TRIBUNNEWS.COM - Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan alias Zulhas, tengah ramai diperbincangkan karena melontarkan candaan politik berbau agama.
Koordinator Divisi Penanganan Pelanggaran dan Data-Informasi Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI, Puadi, pun buka suara terkait masalah ini.
Ia menyebut Bawaslu belum mendengarkan pernyataan yang diucapkan oleh Zulhas itu.
Baca juga: Jaga Suasana Pemilu Kondusif, Muhyiddin Junaidi Sarankan MUI Undang Zulhas untuk Klarifikasi
"Informasinya belum kami dapatkan," kata Puadi, Kamis (21/12/2023) malam, dikutip dari WartaKotalive.com.
Puadi menyatakan pihaknya baru mendapatkan informasi terkait masalah ini dari awak media.
"Untuk saat ini kami sambil menunggu saja informasi selanjutnya. Kami akan pelajari informasi tersebut," sambungnya.
Ia juga menjelaskan bahwa temuan tersebut tak lantas dinilai oleh Bawaslu sebagai dugaan pelanggaran pemilu.
Menurutnya, informasi itu masih harus banyak dipelajari terlebih dahulu.
"Ya, pelajari informasi itu karena kan suatu hal menjadi temuan itu kan 90 sekian persen itu harus dibuktikan," ucap Puadi.
Sebagaimana diketahui, pernyataan Zulhas itu viral di media sosial. Ia menyebut ada kelompok tak berani melafalkan 'Aamiin' karena fanatisme terhadap capres tertentu.
Bukan hanya itu, Zulhas juga mengatakan ada yang tidak berani menggunakan telunjuk satu jari dalam gerakan tahiyat ketika salat.
Candaan itu pun mendapatkan respons dari Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH M Cholil Nafis.
Ia berpendapat bahwa candaan yang dibuat Zulhas kering dan tidak lucu. Ia juga menyebutkan apa yang disampaikan Zulhas tidak pas.
Cholil pun meminta pria yang menjabat sebagai Mendag ini untuk mencari candaan dan humor yang tak menyerempet masalah agama seperti itu.
Atas polemik tersebut, Cholil meminta Zulhas meminta maaf kepada publik karena membuat gaduh.
"Minta maaf karena sudah bikin gaduh dan tak mengulangi menyinggung soal agama dalam pencapresan," tegas Cholil saat dihubungi Tribunnews.com, Kamis (21/12/2023).
Senada dengan Cholil, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Ahmad Fahrurrozi atau Gus Fahrur, juga menyarankan Zulhas untuk minta maaf.
Mulanya Gus Fahrur menilai sebetulnya Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu sedang bercanda.
Meski begitu, Gus Fahrur beropini bahwa candaan dengan ritual keagamaan merupakan sesuatu yang tidak tepat bagi seorang tokoh.
Ia menilai seorang tokoh hendaknya lebih berhati-hati dalam berkampanye.
Gus Fahrur juga meminta agar polemik ini tidak dibesar-besarkan, misalnya dengan melaporkan Zulhas ke pihak kepolisian. Hal itu karena pernyataan tersebut hanya sebatas candaan.
"Jadi itu hanya bercanda, karena tidak mungkin seorang muslim melecehkan agamanya sendiri," kata Gus Fahrur ketika dihubungi, Kamis.
Pria berkacamata itu juga mengingatkan, pada tahun politik, sebaiknya kampanye tidak perlu tidak membawa sumber-sumber agama serta tak perlu mempolitisasi agama.
"Jadi mari berkampanye dengan lebih baik, lebih sehat, lebih santun agar tidak memancing keributan," imbaunya.
Gus Fahrur juga menilai ada baiknya Zulhas mengakhiri polemik tersebut dengan meminta maaf dan melakukan klarifikasi.
"Agar ini tidak berkelanjutan, saya kira Pak Zulhas cukup memberikan klarifikasi dan meminta maaf."
"Dan saya kira tidak perlu dibesar-besarkan lagi, semoga ke depan pemilu lebih aman dan tertib," tegasnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul: Soal Dugaan Pelanggaran Pemilu Zulhas di Acara Kemendag, Bawaslu Masih Mempelajari.
(Tribunnews.com/Deni/Rahmat Fajar Nugraha)(WartaKotalive.com/Alfian Firmansyah)