TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kemungkinan besar Pilpres 2024 akan diikuti 3 pasangan calon presiden dan wakil presiden (Capres-Cawapres) yakni Ganjar-Mahfud, Anies-Cak Imin, dan Prabowo-Gibran.
Mencuatnya duet Prabowo-Gibran setelah Partai Golkar mendeklarasikan putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka sebagai bakal Cawapres Prabowo Subianto.
Diketahui, hingga saat ini hanya Prabowo yang belum menentukan Cawapres dan belum melakukan pendaftaran ke KPU.
Sementara dua calon lainnya yakni Ganjar Pranowo-Mahfud MD dan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar sudah terlebih dahulu mendaftar sebagai pasangan Capres-Cawapres pada Kamis (19/10/2023).
Baru-baru ini sejumlah lembaga survei sudah mengeluarkan hasil surveinya terkait duet Prabowo-Gibran jika bertarung dengan Ganjar-Mahfud dan Anies-Cak Imin.
Baca juga: Diusung Golkar Jadi Cawapres Prabowo, Gibran Punya Harta Rp26 Miliar, tapi Miliki Utang Rp500 Juta
Berikut hasil survei dua lembaga terkait elektabilitas Ganjar-Mahfud vs Anies-Cak Imin vs Prabowo-Gibran:
1. Lembaga Survei Indonesia (LSI)
LSI merilis hasil survei terbaru soal elektabilitas capres-cawapres pada Kamis (19/10/2023).
Berdasarkan simulasi 3 pasangangan calon, elektabilita duet Prabowo-Gibran unggul dibanding Ganjar-Mahfud dan Anies-Cak Imin.
Duet Prabowo-Gibran berdasarkan survei LSI mengantongi elektabilitas 36,0 persen.
Disusul Ganjar-Mahfud di posisi kedua dengan elektabilitas 33,1 persen, dan di posisi ketiga diisi pasangan Anies-Cak Imin dengan angka 23,5 persen.
Baca juga: Fahri Hamzah Ungkap soal Kemungkinan Deklarasi Prabowo-Gibran, Unggah Poster Capres-Cawapres 2024
Sedangkan responden yang tidak menjawab sebanyak 7,4 persen.
Survei tersebut dilakukan pada 2-8 Oktober 2023 melibatkan responden yang punya hak pilih dalam pemilihan umum. Dari populasi itu dipilih secara random (multistage random sampling) sebanyak 1.620 responden.
Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Margin of error dari ukuran sampel tersebut sebesar +/- 2.5 persen pada tingkat kepercayaan 95% (dengan asumsi simple random sampling).
2. Ipsos Public Affair
Lembaga survei asal Prancis Ipsos Public Affair merilis hasil survei terbarunya, Sabtu (21/10/2023).
Dari tiga pasangan calon, duet Ganjar Pranowo-Mahfud MD unggul dengan angka elektabilitas 31,98 persen, disusul duet Prabowo-Gibran 31,32 persen, dan Anies-Cak Imin 28,91 persen.
Diketahui, telesurvei ini dilakukan terhadap 1.207 responden di 34 provinsi yang diadakan pada tanggal 17–19 Oktober 2023, dengan margin of error sebesar 2,83%.
Analisis Pengamat Terkait Kekuatan Duet Prabowo-Gibran
Duet Prabowo Gibran dinilai akan mempengarusi suara Ganjar-Mahfud MD.
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro mengatakan saat ini duet Prabowo-Gibran lebih unggul dari Ganjar-Mahfud.
"Menimbang ceruk pemilih Ganjar di Jawa Tengah sedikit banyak akan tergerus oleh kehadiran Gibran," kata Agung kepada Tribunnews.com, Sabtu (21/10/2023).
Menurutnya, suara pendukung Ganjar tetap akan tergerus walau pun Mahfud akan menutupi kekurangan tersebut di Jawa Timur.
"Namun, tak bisa dipungkiri dukungan Prabowo-Gibran juga semakin menguat karena didukung oleh mesin koalisi dan relawan," ujar Agung.
Kendati demikian, Agung menjelaskan secara kualitatif antara Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud berimbang karena faktor Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Karena faktor Jokowi efffect berhadapan dengan nalar publik yang masih pro-kontra pasca putusan Mahkamah Konstitusi (MK) kemarin," ucapnya.
Sehingga, dia menilai Prabowo-Gibran punya pekerjaan rumah untuk terus merasionalisasi kepantasan duet ini melaju.
"Walaupun dalam konteks Ganjar-Mahfud tantangan elektoralnya bagaimana memperluas ceruk pemilih setelah digerus oleh Prabowo-Gibran," ungkap Agung.
Prabowo Diprediksi Kehilangan Suara di Jawa Timur
Terpisah, Dosen Ilmu Politik dan International Studies Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam menilai banyak kelemahan yang ditemukan jika Prabowo Subianto memilih Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapresnya.
"Mulai dari serangan politik dinasti, tudingan penyalahgunaan kekuasaan untuk mengatur independensi kehakiman, masih terbukanya celah kontroversi mekanisme legal-formal atas implementasi putusan MK, hingga membuncahnya kebencian PDIP terhadap keluarga Jokowi, yang membuka ruang bersatunya kekuatan PDIP dengan Koalisi Perubahan di putaran kedua Pilpres 2024 mendatang," ujar Umam dalam pesan yang diterima, Sabtu (21/10/2023).
Dengan kata lain, Umam mengatakan jika Prabowo memaksakan diri memilih Gibran dan tidak berani menjelaskan kepada Jokowi untuk mengambil nama Cawapres alternatif yang lain, maka Prabowo berpeluang terjebak dalam medan "killing ground".
"Dia akan menjadi sasaran tembak yang terbantai di tangan para kompetitor, rival politik, dan juga kekuatan civil society yang tegas menolak praktik nepotisme dan politik dinasti," kata Umam.
Karena itulah, untuk menghindari situasi terjebak itu, Umam menyarankan Prabowo juga mempertimbangkan variabel NU dalam memilih Cawapresnya.
"Jika akhirnya Prabowo-Gibran berlayar, meskipun Ketum PBNU Gus Yahya pernah menyatakan pihaknya "tidak akan jauh-jauh dari Jokowi" terkait Pilpres, namun besar kemungkinan mereka akan kesulitan dan kerepotan betul dalam menjelaskan kepada para kiai, jaringan santri dan basis-basis pesantren untuk memilih pasangan Capres-Cawapres Prabowo-Gibran yang tidak merepresentasikan kaitan langsung dengan entitas kultural maupun struktural NU," kata dia.
Kemudian, Umam mengatakan jika Prabowo-Gibran dipaksakan, Prabowo akan kehilangan basis dan kekuatan pemenangan di Jawa Timur yang dipercaya sebagai penentu kemenangan Pilpres.
Diketahui, Prabowo memiliki basis kuat di Jawa Barat dan Banten, dan untuk tampil lebih kompetitif, Umam menilai Prabowo sebaiknya memilih Cawapres yang memiliki basis kekuatan teritorial di Jawa Timur.
"Dalam konteks ini, alternatif nama yang perlu dipertimbangkan adalah Erick Tohir dan Khofifah Indar Parawansa," katanya.
Namun, Umam memahami Erick dianggap sebagai kader naturalisasi NU, dan karena itulah proses realisasi dukungan Nahdliyyin-nya juga agak dipertanyakan.
"Karena itu, alternatif pilihan Cawapres bagi Prabowo untuk mendapatkan kekuatan optimalnya salah satunya di Khofifah. Apalagi jika nama Khofifah didukung penuh oleh Partai Demokrat dan Partai Golkar yang kian mencoba realistis untuk tidak mengajukan Airlangga. Jika itu dilakukan, Prabowo bisa lepas dari jebakan permainan politik dan tampil lebih kompetitif saat bertarung melawan Ganjar-Mahfud dan Anies-Muhaimin," katanya.
(Tribunnews.com/ reza deni/ rahmat/ fersin)