News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

6 Permainan Tradisional dengan Alat untuk Anak-anak, Ada Bakiak, Congklak hingga Bola Bekel

Penulis: Bunga Pradipta Pertiwi
Editor: Wahyu Gilang Putranto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Permainan Congklak| Berikut ini penjelasan tentang 6 permainan tradisional dengan alat untuk anak-anak, dari bakiak, congklak hingga bola bekel dan cara memainkannya.

TRIBUNNEWS.COM - Bagi gerasi 90-an, permainan tradisional mungkin masih meninggalkan nostalgia.

Di masa-masa itu, bermain permainan tradisional bersama teman-teman di sore hari jadi momen paling ditunggu dan mengasyikkan.

Beraneka permainan tradisional daerah seakan tak ada habisnya untuk dilakukan bersama teman-teman.

Aneka permainan tradisional daerah ini ada yang harus menggunakan alat, ada pula yang dimainkan dengan tangan kosong.

Contoh permainan tradisional tanpa alat misalnya gobak sodor, ular naga, kucing-kucingan, petak umpet hingga engklek.

Lalu, apa saja permainan tradisional anak yang memerlukan alat atau barang?

Di antaranya ada bakiak, gasing, bola bekel hingga congklak, bagaimana cara memainkannya?

Berikut ini penjelasan tentang 6 permainan tradisional dengan alat untuk anak-anak  yang telah dirangkum Tribunnews, Kamis (10/8/2023).

1. Bakiak

Anak-anak bermain mainan tradisional (jadul) Balap Bakiak dalam Surabaya Urban Culture Festival (SUCF) 2015 di Jl Tunjungan, Minggu (7/6).  (SURYA/SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ )

Permainan tradisional untuk anak yang pertama ada bakiak.

Bakiak merupakan permainan tradisional yang berasal dari Sumatera Barat.

Untuk memainkannya, diperlukan alat sejenis sandal yang terbuat dari kayu dan dipasangi pengikat kaki dari ban bekas yang dibentuk selop.

Biasanya, permainan bakiak ini yang digunakan untuk 3-5 orang.

Di tiap daerah, permainan ini memiliki nama lain, salah satunya trompa galuak.

Cara bermainnya mudah, pemain harus mengisi slop sandal yang kosong, kemudian mereka melangkah secara bersamaan.

Jika salah satu tidak melangkah secara kompak, pemain lain akan tersungkur jatuh juga.

Meski dilihatnya sangat mudah, permainan ini sangat membutuhkan konsentrasi agar berjalan dengan kompak.

Permainan bakiak bisa melatih koordinasi anggota tubuh yaitu gerakkan tubuh dan kaki secara bersamaan.

Selain itu, permainan ini juga bisa melatih kesabaran karena membutuhkan konsentrasi, keseimbangan, dan kekompakkan antar pemain agar tidak terjatuh.

2. Gasing

Selanjutnya ada permainan tradisional gasing.

Permainan gasing sudah ada sejak zaman kuno dan umumnya dimainkan oleh anak laki-laki.

Dahulu, gasing terbuat dari kayu dan bentuknya seperti bawang merah besar dengan pentolan di bagian atasnya.

Bisa dibilang, gasing merupakan cikal bakal permainan bayblade di masa kini.

Cara bermainnya mudah, yakni dengan menggunakan tali yang terbuat dari kulit pohon.

Tali tersebut dililit pada pentolan gasing kemudian dilempar sekuat-kuatnya ke tanah.

Gasing tidak boleh keluar dari garis yang sudah ditentukan dan gasing yang berputar paling lama adalah pemenangnya.

Tiap anak biasanya memiliki teknik khusus agar gasingnya dapat berputar paling lama.

Jenis kayu yang biasanya digunakan untuk membuat gasing yaitu menggeris, pelawan, kayu besi, leban, mentigi, dan sejenisnya.

3. Congklak

Anak-anak bermain mainan tradisional (jadul) Dakon dalam Surabaya Urban Culture Festival (SUCF) 2015 di Jl Tunjungan, Minggu (7/6). (SURYA/SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ )

Ketiga ada permainan congklak yang sangat digemari anak perempuan.

Congklak paling banyak dikenal oleh masyarakat di pulau Jawa sejak lama.

Zaman dahulu, congklak untuk golongan istana menggunakan papan kayu dengan ukiran mewah.

Sementara itu golongan rakyat biasa hanya bermain congklak dengan mengorek lubang di tanah dan menggunakan biji-bijian.

Sama dengan permainan lainnya, congklak juga memiliki nama lain yang berbeda di tiap daerah.

Di Jawa biasa disebutnya dakon, atau dakonan, di Sumatera terkenal dengan nama Congkak, di Lampung namanya Dentuman Lamban, di Sulawesi disebutnya dengan Mokaotan, Maggaleceng, Aggalacang, dan Nogarata.

Congklak dimainkan oleh dua orang, menggunakan papan kayu atau plastik dan 98 buah biji congklak.

Pada papan congklak terdapat 16 buah lubang, 14 buah lubang kecil-kecil yang saling berhadapan dan 2 buah lubang besar di kedua sisinya.

Tiap lubang kecil diisi dengan biji congklak dan 2 buah lubang besar dianggap sebagai pemilik masing-masing pemain.

Sebelum permainan dimulai, tiap lubang kecil diisi dengan 7 biji congklak.

Pemain saling duduk berhadapan, salah satu pemain yang mulai duluan dapat memilih lubang yang akan diambil dan meletakkan satu ke lubang di sebelah kanannya dan seterusnya dilakukan demikian dengan berlawanan arah jarum jam.

Bila biji congklak habis dilubang kecil yang berisi biji congklak lainnya, pemain bisa mengambil biji-biji tersebut dan melanjutkan mengisi setiap lubang seperti sebelumnya sampai biji congklak habis.

Dalam permainan ini, pemain dianggap selesai jika pemain tidak memiliki biji congklak lagi dalam setiap lubang kecilnya.

Pemenangnya dilihat dari banyaknya biji congklak yang ada di dalam lubang besar milik masing-masing pemain.

Meski congklak termasuk dalam permainan tradisional, hingga kini masih banyak anak yang memainkannya lho.

Tak perlu pusing cari di toko offline, kamu bisa mendapatkannya secara online di Tokopedia lho.

4. Bola Bekel

Selanjutnya ada permainan bola bekel yang berasal dari Jawa Timur.

Permainan bola bekel ini merupakan permainan dengan menggunakan bola karet dan 7 bijih bekel.

Sama dengan dakon, bola bekel juga lebih populer di kalangan anak perempuan.

Permainan bola bekel dimainkan perorangan, tidak bisa berkelompok.

Di Jawa Barat, permainan ini lebih dikenal dengan sebutan Bekel dan Kuwuk.

Cara bermain bola bekel cukup mudah, permain diminta melambungkan bola karet kemudian diikuti dengan menabur biji bekel.

Saat bola melambung ke atas, pemain mengambil biji bekel yang terserak sesuai tingkatannya.

Peraturan dalam permainan bola bekel, jika biji tidak terambil, bola tidak tertangkap maka pemain dikatakan gugur dan dilanjut dengan pemain selanjutnya yang sudah menunggu.

Apakah kamu termasuk yang suka main bola bekel saat masih kecil?

5. Gundu

Main kelereng (Kompasiana)

Kelima ada permainan gundu alias kelereng.

Gundu lebih sering dimainkan oleh anak laki-laki.

Selain untuk bermain bersama teman, ada juga anak-anak yang suka mengoleksi gundu.

Karena memiliki berbagai motif dan warna yang unik serta ukuran berbeda.

Di Jawa menyebutnya dengan Neker, di Sunda disebutnya dengan Kaleci, di Palembang disebutnya dengan Ekar, dan di Banjar disebutnya dengan Kleker.

Cara bermain kelereng, biasanya dengan menggambar lingkaran dan menaruh kelereng yang akan dilombakan.

Setelah itu, secara bergantian pemain akan menyentilkan kelereng mereka ke kelereng lawan yang ada di dalam lingkaran.

Jika setelah menyentil kelereng dan mengenai kelereng yang ada di dalam sampai keluar lingkaran, kelereng tersebut akan menjadi miliknya.

6. Ketapel

Terakhir ada permainan ketapel yang biasa digunakan untuk adu ketepatan bersama teman.

Selain untuk bermain, ketapel juga bisa digunakan untuk berburu mangga, rambutan dan buah-buahan lainnya.

Ketapel terbuat dari kayu yang berbentuk huruf Y dengan panjang sekitar 25 centimeter.

Bagian atas ketapel diikat dengan karet dan ditengah-tengahnya diikat sebuah kulit sebagai tempat batu yang akan dilontarkan.

Cara memainkan ketapel ini sangat mudah, setelah ketapel dibuat letakkan batu atau kerikil pada kulit yang sudah dibuat tadi.

Lalu, tarik ketapel dengan kuat dan arahkan pada sasaran lalu lepaskan.

Jadi, mainan tradisional apa saja yang sering kamu mainkan saat kecil?

(Tribunnews.com/Dipta)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini