News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2024

Yenny Wahid Tak Mau Jadi Cawapres Anies, Pengamat: Dia Sangat Dipertimbangkan NasDem

Penulis: Ibriza Fasti Ifhami
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Yenny Wahid disebut cukup untuk menambal kelemahan Anies Baswedan untuk menarik suara dari kalangan NU

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ibriza Fasti Ifhami

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin, angkat bicara soal keputusan Yenny Wahid tak mau menjadi cawapres Anies Baswedan di 2024.

Ujang mengatakan keputusan Yenny itu harus dihargai meski dorongan dari NasDem kuat agar dia menjadi cawapres Anies Baswedan.

"Yenny Wahid pun sudah membantah kan bahwa kalau di Anies tidak mau. Jadi itu harus dihargai," kata Ujang saat dihubungi Tribunnews.com, Sabtu (12/8/2023).

"Tapi tarikan dan dorongan Yenny Wahid untuk menjadi cawapres Anies itu kencang. Terutama dari NasDem," sambungnya.

Baca juga: Yenny Wahid Sulit Dukung Prabowo jika Cak Imin Cawapresnya: Guru Politik Dikudeta Apalagi Rakyat

Kata Ujang, sosok Yenny Wahid, dinilai dapat menarik banyak pemilih nantinya.

Sebab, lanjutnya, hal itu tak terlepas dari sosok Yenny  yang merupakan putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang juga dikenal sebagai tokoh besar Nahdlatul Ulama (NU).

"Mengingat kita tahu bahwa Yenny Wahid adalah anaknya Gus Dur, tokoh hebat di republik ini. Lalu juga NU adalah pemilih terbanyak," kata Ujang.

"Jadi itu yang menjadi pertimbangan dari beberapa partai Koalisi Perubahan untuk mengusulkan Yenny Wahid untuk menjadi cawapres Anies Baswedan," sambungnya.

Alasan-alasan tersebut, menurut Ujang, tetap akan membuat sosok Yenny Wahid sangat dipertimbangkan oleh NasDem untuk bisa menjadi cawapres Anies.

"Terlepas mau atau tidak maunya, Yenny Wahid tetap menjadi tokoh yang sangat dipertimbangkan, sangat didorong-dorong untuk menjadi cawapresnya Anies Baswedan," ucapnya.

Diberitakan sebelumnya, Putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yakni Yenny Wahid merespons soal pernyataan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat Jansen Sitindaon bahwa dirinya tidak cocok jadi cawapres Koalisi Perubahan.

Yenny menyebutkan bahwa dirinya tidak pernah menyodorkan diri menjadi cawapres Anies Baswedan.

"Saya nggak pernah menyodorkan diri jadi cawapres Mas Anies lho. Saya cuma merespon lamaran yang datang," kata Yenny Wahid dalam cuitannya membalas pernyataan Jansen di Twitter dikutip Jumat (11/8/2023).

Kemudian Yenny menyebutkan bahwa dirinya justru mendukung Agus Harimurti Yudhoyono menjadi pendamping Anies Baswedan di Pilpres 2024 mendatang.

"Justru saya mendukung Mas AHY jadi cawapres Mas Anies," sambungnya.

Yenny lalu berikan teguran bahwa belum apa-apa dirinya sudah ditolak terlebih dahulu.

"Kalau situ belum apa-apa sudah menolak saya, pas bosmu butuh dukungan, saya emoh lho," tegasnya.

Adapun sebelumnya Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat Jansen Sitindaon mengukapkan bahwa Yenny Wahid bagus.

Meski begitu ia menyebutkan Putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur itu tidak cocok atau pas menjadi cawapres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan.

“Mbak Yenny buat saya bagus. Bahkan lengkap sekali dengan segala atribusi yg melekat dalam diri beliau. Namun untuk posisi wapres di Koalisi Perubahan, buat saya beliau tidak pas, tidak cocok. Mungkin cocoknya di koalisi yang lain," kata Jansen dalam cuitannya di Twitter dikutip Jumat (11/8/2023).

Ia melanjutkan karena jika koalisi ini menang, sebagaimana namanya perubahan, banyak hal yang ingin diubah. Dan idealnya cawapres perubahan ini memang yang selama ini wajahnya merepresentasikan hal itu.

"Agar koalisi ini juga semakin kuat posisi dan brandingnya di rakyat yang ingin perubahan. Dimana semakin hari semakin besar dan luas dukungannya," sambungnya.

Wasekjen Partai Demokrat itu melanjutkan tentu mereka akan bingung jika koalisi yang katanya mengusung perubahan malah mencalonkan tokoh yang bukan perubahan. Apalagi dia tokoh “status quo” atau bagian dari rezim ini. Baik dia bagian inti atau pinggiran rezim ini.

"Tentu jikapun saya misalnya jadi pak Jokowi termasuk para pendukung rezim ini, pasti akan tidak sukalah, 'Anda selama ini ikut menikmati rezim ini kok malah tiba-tiba mau mengkritiknya dan pindah ke barisan perubahan lagi,'" tegasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini