News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Solusi Pengasuhan Pada Anak di Masa Pandemi, Berikut Tipsnya

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Daryono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Joko Widodo meninjau pelaksanaan vaksinasi Covid-19 anak usia 6-11 tahun di SDN 3 Nglinduk, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah pada Rabu (5/1/2022).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selama pandemi Covid-19, orang-orang takut dan panik untuk bersosialisasi secara tatap muka. Namun, bersosialisasi ternyata penting baik bagi keluarga terutama bagi tumbuh kembang anak.

Menurut Psikolog Anak & Co-Founder TigaGenerasi, Saskhya Aulia Prima menyebutkan jika pada dasarnya perubahan kondisi dapat memengaruhi perkembangan keluarga.

Perubahan bisa juga berupa pandemi Covid-19 saat ini.

Menurutnya ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kondisi keluarga.

Baca juga: Krisdayanti Beberkan Wajah Anak Aurel Hermansyah dan Atta Halilintar: Cantik Sekali

Pertama, inkonsistensi kondisi sehari-hari.

Misalnya, anak yang biasa melakukan sekolah tatap muka, kini berada di rumah.

Hal ini memengaruhi emosi anak dan keluarga secara keseluruhan.

Kedua terbatasnya ruang anak untuk bereksplorasi dan bermain.

Kemudian pembelajaran yang sekarang tidak lagi tatap muka untuk sementara waktu.

Di sisi lain, menurut Saskhya memang ada penurunan keterampilan halus dan kasar usai bayi.

Pada usia pra sekolah, pada balita terjadi penurunan kesempatan bermain dan berpengaruh pada kesehatan mental.

"Dampaknya lebih mudah stres. Lebih gamang tantrum misalnya. Karena banyak di rumah, sedangkan kebutuhan fisik tinggi. Harus cari cara agar kebutuhan gerak dipenuhi salah satunya," ungkapnya dalam edukasi family & parenting, lewat Lazada Baby and Kids Festival, Selasa (22/2/2022).

Selanjutnya, para orangtua juga khawatir jika anak memakai masker, maka akan sulit memahami emosi orang lain.

Tapi jangan khawatir, Saskhya menyebutkan jika ada penelitian terbaru yang menyatakan penggunaan masker tidak mengurangi anak memahami emosi orang lain.

"Menebak emosi gak harus lihat full muka. Tapi gestur tubuh, intonasi, suara sehingga anak tahu orang lain sedang merasakan apa. Ini angin segar," kata Saskhya menambahkan.

Baca juga: Jurnal Penelitian: Anak Dirawat di RS Selama Gelombang Omicron 4 Kali Lebih Banyak Dibanding Delta

Situasi pandemi yang boleh disebut masa krisis ini adalah hal wajar ketika orangtua dan anak merasa jenuh, bosan.

Selain itu juga merasakan emosi tidak nyaman, dan konflik dalam anggota keluarga.

Namun respon mulai dianggap tidak wajar jika sama sekali tidak termotivasi melakukan apa pun.

Sulit sekali memiliki emosi lebih positif dan malah melakukan kekerasan anggota keluarga.

Lantas apa yang harus dilakukan? Saskhya pun memberikan lima tips. Pertama, sesuaikan ekspetasi dan pembagian tugas dalam pegasuhan anak.

"Pertama ekspetasi sesuaikan dengan kondisi masing-masing. Ikuti apa yang ada, dan maksimalkan di situ," tegasnya.

Baca juga: Gejala Covid-19 yang Paling Sering Dialami Anak dan Balita

Kedua, atur pembagian tugas dalam pengasuhan bersama anak.

Ketiga, banyak lakukan eskplorasi kegiatan online, atau private offline sehingga meningkatkan keterampilan yang perlu diasah.

Keempat, ajak anak untuk role play dan lebih sering berinteraksi bersama anggota keluarga.

Kelima, rest dan relax dengan diri sendiri serta pasangan.

Karena empat poin tips di atas tidak akan berjalan baik jika hubungan dengan pasangan tidak full.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini