik Berbasis Karakter".
Dua tokoh muda di Indonesia dihadirkan dalam program tersebut, yakni Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah) dan Emil Dardak (Wakil Gubernur Jawa Timur), bersama praktisi pendidikan karakter DR Ratna Megawangi.
Mereka telah berbagi inspirasi secara virtual melalui Youtube Live dan Facebook Live NET Mediatama, belum lama ini.
DR Ratna Megawangi mengatakan untuk menjaga kesehatan mental anak, sebagai pendidik harus terampil dengan membuat anak selalu happy dalam belajar.
"Belajar daring membuat mereka bosan. Mereka perlu berinteraksi dengan bahagia dalam bersekolah," ungkap DR Ratna Megawangi, pendiri Indonesia Heritage Foundation.
"Selama belajar di rumah pun orangtua perlu menjaga komunikasi sehingga anak menjadi nyaman. Jangan malah terus diomelin karena nilainya belum sesuai,” sambungnya.