"Kalau negara ini fokus maka meski ada penegasan yang harus kami lakukan, pemerintah memberikan penugasan riset ditingkatkan, swasta dilibatkan."
"Kenapa swasta juga tertarik coba kasih isentif kepada mereka, isentif kepada perusahaan, isentif kepada periset atau kami bisa menyelesaikan persoalan itu," ucap Ganjar.
Dilansir WartakotaLive, mantan Gubernur Jawa Tengah ini mengatakan, apabila insentif diberikan maka beberapa fokus hal seperti pangan, digital berbasis kecerdasan buatan dan transisi energi terbarukan dapat diselesaikan.
"Kalau itu diberikan maka yang ada dalam pikiran saya beberapa fokus isu penting itu akan bisa diselesaikan oleh satu titik dan dalam hal tertentu itu mesti betul-betul ada yang mengawasi," jelas dia.
Baca juga: Kata Ganjar soal Megawati Akhirnya Pilih Mahfud MD Jadi Cawapres
"Kalau perlu jadi pandangan nasional dan laporannya langsung ke presiden kalau disitu makanya tidak ada yang mengganggu pasti," imbuhnya.
Untuk itu ia meminta semua pihak yang terlibat bisa berkolaborasi dengan baik, penganggaran dan regulasi juga harus dipersiapkan dengan matang.
"Kebayang kan kalau Presiden cerewet mana hasilnya? sampai mana progresnya? Nah itu yang akan terjadi sama itu yang ada kaitannya dengan penganggaran dan regulasi seperti apa, maka selalu kami lihat problem yang muncul," jelas dia.
Ganjar mengatakan pemerintah harus bersikap tegas dan jelas terkait penganggaran kepada periset.
"Saya jelaskan regulasinya seperti apa sistem kelembagaannya seperti apa aktornya siapa. Kadang-kadang regulasi baik, lembaga dan sistemnya baik operatornya enggak baik, ketika punya komitmen untuk melaksanakan itu. Betapa sulitnya membuat sebuah aturan yang lebih adaptif pada perubahan yang ada."
"Kalau kami melihat cara penganggaran kami, kadang2 periset itu kan ada yang sukses dan tidak tinggal kita meminta kpd periset tentu pasti punya kemauan," jelas dia.
Bagaimana dengan Prabowo?
Diketahui, diskusi panel bertajuk ‘President Candidate’s Lecture: Iptekin untuk Ketahanan Ekonomi dan Demokrasi Indonesia’ pada Selasa (17/10/2023) lalu juga mengundang Prabowo Subianto.
Namun, sang Menteri Pertahanan itu absen.
Perhimpunan Periset Indonesia (PPI) berjanji akan tetap menyampaikan naskah akademik kepada Prabowo dalam kesempatan lain.
“Memang kami mengundang tiga bakal calon presiden, satu berhalangan hadir. Tetapi bukan berarti kami tidak akan bertemu, kami akan berupaya untuk ketemu supaya naskah akademik masuk (diterima) ke beliau (Prabowo),” kata Ketua Umum PPI, Ir. Syahrir Ika, MM usai acara pada Selasa (17/10/2023).
(Tribunnews.com/Gilang Putranto, Milani Resti Dilanggi) (WartaKotalive.com/Yolanda Putri Dewanti, Fitriyandi Al Fajri)