Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai isu soal masuknya dua nama ke Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), yakni Erick Thohir dan Sandiaga Uno, sebagai salah satu kandidat di Pilpres, bakal membuat dinamika di KIB semakin menarik.
Erick kini sedang dekat dengan PAN.
Erick terlihat berkeliling bersama Ketum PAN yang juga Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.
Sementara itu, Sandiaga Uno santer dikabarkan bakal keluar dari Gerindra dan masuk ke PPP.
PAN dan PPP, bersama juga Golkar merupakan bagian dari KIB.
"Jika memang keduanya benar jadi bergabung, ini akan membuat meja perundingan capres-cawapres di KIB semakin menarik," kata Adi kepada Tribunnews.com, Rabu (18/1/2023).
Baca juga: Airlangga Hartarto akan Umumkan Ridwan Kamil Jadi Kader Golkar Sore Ini
Meskipun Erick dan Sandiaga memiliki elektabilitas yang cenderung merata, Adi menilai peluang diusung Ketum Golkar Airlangga Hartarto sebagai capres lebih tinggi.
Sebabnya, saat ini Airlangga menjadi pimpinan parpol dengan perolehan suara pileg tertinggi kedua pada Pemilu 2019 lalu. Hal itu yang bakal menjadi pertimbangan.
"Mesin Partai Golkar jauh lebih solid untuk mendongkrak elektabilitas Airlangga, dibanding misalnya PAN dan PPP. Jadi itu yang saya sebut bahwa koalisi ini masih sangat dinamis," kata Adi.
Lebih lanjut, Adi menilai Golkar memang tidak akan mendapatkan efek ekor jas jika Sandi atau Erick benar-benar dijadikan kandidat. Akan tetapi, efek ekor jas itu tak berpengaruh bagi Golkar.
"Golkar itu salah satu kekuatan utamanya adalah anatomi struktur dan kekuatan caleg mereka. Ini terbukti pada 2019, Golkar tidak punya jagoan di Pilpres, tetapi menjadi partai dengan perolehan suara tertinggi nomor dua," kata dia.
Adi melanjutkan, Gerindra saja yang sudah mengusung Prabowo dan Sandiaga masih berada di bawah Golkar.
"Golkar sudah kuat strukturnya, dan tidak butuh endorsement, tetapi beda dengan PAN dan PPP yang masih butuh endorsement," kata Adi.