TRIBUNNEWS.COM - Berikut adalah contoh khutbah Jumat dalam rangka Isra Mikraj 1444 H tahun 2023.
Berdasarkan penanggalan kalender 1444 Hijriah, peringatan Isra Mikraj tahun ini jatuh pada hari Sabtu (18/2/2023).
Isra Mikraj merupakan peristiwa penting dalam sejarah Islam.
Peristiwa sejarah Isra Mikraj tersebut, tentang kisah perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW.
Dua contoh teks khutbah Jumat bertema Isra Mikraj ini dapat dibacakan ketika khutbah salat Jumat.
Pertama tentang Mengisra' dan Memi'rajkan Wakaf, kedua tentang Isra Wal Mikraj Nabi Muhammad SAW.
Baca juga: Apa Itu Isra Mikraj? Inilah Pengertian Secara Bahasa dan Penjelasan Menurut Kemenag RI
Simak dua contoh khutbah jumat Isra Mikraj, mengutip dari laman resmi Badan Wakaf Indonesia dan MUI Lampung, berikut ini.
Mengisra' dan Memi'rajkan Wakaf
oleh Dr. Atabik Luthfi, MA
Hadirin jama’ah Jum’at As'adakumullah...
Peristiwa besar yang karenanya patut untuk diperingati keagungannya adalah isra dan mi'raj Rasulullah saw. Hanya terjadi sekali sepanjang kehidupan. Hanya nabi Muhammad saw yang mendapatkan anugerah kemuliaan tersebut.
Baginda diperjalankan di malam hari, dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha, dilanjutkan dengan perjalanan baginda menghadap Allah swt di Sidratil Muntaha, yang dikenal dengan istilah isra dan mi'raj.
Kedua peristiwa agung ini diabadikan oleh Al-Qur'an di surat AlIsra': 1, dan surat An-Najm: 13-14. "Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami.
Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat". "Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha". (An-Najm: 13-14)
Hadirin yang Berbahagia. Memperingati peristiwa Isra' dan Mi'raj selama ini sudah baik dan khidmat dijalankan, dari satu peringatan ke peringatan berikutnya, karena diantaranya mampu menanamkan kembali kecintaan kepada baginda, dan mempertebal spirit ibadah
shalat, dan pengakuan akan keagungan dan kekuasaan Allah swt.
Namun dalam konteks kehidupan yang heterogen, seyogyanya hikmah isra mi'raj terimplementasikan juga dalam ruang kehidupan, dan dimensi yang lebih luas, misalnya dimensi wakaf untuk kesejahteraan dan kemartabatan umat.
Dalam konteks membangun pondasi kehidupan ekonomi umat, maka peristiwa isra mi'raj sangat tepat jika dikorelasikan dengan aktivitas wakaf di tengah masyarakat.
Dalam rangka terus mengisra'kan (memperjalankan) wakaf agar bergulir di tengah-tengah umat, serta memi'rajkannya menuju tingkatan kesadaran yang tinggi akan wakaf, maka memaknai kembali peristiwa ini dalam konteks wakaf menjadi ijtihad yang patut diterima di khalayak luas.
Apalagi dengan banyak digulirkan program wakaf produktif, dari upaya dan kerja keras sungguh-sungguh untuk memajukan dan meningkatkan capaian wakaf Jama'ah Jum’at yang dimuliakan Allah SWT.
Wakaf perspektif fiqih mengacu kepada proses pemindahan kepemilikan, dari yang bersifat individual menjadi bersifat sosial, dari kepentingan personal menjadi kepentingan komunal.
Seorang yang berwakaf berarti menyadari bahwa kepemilikan sejati atas hartanya adalah Allah SWT, sehingga ia siap mengembalikan itu kepada umat, yang pulangan kebaikannya adalah untuk diri wakif, keluarga, kerabat, bahkan
masyarakat dan umat yang lebih luas.
Bukankah Rasulullah saw mengingatkan tentang hakikat harta dalam sabdanya,
“Hamba berkata, “Harta-hartaku.” Bukankah hartanya itu hanyalah tiga: yang ia makan dan akan sirna, yang ia kenakan dan akan usang,
yang ia beri yang sebenarnya harta yang ia kumpulkan. Harta selain itu akan sirna dan diberi pada orang-orang yang ia tinggalkan.” (HR. Muslim)
Al-Ahnaf bin Qois yang lebih dikenal dengan Adh Dhohak, dikisahkan bahwa beliau melihat dirham di genggaman tangan seseorang.
Lantas Al Ahnaf bertanya, “Dirham ini milik siapa?” “Milik saya”, jawabnya.
Al Ahnaf berkata, “Harta tersebut jadi milikmu jika engkau menginfakkannya untuk mengharap pahala atau dalam rangka bersyukur.” Kemudian Al Ahnaf berkata seperti perkataan penyair
'Engkau akan menjadi budak harta jika engkau menahan harta tersebut', Hadirin Rahimakumullah.
Secara filosofis dan nilai, wakaf merupakan satu-satunya jenis ibadah harta yang bersifat keabadian, baik barang atau harta benda wakaf, maupun nilai manfaat dan pahala yang terus mengalir tanpa akhir.
Wakaf itu tidak akan pernah berakhir, karena sifat kesinambungan dan keabadiannya.
Disini distingsi yang menonjol dari ibadah wakaf. Karenanya, wakaf di masa dahulu dijadikan sumber pendanaan berbagai aktifitas pendidikan, sosial, dakwah, pemberdayaan ekonomi, dan sebagainya. Untuk kebaikan bersama dalam skala yang lebih luas dan besar.
Sampai jika besok kiamat, namun masih ada barang yang mungkin diinvestasikan, justru Rasulullah saw memerintah demikian.
Dari Amarah bin Khuzaimah berkata, “Aku mendengar Umar bin Khathab berkata kepada bapakku. “Apa yang menghalangimu untuk
menanam lahanmu?” Bapakku berkata, “Aku tua renta yang akan mati besok.” Umar berkata, “Ku yakinkan Kau harus menanamnya.”
Pesan dari kedua riwayat tersebut sangat jelas, bagaimana kita terus berorientasi kepada investasi jangka panjang terhadap harta yang kita miliki.
Dan Wakaf siap untuk memproduktifkan harta milik kita, yang penyalurannya adalah juga untuk kebaikan dan kesejahteraan bersama,
dengan jumlah dan jangkauan manfaat yang lebih luas Jama'ah yang dirahmati Allah Swt.
Peristiwa Isra' dan Mi'raj memang sudah jauh jarak waktu terjadinya dengan waktu kita sekarang.
Namun pesan dan spirit dari peristiwa tersebut tidak boleh berhenti atau ajeg. Perspektif dan sudut pandang menghikmahinya perlu terus
diperluas cakupannya, termasuk dalam konteks memajukan dunia perwakafan di tanah air.
Mari kita mulai mengisra' dan memi'rajkan wakaf di bumi Nusantara yang kita cintai ini, untuk kebaikan dunia kita yang berkesinambungan, dan kebaikan akhirat kita kelak. Amiin
Baca juga: 2 Contoh Teks Khutbah Jumat Bulan Rajab 1444 H Tahun 2023
Isra Wal Mikraj Nabi Muhammad SAW
Oleh : Dr. Abdul Aziz, M.Pd.I
Puja dan puji syukur marilah senantiasa kita panjatkan kahadlirat Allah SWT. karena berkat, taufiq, hidayah dan rahmatNYA pada kesempatan
yang mulya dan bahagia ini kita semua bisa melaksanakan ibadah shalat jum’at secara berjama’ah tanpa halangan satu apapun,
Shalatullah wasalamuhu semoga tetap tercurahkan keharibaannya yang suci nan ma’shum junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW berikut para keluarga, sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in, ulama waratsatul ambiya’ hingga kekita semua, mudah mudahan kita semua senantiasa diakui ummat baginda kita Rasulillah Muhammad SAW dan mendapatkan syafa’atnya di yaumil akhir kelak.Allahumma Amien
Melalui mimbar khutbah jum’at ini perkenankan kami mengajak seluruh jama’ah shalat jum’at, agar senantiasa meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
Yaitu dengan melaksanakan apa yang diperintahkanNYA dan menjauhi apa yang dilarangNYA.
يا معاشر المسلمين وزمرة المؤمنين رحمكم للا
Menurut kalender hijriyah peringatan Isra’ Mi’raj pada 27 Rajab 1444H. bertepatan dengan hari senin, tanggal 18 Februari 2023 yang akan datang.
Momentum agung ini terjadi pada saat Nabi Muhammad SAW berusia 51 tahun, setelah banyak mengalami peristiwa yang memilukan serta menguji ketabahan Nabi.
Ada tiga peristiwa penting yang melatarbelakangi terjadinya Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Tiga peristiwa yang meninggalkan luka mendalam dalam hati beliau. Demikian berat peristiwa itu dirasakan oleh Nabi, sehingga para ahli sejarah peradaban Islam menyebutnya dengan istilah Aamul Huzni atau tahun kesedihan;
1. Wafatnya paman Nabi yaitu Abu Thalib, seorang paman yang sangat dicintainya, paman yang selama bertahun-tahun mengasuh dan
membackup dakwahnya.
Sejak beliau berusia delapan tahun sampai diantar ke gerbang kebahagiaan ketika Nabi menikah dengan Siti Khadijah dalam usia 25 tahun.
Abu Thalib sangat mencintai Nabi, melindungi dari berbagai tantangan dan rongrongan yang datang dari Musyrik Quraisy, menjadi pelindung dan perisai bagi Nabi dari segala tindakan musuh.
Abu Thalib adalah pemimpin Quraisy yang berwibawa disegani berbagai kalangan.
2. Wafatnya Sayyidah Khadijah, istri yang sangat dicintainya, Istri yang senantiasa mendampinginya selama bertahun-tahun dalam segala suka dan duka, wanita bangsawan Quraisy yang memiliki sifat keibuan yang luhur, selalu membahagiakan Nabi dalam segala kehidupannya, senantiasa mendukung kegiatan dakwah Nabi,
Perananannya begitu besar dalam perjuangan Nabi Muhammad SAW. menghibur Nabi dari segala kesedihannya, selalu membela Nabi dari segala rintangan dan tantangan hingga wafat, besarnya cinta dan kasih sayang Nabi pada Sayyidah Khadijah, setelah wafatnyapun Nabi selalu mengingatnya.
Allah tidak menggantikan untukku seorang yang lebih baik dari Khadijah, seorang yang pertama kali beriman kepadaku, pada saat orang lain mendustakan aku, senantiasa mencintaiku tatkala banyak orang membenciku, mengorbankan seluruh harta kekayaannya dalam mensyi’arkan Agama Allah.
3. Sepeninggal Sang Paman dan istri tercinta, Nabi Muhammad mengalami banyak kesulitan, tekanan, intimidasi dan kekerasan dari orang-orang Kafir Quraisy semakin hari semakin masif dan eskalatif, terlintas dalam benak Nabi untuk melakukan hijrah ke Thaif, Rasul menaruh harapan semoga kaum Tsaqif yang menduduki wilayah Thaif yang amat subur dengan udara sejuk itu mau menerima agama Allah SWT.
Sebuah kota kecil yang kini sering dipakai tempat peristirahatan di musim panas karena hawanya sejuk, berjarak 60 km sebelah timur laut Kota Mekah.
Sesampainya di Thaif, Nabi memasuki kota itu dengan penuh harapan, namun harapan dan keinginan Nabi menjadi sirna, ketika menerima sambutan yang sangat mengecewakan, mereka menolak kedatangan Nabi Muhammad, mereka tolak dengan kasar, mereka mengkhianati kebiasaan bangsa Arab, yang selalu menghormati tamunya.
Mereka mengusir Nabi dengan kasar, bahkan dilempari dengan batu. Nabi menghindar dan berlindung di bawah pohon anggur milik Uthbah dan Syaibah.
Kaki dan kening Nabi mengucurkan darah, menghadapi penghinaan yang teramat keras dan menyakitkan, Nabi tidak mengutuk mereka, namun beliau melantunkan do’a, beliau menengadah ke langit, hanyut dalam untaian do’a pengaduan yang sangat mengharukan.
Wahai Allah Tuhanku, kepada-Mu aku mengadukan kelemahan diriku, kekurangan daya upayaku dan kehinaanku dihadapan sesama manusia.
Wahai Allah Yang Maha Kasih dari segala kasih, Engkau adalah pelindung orang-orang yang lemah dan teraniaya. Engkau adalah pelindungku.
Tuhanku, kepada siapa Engkau serahkan diriku? Apakah kepada orang jauh yang membenciku atau kepada musuh yang menguasai diriku.
Tetapi asal Kau tidak murka padaku, aku tidak perduli semua itu. Rahmat dan karunia-Mu lebih luas bagiku, aku berlindung dengan cahaya-Mu yang menerangi segala kegelapan, yang karenanya membawa kebahagiaan bagi dunia dan akhirat, daripada murka-Mu yang akan Kau timpakan kepadaku.
Engkaulah yang berhak menegurku sehingga Engkau meridhaiku. tiada daya dan upaya kecuali dari-Mu.
Demikianlah peristiwa-peristiwa penting yang terus menguji ketabahan Nabi, menjelang beliau mendapatkan kehormatan yang agung, yaitu di Isra’ dan di Mi’rajkan dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsho, kemudian naik kelangit pertama sampai kelangit ketujuh hingga ke Sidratil Muntaha, untuk mendapatkan perintah shalat langsung dari Allah SWT.
Dalam Al Qur’an Allah SWT. Berfirman Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) Kami.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Isra’ : 1)
Malaikat Jibril membelah dada Nabi Muhammad SAW dan membersihkannya dengan menggunakan air zamzam sebanyak empat kali.
1. Saat Nabi Muhammad SAW berusia empat tahun dan masih tinggal bersama dengan ibu susunya, Sayyidah Halimah As Sa’diyah, di kampung Bani Sa’d. Ketika itu Malaikat Jibril AS. mendatangi Muhammad kecil waktu dia sedang bermain dengan teman-temannya.
Malaikat Jibril kemudian membelah dada Muhammad kecil, kemudian meletakkan hati Nabi Muhammad SAW itu di atas nampan emas dan membersihkannya dengan menggunakan air zamzam. Lalu mengembalikannya seperti sedia kala.
2. Ketika Nabi Muhammad berusia 10 tahun, mendekati usia taklif (mukallaf), dada Nabi Muhammad juga dibelah lagi.
Hatinya dibersihkan oleh Malaikat Jibril dengan air zamzam.
3. Ketika Malaikat Jibril membawa wahyu pengangkatan Nabi atau saat usia Nabi Muhammad 40 tahun.
4. Ketika Nabi Muhammad SAW mau Isra’ Mi’raj, Malaikat Jibril membelah dada Nabi Muhammad dan membersihkan hatinya.
Dalam perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW menyaksikan ummat manusia yang bermacam-macam warnanya;
1. Orang-orang yang gemar bersedekah atau berinfaq, Nabi Muhammad SAW melihat golongan ini memanen tanaman yang baru ia tanam.
Setelah dipanen, tanaman tersebut tumbuh kembali. Begitupun seterusnya sehingga hasil panen mereka melimpah ruah.
Mereka adalah orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah SWT.
2. Orang-orang yang berpegang teguh pada agama Allah SWT. Nabi mencium bau harum yang luar biasa, berasal dari keluarga besar Sayyidah Masyitah yang dimasak hidup-hidup oleh Fir‘aun karena tidak mau mengakuinya sebagai Tuhan.
3. Pemalas mengerjakan shalat fardhu,
Nabi melihat sekelompok orang yang kepalanya mereka pecahkan sendiri, kepala tersebut utuh kembali, setelah itu, mereka pecahkan kembali, begitu seterusnya.
Jibril menjelaskan bahwa mereka adalah orang-orang yang kepalanya berat untuk melaksanakan shalat fardhu sehingga tidak melaksanakannya.
4. Orang-orang yang enggan bersedekah, Nabi Muhammad SAW menyaksikan orang yang memakan pohon dhari‘ (pohon kering dan berduri), zaqqum (tumbuhan yang rasanya pahit) dan batu panas.
Ketika ditanyakan kepada Jibril, orang-orang ini adalah orang yang tidak mau bersedekah.
5. Pezina yang lebih memilih wanita lain di luar istrinya sendiri, orang ini menggenggam daging bagus dan daging busuk.
Namun orang-orang itu memilih memakan daging busuk dari pada daging bagus yang dibawanya.
6. Para maling, perampok, pembegal dan koruptor, Nabi Muhammad SAW melihat sekelompok orang melewati jalan yang dipenuhi kayu bakar,
saat melewati tumpukan kayu bakar, sekelompok orang tersebut terbakar.
7. Pemakan harta riba, golongan ini berenang di sungai yang penuh darah dan batu membara, sambil berenang sambil minum air darah dan batu membara tersebut.
8. Rakus jabatan, golongan orang yang memikul kayu bakar di pundaknya, terus menambah kayu bakar yang dipikulnya walaupun sebenarnya
mereka tidak kuat lagi memikulnya.
9. Para muballigh yang tidak mengamalkan ucapannya, sekelompok orang yang lidah dan mulut mereka dipotong dengan menggunakan gunting besi.
Setelah dipotong, mulut dan lidah mereka tumbuh seperti semula dan dipotong lagi, begitu seterusnya.
10. Orang yang suka menyerang kehormatan orang lain, sekelompok orang berkuku panjang yang terbuat dari tembaga panas.
Mereka mencakarcakar muka mereka dengan kuku tersebut. mereka adalah orang-orang
yang suka mencaci maki dan menebar kebencian.
11. Provokator, sebuah lubang kecil, keluarlah seekor sapi yang besar dari lubang tersebut.
Sapi itu tidak mampu kembali masuk ke lubang tersebut karena terlalu besar. perumpamaan bagi manusia yang melakukan provokasi sehingga menimbulkan masalah yang besar, dan tidak mampu menyelesaikan masalah besar tersebut.
(Tribunnews.com/Muhammad Alvian Fakka)