Laporan Wartawan Tribunnews.com, Muhammad Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lembaga survei Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei yang kemudian dipaparkan dalam tema “Dinamika Elektoral Capres dan Cawapres Pilihan Publik dalam Dua Surnas Terbaru” melalui zoom pada Minggu (26/3/2023).
Dalam temuan ini, tiga nama seperti Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan masih bertengger di posisi teratas dalam pilihan masyarakat untuk kontestasi Pilpres 2024.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menjelaskan, jika nama Prabowo dan Anies bertanding dalam pemilihan presiden hari ini, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo keluar sebagai pemenang mengungguli mantan Gubernur Jakarta tersebut.
Hal tersebut dengan asumsi Ganjar tidak lolos pada putaran pertama.
“Simulasi dua nama, jika Ganjar tidak lolos pada putaran Pilpres 2024, Prabowo ungguli Anies Jika hari ini dilakukan pemilihan antara Anies versus Prabowo, Prabowo ungguli anies dengan 45 persen suara, sedangkan Anies memperoleh 37,4%. Pendukung Ganjar lebih banyak lari ke Pak Prabowo,” jelas Burhanuddin.
Baca juga: Pengamat Nilai Pertemuan Erick Thohir-Prabowo Menyiratkan Pesan Politik, Apa Maknanya?
Sementara untuk calon wakil presiden, dalam simulasi 5 nama, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berada pada posisi teratas dengan perolehan 22%, sementara Menteri BUMN Erick Thohir di posisi kedua dengan perolehan 17,6%, lalu Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono berada di posisi ketiga dengan 17,2%, dan Menteri Pariwisata Sandiaga Uno berada di posisi keempat dengan 16,3%.
Kenaikan Elektabilitas Prabowo Diduga Ada Efek Endorsement Jokowi
Elektabilitas Prabowo Subianto mengalami kenaikan setelah sebelumnya sempat turun, diduga ada efek dari endorsement yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Pola ini ditemukan Indikator Politik Indonesia yang merilis Survei Nasional (Surnas) terkait Dinamika Elektoral Capres dan Cawapres Pilihan Publik dalam Dua Surnas Terbaru.
Survei ini dirilis pada Minggu, 26 Maret 2023.
Direktur Eksekutif Indikator, Burhanuddin Muhtadi mengatakan elektabilitas Prabowo dalam setahun terakhir cenderung turun, namun tiba-tiba meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Indikator menganalisis efek Jokowi endorsement kepada Prabowo, karena sejak bulan November Presiden Jokowi berkali-kali menyatakan kode dukungan kepada Prabowo.
"Kita menganalisis efek Jokowi endorsement kepada Prabowo, karena Jokowi sejak bulan November berkali-kali menyatakan kode, bahkan kodenya terang benderang untuk mendukung Prabowo dengan menyebut 2024 jatahnya Prabowo, kemudian nenteng Prabowo kesana kemari. Kalau untuk Ganjar ada kodenya, tapi dengan bahasa yang high konteks, misalnya rambut putih. Tapi beberapa bulan terakhir saya kira lebih banyak kode yang dilemparkan Jokowi ke Prabowo," ujarnya.Di kalangan pemilih Jokowi pada tahun 2019, efek endorsement Jokowi ada kenaikan elektabilitas 2 persen untuk Prabowo di kalangan pemilih Jokowi 2019.
"Jadi awalnya pemilih Jokowi, tren elektabilitas Prabowo di kalangan pemilih Jokowi, dengan asumsi tidak ada endorsement Jokowi, pemilih Jokowi yang memilih Prabowo ini tinggal menunggu waktu untuk habis. Ini tren sebelum endorsement. Kemudian ada endorsement Jokowi, Prabowo mengalami kenaikan.
Baca juga: Kenaikan Elektabilitas Prabowo Diduga Ada Efek Endorsement Jokowi
Kalau kita bandingkan tren jika tidak ada endorsement dengan tren setelah ada endorsement itu kenaikannya kurang lebih sekitar 2 persen. Jangan lupa, post election survei itu biasanya mereka yang mengaku memilih pemenang itu lebih banyak ketimbang yang mengaku memilih yang kalah," ujarnya.
Sedangkan di kalangan pemilih Prabowo di Pilpres 2019, tidak ada efek jelas dari endorsement Jokowi.
Pemilih Prabowo di Pilpres 2019, sebagian besar sudah beralih ke Anies bahkan sebelum Anies dideklarasikan Nasdem sebagai Capres pada Oktober 2022. Utamanya basis Islamis sehingga yang tersisa adalah core voter Prabowo.
"Seperti tadi yang saya sampaikan, awalnya Prabowo tertinggi tapi kemudian turun, karena sebagian pemilihnya bergeser ke Ganjar atau Anies, tapi kemudian mengalami return.
Ketika Jokowi melakukan endorsement terhadap Prabowo, efek terhadap pendukung Prabowo 2019 itu kecil, karena sebagian pendukung Prabowo sendiri, terutama berbasis Islamis sudah lari, terutama setelah Prabowo bergabung dengan pemerintah," ujarrnya.
Sejumlah nama tampak mendapat sinyal dukungan dari Presiden Joko Widodo.
Meski tidak secara eksplisit menyebut nama, namun Jokowi mengisyaratkan dukungannya pada nama-nama tertentu.
Namun situasi ini tidak pasti di tingkat Capres, sehingga penting untuk melihat bakal Cawapres yang mampu menutupi kelemahan elektoral 3 nama bakal Capres yang masih menduduki posisi teratas berdasarkan hasil survei (Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan).
Elektabilitas Ganjar Pranowo Teratas
Dalam simulasi 34 nama capres yang disurvei Indikator Politik Indonesia (IPI) tercatat elektabilitas Ganjar Pranowo ungguli nama-nama seperti Anies Baswedan dan Prabowo Subianto.
Adapun survei tersebut telah dilakukan pada Februari-Maret melibatkan 1.220 responden di seluruh Indonesia.
Dari hasil survei tersebut tercatat Ganjar Pranowo memiliki elektabilitas 30,8 persen, disusul Prabowo Subianto dan Anies Baswedan dengan angka yang sama 21,7 persen. Lalu disusul Ridwan Kamil 6,3 persen dan AHY 1,6 persen.
"Itu berdasarkan simulasi berdasarkan simulasi 34 nama capres. Jadi urutan tiga teratas tidak banyak berubah kecuali peringkat dua dan tiga masuk dalam margin of error antara Pak Prabowo dan Anies Baswedan," kata Burhanuddin dalam keterangannya dari hasil survei IPI terbaru secara daring, Minggu (26/3/2023).
Kemudian dikatakan Burhanuddin melihat dari tren hasil survei elektabilitas, nama Prabowo dan Ganjar Pranowo cenderung naik. Sementara itu Anies Baswedan cendrung stagnan."Kalau kita lihat trennya seperti acuan kuda, awalnya Pak Prabowo yang unggul, kemudian Ganjar urutan ketiga dan Mas Anies urutan dua. Kemudian Ganjar menyalip Anies Baswedan di bulan Juli 2021, menyalip Pak Prabowo April 2022," tegasnya.
Sementara itu menurut Burhanuddin untuk posisi empat ke bawah tidak ada ubahan angka yang berarti.
"Kecuali Ridwan Kamil yang sempat melejit setelah tragedi yang dialami putranya. Tetapi kemudian ada penurunan," tuturnya.
Sebagai informasi survei terbaru IPI di atas melibatkan sebanyak 1.220 orang pada Februari dan periode 12-18 Maret 2023 jumlah sampel sebanyak 800 orang. Sampel berasal dari seluruh Provinsi yang terdistribusi secara proporsional.
Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 1.200 responden memiliki toleransi kesalahan (margin of error--MoE) sekitar ±2.9% (Februari) dan ±3.5% (Maret) pada tingkat kepercayaan 95%.
Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.