TRIBUNNEWS.COM - Bakal calon presiden (capres) Anies Baswedan dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin telah dideklarasikan sebagai bakal pasangan di Pilpres 2024, Jumat (2/9/2023).
Pengamat politik Adi Prayitno, menilai digandengnya Cak Imin untuk memenangkan suara pemilih di Jawa Timur, Jawa Tengah dan segmen Nahdlatul Ulama (NU).
Namun, menurut Adi mayoritas PKB maupun NU justru tak memilih duet Anies-Cak Imin dalam pilpres nanti.
"Artinya, NU itu secara kepartaian memilih PKB tetapi ketika tentang Pilpres sedikit saja yang memilih Muhaimin Iskandar."
"Saya kira kalau kita melihat realitas politik, bahwa memang PKB kuat di Jawa Timur dan kuat di Jawa Tengah serta mampu konsolidasi kekuatan Nahdliyin."
"Sesuatu hitungan angka mampu berikan insentif elektoral kepada Anies. Karena selama ini Anies memang lemah di Jawa Timur dan Jawa Tengah dan Nahdlyin," kata Adi, dikutip dari YouTube KompasTV, Sabtu (3/9/2023).
Baca juga: Reaksi Anies Baswedan soal KPK Bakal Periksa Kasus Korupsi Kemnaker Era Cak Imin
Menurut Adi ada jarak antara pemilih PKB dan Cak Imin.
Adi mengatakan mayoritas pemilih PKB dari 9,6 persen pemilih PKB hanya 1 atau 2 persen yang pilih Cak Imin.
"Cuman kan problemnya pemilih PKB itu kan berjarak dengan Muhaimin Iskandar. Dari 9,6 persen pemilih PKB itu hanya 1 atau 2 persennya saja yang memilih Muhaimin Iskandar."
"Artinya ada 7 persen dari orang yang merasa memilih PKB akan memilih Muhaimin jika maju di 2024."
"Begitu pun basis pemilih Nahdliyin, memang pilihan Nahdliyin adalah PKB tapi ketika bicara soal capres mereka tak memilih Muhaimin Iskandar," katanya.
Lebih lanjut Adi menilai PKB yang terdiri dari basis NU justru banyak memilih bacapres Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.
"Pemilih NU banyak pilih Ganjar dan sebagian Prabowo. Sedikit saja pilih Anies dan Muhaimin," kata Adi.
Adi pun mengklaim bakal Cak Imin harus melakukan konsolidasi untuk merebut hati pemilih PKB dan Nahdiyin.