Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mengajarkan puasa di bulan Ramadan pada anak, penting bagi keluarga Muslim. Di sisi lain, saat berpuasa rasa sabar menjadi salah satu yang perlu ditekankan.
Menurut psikolog anak Samanta Elsener, ada beberapa cara melatih kesabaran anak saat berpuasa. Terutama anak kerap meminta berbuka saat sedang belajar berpuasa.
Pertama, orangtua perlu tahu berapa usia anaknya saat ini. Kedua, ketahui dulu nilai-nilai yang dianut dalam keluarga.
"Karena ada keluarga yang menyebut anak perlu belajar berpuasa dari umur lima tahun. Ada anak perlu belajar umur 7 tahun. Tapi kalau belum bisa belajar full gak apa apa deh, nanti wajibnya ketika akil baligh," ungkapnya di acara bincang Radio Sonora FM, Jumat (15/4/2022).
Hal ini tergantung pada nilai yang diajarkan di dalam keluarga terkait ritual keagamaan ini seperti apa. Ketiga, orangtua perlu mempunyai kesepakatan dari awal puasa dengan anak.
Baca juga: Pola Makan yang Tepat Saat Berpuasa Bagi Penderita Diabetes
"Kamu mau buka puasanya kapan di dalam proses belajar puasa. Kalau dibilang puasa setengah hari sampai jam 12 siang, jam sepuluh udah lapar mau makan. Ya kita bisa alihkan, tapi validasi apa yang dirasakan anak," kata Samanta menambahkan.
Baca juga: 5 Asupan Nutrisi Ini Penting agar Otak dan Otot Tetap Fit Selama Berpuasa
Dengarkan apa yang diungkapkan anak, lalu lakukan aktivitas yang mendukung emosi ke anak untuk mengalihkan rasa lapar.
Untuk orangtua yang bekerja dan tidak bisa menemani anak bermain, boleh sekadar mendengarkan.
Baca juga: Si Kecil Masih Ingin Berpuasa Saat Batuk dan Pilek, Bahayakah untuk Tubuhnya? Ini Penjelasan Dokter
"Tapi kita bisa kasih tahu iya, gak enak ya, lapar ya. Tapi dua jam lagi nih, sayang loh. Dicoba dulu ya. Ajak anak berpikir yang happy dulu. Sehingga mengubah pola pikir anak kearah yang menyenangkan," papar Samanta.
Selain itu ada pula orangtua yang mempunyai nilai keagamaan harus belajar puasa penuh. Untuk mendorong itu, biasanya diberikan reward atau hadiah. Cara ini menurut Samanta juga dapat digunakan.
"Yang penting validasi soal perasaan, anak merasa aku lapar, berat, lemas dan cari alternatif kegiatan kecil, yang bisa mengubah rasa lapar menjadi energi," pungkasnya.