Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagian anak-anak kerap merasa takut pada sesuatu. Misalnya takut pergi ke kamar mandi atau berada di ruangan gelap. Karenanya, sudah jadi tugas orangtua untuk membangun keberanian anak.
Menurut psikolog klinis, Dra Astrid Regina Sapiie, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan keberanian anak.
Pertama, untuk menumbuhkan rasa berani, anak harus punya rasa 'saya mampu'. Misalnya saya mampu jalan ambil cokelat. Saya mampu pergi ke kamar mandi sendiri dan sebagainya.
"Dia harus punya konsep saya mampu. Self efikasi. Anak, masih berada dalam tahap belum bisa mikir abstrak. Kalau dibilang jangan takut, gak apa-apa, belum nyampe. Kalau anak di bawah sekolah dasar jangan dibilang begitu," papar Regina pada siaran radio Sonora Fam, Minggu (18/9/2022).
Baca juga: Membahas pendidikan seks dengan anak tidak harus canggung, bagaimana caranya?
Kedua, anak harus tahu kalau sesuatu yang ia takuti tidak menakutkan. Lalu bagaimana caranya? Misalnya, anak takut akan kegelapan. Maka orangtua bisa mengajak anak ke kamar dengan lampu yang diredupkan.
Orangtua bisa memeluk sang anak atau menggenggam tangannya untuk memberikan rasa aman. Selain itu, cobalah memberikan kalimat yang meyakinkan sang anak, jika tidak ada apa-apa di dalam kegelapan.
"Sekarang kita di dalam gelap. Tidak apa-apa kan. Sekarang coba lepas, kalau mama lepas mama masih di sini. Kamu jalan sedikit ke depan. Gak apa apa kan sayang. Nah, Ini contoh sederhana," papar Regina.
Ketiga, tidak dianjurkan untuk memerintahkan untuk jangan takut tanpa memberikan penjelasan.
Regina menganjurkan untuk tidak mengatakan jangan takut, hanya imajinasi. Karena hal itu tidak akan bisa pada anak yang masih kecil.
"Bawa ke kamar mandi bersama ibunya. Kemudian di tanya, ada apa sayang di kamar mandi? Gak ada apa-apa Ma, jawab anak. Jadi dia harus merasa," tegasnya.
Baca juga: Stres Urus Anak Bahkan Putus Asa, Kapan Orangtua Harus Konsultasi ke Psikolog?
Untuk membangun keberanian anak ini memang membutuhkan kesabaran dari orangtua. Anak-anak masih belum bisa berpikir abstrak. Sehingga perlu diberikan pemahaman, bukan sekadar nasehat.
"Pengalaman meski konkrit. Kalau kadung takut, kita harus pelan-pelan mendekatkan situasi menakutkan. Lalu, memasukkan anak dalam situasi itu dengan pendampingan kita. Berikan jarak pelan-pelan," pungkasnya.(*)