Tapi penjilat yang mau menjilat Jokowi, over acting, diturunkan balihonya Ganjar sama Mahfud.
Nah hal-hal ini akan makin terjadi, penjilat-pinjilat, cari muka.
Saya ingat juga, Pak Harto diusia, diujung, dia tanya ke DPR dan MPR, apakah saya ini masih dikehendaki. Datang Pak Harmoko, masih. Apakah kira-kira ada orang seperti Pak Harmoko, yang menjilat dan menjerumuskan Pak Prabowo?
Pasti lah, ada itu disekitar dia.
Mungkin ingin jabatan lama dan menteri?
Ya ada itu, yang saya sedih ya, tidak usah sebut nama pejabat ini, sebenarnya dia bisa ngomong, Pak Jokowi ini kan akrab. Menteri strategis di Kabinet.
Dia kan bilang, udah enggak, udah enggak cocok ini, ‘ada baiknya begini Mas’. Aku khawatir dia nggak ada, dijorokin dia. Aku takut.
Dilihat dan diingatkan ga mau, yaudah sekalian aja dijorokin. Aku takutnya di jorokin. Kok ga ada yang mengingatkan bahwa itu tidak benar, mengapakan.
Beliau mengklaim salah satu media yang dibaca adalah Tribun, entah Tribun apapun. Apa nasehat Opung Panda kepada Pak Jokowi? Semoga beliau dengar
Kalau permintaan saya, harapan saya di akhir masa jabatannya ini bikinlah dicintai rakyat, tidak dicemooh, tidak ada tergambar gila kekuasaan, menginjak-injak demokrasi, menginjak hukum, mengintervensi Mahkamah Konstitusi (MK), itu saja.
Betul-betul kalau ada kesempatan, ‘Mas, hati-hati Mas’, banyak pemimpin di era terakhirnya hancur semua setelah apa yang dia buat. Banyak contoh, di era akhirnya finishing touchnya, endingnya, kebablasan.
Itu harapan kita, jangan lah sampai terjadi. Jangan ada kemudian dramatisasi-dramatisasi Ibu Iriana tersinggung karena anaknya di marahi, Ibu Iriana tersinggung karena suaminya disebut petugas partai, karena suaminya dibilang jadi boneka. Apa iya.
Kok tidak ada dipublik dengar pembicaraan itu, tapi dramatisasi ini betul bisa menjerumuskan, menjebak, menjoroki, harapan kita, seperti pertanyaan tadi, semoga akhir mada jabatannya ini betul-betul menjadi legenda, menjadi legendaris. (Tribun Network/ Yuda).