Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah dua tahun setelah dilanda pandemi, banyak orangtua yang khawatir terkait perkembangan sosial emosional anak.
Pasalnya, hal ini dikarenakan kebijakan social distancing atau menjaga jarak. Sehingga anak pun mau tidak mau sulit untuk bersosialisasi dengan teman sebaya.
Apa lagi untuk anak-anak di usia bawah enam tahun, harus tetap di rumah karena belum mendapatkan vaksin Covid-19. Namun nyatanya, hal ini dapat berpengaruh bagi kondisi emosional anak.
Baca juga: Amerika Serikat Mulai Menyelidiki Efek Berbahaya TikTok pada Kesehatan Mental Anak-anak
Menurut Ahli Tumbuh Kembang Anak dan Pediatri Sosial, Prof DR dr Kusnandi Rusmil Sp A (K) M. M.situasi pandemi Covid-19 saat ini sangat berdampak pada anak.
Seperti yang diketahui, anak memiliki beberapa kebutuhan. Di antaranya seperti kebutuhan sosialisasi, belajar dan bermain. Tapi selama pandemi, hal tersebut tidak bisa didapatkan karena takut terinfeksi Covid-19.
"Jadi mental emosional anak terganggu. Anak sering stres, kadang-kadang tempramen tantrum. Yaitu seperti ngamuk ngamuk. Bisa sedih, gangguan depresi dan cemas. Itu yang disebut gangguan mental emosional," ungkapnya pada konferensi pers virtual, Jumat (4/3/2022)
Menurut dr Kusnandi, hal ini lah yang harus dicegah oleh orangtua. Walau mau tidak mau, orangtua kini mesti mempunyai pekerjaan lebih.
Pertama, orangtua perlu melihat perkembangan mental emosiona anak. Apakah ada yang berbeda atau tidak. Orangtua perlu mempelajari perubahan sikap pada anak.
Kedua, kalau terjadi tempramen tantrum atau perubahan yang cukup siginifikan orangtua bisa melakukan kontrol pada ahli tumbuh kembang. Agar orangtua tahu apa yang harus dilakukan pada anak.
"Sehingga dapat melihat masalah piskologi anak, depresi, sedih atau cemas. Pihak ahli tumbuh kembang akan melakukan scanning. Dan kalau ada sesuatu yang ditemukan bisa kirim ke psikolog anak," kata dr Kusnadi menambahkan.
Ketiga, jika perubahan masih pada batas normal maka anak bisa diajak bermain dan komunikasi interaktif selama di rumah. Dikarenakan sosialisasi anak berkurang, orangtua harus sabar mendampingi sang buah hati.