Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - CEO Tribun Network Dahlan Dahi membuka Tribun Mata Lokal Series ke-9 yang diselenggarakan di Medan Sumatera Utara.
Tribun Mata Lokal Memilih kali ini mengangkat tema Kolaborasi untuk Terciptanya Pemilu Damai 2024 Bermartabat Tanpa Hoaks.
"Dengan 13 ribu pulau beragam etnik sosial budaya dan bagaimana menyatukan itu dalam satu bangsa Indonesia," kata Dahlan di depan audiens yang hadir, Senin (6/11/2023).
Menurutnya, pemilu damai tanpa muatan berita bohong dan unsur SARA menjadi tantangan bersama.
"Nah ini tantangan kita, bagaimana kita menciptakan pemilu damai 2024 bermartabat dan tanpa hoaks. Ini rasanya strategik," imbuhnya.
Dahlan menerangkan Tribun Network saat ini berada di 35 ibu kota provinsi.
Baca juga: Jokowi: Pemilu Agak Panas Nggak Apa-apa, yang Penting Jangan Ngipasin
Posisi Tribun Network sebagai media nasional yang memiliki jaringan luas diyakini dapat membantu menyukseskan pemilu 2024 yang sejuk dan damai.
"Saat ini kami ada di 35 ibu kota provinsi, kantornya artinya ada orang redaksi dan bisnisnya. Dan wartawannya kita ada di 470 kota. Mengapa Tribun memakai kedekatan ini. Mengapa tidak fokus di Jakarta saja lalu menempatkan wartawan di setiap kota," tutur Dahlan.
"Karena ini soal kepercayaan ingin membuat Kompas berbeda dari Tribun. Tribun percaya bahwa setiap daerah punya keunikan sosial-politik, sosial-budaya. Karena itulah Tribun harus meletakkan editor di setiap daerah untuk memastikan bahwa keunikan itu tidak terdistorsi oleh perspektif Jakarta," sambungnya.
Dahlan menuturkan dengan keberadaan redaksi Tribun Network di berbagai daerah demi menghadirkan berita misalnya di Medan itu berbeda dengan berita di Aceh.
Tentu berbeda juga dengan berita di Nusa Tenggara Timur atau juga di Papua.
"Pak Refrizal ini Dandim Papua, tadi saya sampaikan bahwa di Papua kami punya tiga kantor, Jayapura, Manokwari, dan Sorong. Dengan demikian kita bisa melihat keberagaman di Indonesia," tutur Dahlan.
Memasuki tahun politik ini, Dahlan memastikan Tribun Network untuk netral secara politik.
"Mengapa? Karena di Aceh kita jadi Aceh, di Medan kita jadi Medan, dan di Maluku kita jadi Maluku," katanya.
"Di Bali kita jadi Bali, dengan demikian kalau pemilu ini dilaksanakan dengan baik. Kami berharap bahwa Indonesia yang beragam adalah Indonesia yang final. Bhinneka Tunggal Ika," imbuh Dahlan.
Lebih jauh, Dahlan mengatakan mengawasi media mungkin lebih mudah namun mengontrol 15 ribu media sosial dengan 220 juta internet user adalah pekerjaan yang tidak mudah.
Dia menyerukan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) agar membuat aturan agar internet active user bisa termonitor.
"Mungkin saya perlu jelaskan begini, tahun 2010 Tribun sudah bertransformasi ke digital. Kami hampir 100 juta aktif user di dalam sebulan di Tribun. Itu artinya hampir separuh dari total jumlah pemilih," papar Dahlan.
"Tantangan kita adalah 220 juta internet user dan 15 ribu media di seluruh Indonesia, mungkin mengontrol media lebih gampang karena ada kantor, alamat, dan terdaftar dewan pers," lanjutnya.
Mengontrol media juga lebih gampang juga karena wartawan dididik untuk bertanggung jawab kepada publik.
Pria yang sudah 20 tahun lebih menjadi wartawan ini meyakini dedikasi seorang jurnalis dengan keterampilan untuk memastikan bahwa yang diberitakan adalah fakta.
"Kalau media harus ada di kota itu, dan ada di Indonesia. Tapi kalau sosial media itu tidak harus selalu ada di Indonesia. Bisa di Singapura dan Eropa bikin akun menyasar pembaca Indonesia," katanya.
"Makanya ini mohon izin bagaimana KPU membikin aturan kalau kampanye pemilu hanya periode tertentu. Tapi kalau tim suksesnya ada di luar negeri bagaimana itu," pungkas Dahlan.