TRIBUNNEWS.COM - Contoh khutbah Jumat dalam rangka menyambut Hari Kemerdekaan RI 2023.
Teks khutbah Jumat dalam artikel ini berkaitan dengan jelang peringatan Hari Kemerdekaan RI yang jatuh pada Kamis, 17 Agustus 2023.
Dalam khutbah Jumat ditekankan makna memperingati hari kemerdekaan sebagai hak dari segala bangsa.
Khotib dapat menyampaikan tentang hak setiap negara-bangsa wajib mengakui kedaulatan sebuah bangsa, sesuai dengan kaidah dalam Islam.
Adapun contoh teks khutbah Jumat bertema bulan Kemerdekaan ini dapat dibacakan ketika khutbah salat Jumat nanti.
Simak contoh khutbah jumat dalam menyambut Hari Kemerdekaan RI, melansir dari laman Kemenag, berikut ini.
Baca juga: Kemenag Indramayu Awasi Ketat Pembelajaran Santri di Ponpes Al-Zaytun
Kemerdekaan Sebagai Hak Setiap Bangsa
Khutbah Pertama
Kaum muslimin, jamaah jumat yang dimuliakan Allah
Marilah kita bersyukur dan meningkatkan kualitas takwa kita kepada Allah Swt dengan memperbanyak amal ibadah serta meninggalkan perbuatan yang bertentangan dengan ajaran agama.
Amal ibadah merupakan salah satu indikator kualitas keimanan seorang hamba. Semakin tinggi tingkat keimanan seorang hamba maka semakin banyak pula amal ibadahnya dan sedikit perbuatan dosanya, demikian pula sebaliknya.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan atas kekasih Allah, Sayidina Muhammad SAW. Semoga kelak kita mendapatkan syafaat darinya.
Kaum muslimin, jamaah jumat yang dimuliakan Allah
Islam selain diyakini sebagai agama yang membawa rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil’alamin), juga dipahami sebagai ajaran yang universal, tidak hanya memuat doktrin-doktrin tentang ibadah tetapi juga menyangkut
muamalah.
Tidak hanya menyangkut ibadah personal tetapi juga ibadah sosial, tidak hanya menyangkut individu tetapi juga menyangkut masyarakat, bangsa dan negara.
Bahkan dikalangan umat Islam sendiri seringkali kita mendengarkan istilah “Al-Islam huwa addinu wa addawlah”.
Maksudnya adalah Islam itu tidak hanya menyangkut agama tetapi juga menyangkut
negara dan bangsa.
Islam mengajarkan tentang tata cara ibadah tetapi juga mengajarkan tentang etika berbangsa dan bernegara seperti menyangkut kepercayaan (amanah), keadilan (‘adl), taat hukum, musyawarah (syura), persamaan (musawah), persaudaraan (ukhuwah), perdamaian, dan lain sebagainya.
Hal ini sebagaimana tersirat dalam al-Qur’an surah an-Nisa ayat 58-59:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.” (QS. An-Nisa’: 58)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS. An-Nisa’: 59)
Hadirin, sidang Jum’at yang dirahmati Allah
Para ulama sepakat bahwa kemerdekaan sebagai hak setiap negarabangsa.
Setiap negara-bangsa wajib mengakui kedaulatan bangsa lain dengan tidak mengganggu apakah lagi melakukan penjajahan dan penindasan.
Semua ajaran agama pun tidak membenarkan adanya ekspansi dan penjajahan terhadap bangsa lain.
Islam mengajarkan bahwa semua manusia diciptakan sama, memiliki kodrat yang sama, yang membedakannya hanyalah takwa.
Perbedaan suku dan bangsa maupun warna kulit hanyalah untuk saling kenal mengenal, bukan untuk saling menindas dan menjajah.
Hal ini dijelaskan dalam al-Qur’an Surah al Hujurat ayat 13:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Hakikat penciptaan manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan serta bersuku-suku dan berbangsa-bangsa adalah untuk saling kenal, saling berinteraksi dan berkomunikasi, serta saling mengakui keberadaan masing- masing.
Perbedaan hanyalah identitas bukan untuk dibeda-bedakan apakah lagi untuk mengganggu kedaulatan bangsa lain.
Kemerdekaan justru menjadi hal yang niscaya, menjadi hak bagi setiap bangsa agar warganya dapat hidup tenang dan mandiri dalam mengatur dirinya tanpa bergantung pada bangsa lain.
Sedangkan penjajahan dalam bentuk apapun adalah perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Bahkan bagi sebuah bangsa yang mengalami penjajahan, wajib berjuang untuk merebut kemerdekaannya agar terbebas dari segala penindasan.
Hal ini diisyaratkan oleh Allah dalam alQur’an Surah al-Qashash ayat 5:
وَنُرِيدُ أَن نَّمُنَّ عَلَى ٱلَّذِينَ ٱسْتُضْعِفُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ ٱلْوَٰرِثِينَ
Artinya: "Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi)"(QS. alQashash: 5).
Pada ayat lain lebih tegas lagi dikatakan bahwa diperbolehkan untuk berperang jika mereka dianiaya oleh bangsa lain.
Hal ini dijelaskan oleh Allah Swt. dalam Al-Qur’an Surah al-Hajj ayat 39:
أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَٰتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا۟ ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ
Artinya: "Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu", (Q.S. al-Hajj: 39).
Kaum muslimin, jamaah jumat yang dimuliakan Allah
Demikianlah ketentuan Allah yang dituangkan dalam Al-Qur’an, bahwa kemerdekaan adalah hak setiap bangsa.
Oleh karenanya mereka yang mengalami penjajahan diizinkan oleh Allah untuk berjuang guna membebaskan diri dan merebut kemerdekaan.
Dari sini kita dapat mengerti mengapa para pendahulu kita berjuang merebut kemerdekaan meskipun dengan peralatan yang sangat sederhana.
Secara logika, tidak masuk akal bambu runcing dapat mengalahkan meriam dan tank, pejuang berjalan kaki dapat mengalahkan penjajah yang menggunakan mobil bahkan pesawat terbang.
Tetapi misi “penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan” telah membangkitkan semangat nasionalisme dan patriotisme mereka untuk terus berjuang merebut kemerdekaan.
Kita juga dapat belajar dari Rasulullah Sayidina Muhammad saw. yang memimpin Negara Madinah dengan pendekatan hikmah dan kebijaksanaan.
Tetapi beliau juga secara tegas melakukan pembelaan jika nyawa kaum
muslimin terancam.
Dengan demikian, perang yang dilakukan oleh Rasulullah saw. bukan dalam rangka ekspansi atau perluasan wilayah kekuasaan sebagaimana dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa, bukan untuk melakukan penjajahan terhadap bangsa-bangsa lain, tetapi dalam rangka menyelamatkan jiwa kaum muslimin dari ancaman kaum kafir serta dalam rangka menjaga eksistensi sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat.
Kaum muslimin, jamaah jumat yang dimuliakan Allah
Sebagai kesimpulan, kemerdekaan merupakan hak setiap bangsa.
Oleh karena itu, setiap warga bangsa wajib menjaga dan merawat kemerdekannya.
Semoga kita sekalian dapat berkontribusi dalam menjaga eksistensi bangsa kita sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
Langkah ini merupakan manifestasi dari kecintaan kita terhadap negeri ini, sebagaimana kata bijak mengatakan “hubbul wathan minal iman” (cinta tanah air adalah bagian dari
iman).
Mencintai negeri ini dengan merawatnya agar tetap merdeka lalu mengisinya dengan pembangunan merupakan indikator kualitas keimanan kita.
Amin ya Rabbal 'alamin. Barakallahu li wa lakum.
بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
Baca juga: Contoh Teks Khutbah Jumat, 4 Agustus 2023: Makna Tauhid dan Spirit Kemerdekaan
(Tribunnews.com/Muhammad Alvian Fakka)