TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Politikus senior PDIP, Pandapotan Maruli Asi Nababan atau akrbab disapa Panda Nababan masih berharap Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakhiri masa jabatannya dengan meninggalkan legacy baik dan menjadi salah satu legenda dalam memimpin Indonesia.
Panda mengaku, dengan peristiwa politik yang terjadi saat ini di khawatirkan ada pihak-pihak yang berupaya menjerumuskan Presiden Jokowi.
Sebab, banyak hal yang bisa menjerumuskan Jokowi, termasuk soal memajukan putra sulungnya, yakni Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (Cawapres) pendamping Prabowo Subianto.
Panda juga sempat ditanya apakah ada orang semacam Menteri Penerangan era tahun 1997, yakni Harmoko yang disebut-sebut ‘menjerumuskan’ Presiden Kedua RI, Soeharto ada di lingkaran Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto.
Hal itu disampaikan Panda Nababan saat wawancara eksklusif bersama Wakil Direktur Pemberitaan Tribun Network Domu D Ambarita, di Studio Tribunnews, Palmerah, Jakarta, Senin (6/11) malam.
“Ya ada itu, yang saya sedih ya, tidak usah sebut nama pejabat ini, sebenarnya dia bisa ngomong, Pak Jokowi ini kan akrab. Menteri strategis di Kabinet,” kata Panda Nababan.
“Dia kan bilang, udah enggak, udah enggak cocok ini, ‘ada baiknya begini Mas’. Aku khawatir dia nggak ada, dijorokin dia. Aku takut,” sambung dia.
Sementara, Panda pun berharap di akhir masa jabatan Jokowi sebagai presiden, tak ada opini gila kekuasaan, menginjak-injak demokrasi dan hukum, serta mengintervensi Mahkamah Konstitusi (MK).
“Harapan saya di akhir masa jabatannya ini, bikinlah itu dicintai rakyat, harum, tidak dicemooh, tidak ada kemudian tergambar gila kekuasaan menginjak-injak demokrasi, menginjak-injak hukum, mengintervensi Mahkamah Konstitusi,” ucap Panda.
Panda pun mewanti-wanti Jokowi bahwa banyak contoh pemimpin di era terakhir masa jabatannya justru hancur akibat perilaku-perilaku yang kebablasan.
“Betul-betul kalau ada kesempatan, mas hati-hati, banyak pemimpin di era terakhirnya hancur semua. Banyak contoh. Di era akhirnya, finishing touchnya, endingnya kebablasan,” jelas Panda.
Berikut petikan wawancara dengan Putra Nababan terkait orang-orang di sekitar Jokowi yang diduga menjerumuskan serta harapan agar menjadi pemimpin yang legenda:
Memang beliau memindahkan para pedagang sampai menggelar pertemuan sebanyak 54 kali bertemu, ingin benar-benar bersepakatan dan persetujuan semua, bahwa dia tidak ingin disebut sebagai Satpol PP yang mudahnya memindagkan orang. Coba, memindahkan PKL sampai menggelar pertemuan sampai 54 kali?
Maka, dengan latar belakang itu, saya ga percaya dia yang suruh baliho itu, mencabut baliho, nggak yakin aku.
Tapi penjilat yang mau menjilat Jokowi, over acting, diturunkan balihonya Ganjar sama Mahfud.
Nah hal-hal ini akan makin terjadi, penjilat-pinjilat, cari muka.
Saya ingat juga, Pak Harto diusia, diujung, dia tanya ke DPR dan MPR, apakah saya ini masih dikehendaki. Datang Pak Harmoko, masih. Apakah kira-kira ada orang seperti Pak Harmoko, yang menjilat dan menjerumuskan Pak Prabowo?
Pasti lah, ada itu disekitar dia.
Mungkin ingin jabatan lama dan menteri?
Ya ada itu, yang saya sedih ya, tidak usah sebut nama pejabat ini, sebenarnya dia bisa ngomong, Pak Jokowi ini kan akrab. Menteri strategis di Kabinet.
Dia kan bilang, udah enggak, udah enggak cocok ini, ‘ada baiknya begini Mas’. Aku khawatir dia nggak ada, dijorokin dia. Aku takut.
Dilihat dan diingatkan ga mau, yaudah sekalian aja dijorokin. Aku takutnya di jorokin. Kok ga ada yang mengingatkan bahwa itu tidak benar, mengapakan.
Beliau mengklaim salah satu media yang dibaca adalah Tribun, entah Tribun apapun. Apa nasehat Opung Panda kepada Pak Jokowi? Semoga beliau dengar
Kalau permintaan saya, harapan saya di akhir masa jabatannya ini bikinlah dicintai rakyat, tidak dicemooh, tidak ada tergambar gila kekuasaan, menginjak-injak demokrasi, menginjak hukum, mengintervensi Mahkamah Konstitusi (MK), itu saja.
Betul-betul kalau ada kesempatan, ‘Mas, hati-hati Mas’, banyak pemimpin di era terakhirnya hancur semua setelah apa yang dia buat. Banyak contoh, di era akhirnya finishing touchnya, endingnya, kebablasan.
Itu harapan kita, jangan lah sampai terjadi. Jangan ada kemudian dramatisasi-dramatisasi Ibu Iriana tersinggung karena anaknya di marahi, Ibu Iriana tersinggung karena suaminya disebut petugas partai, karena suaminya dibilang jadi boneka. Apa iya.
Kok tidak ada dipublik dengar pembicaraan itu, tapi dramatisasi ini betul bisa menjerumuskan, menjebak, menjoroki, harapan kita, seperti pertanyaan tadi, semoga akhir mada jabatannya ini betul-betul menjadi legenda, menjadi legendaris. (Tribun Network/ Yuda).