News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2024

Soal Isu Pertemuan Megawati dan Jokowi, Pengamat Singgung Rekonsiliasi Politik

Penulis: Reza Deni
Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Jokowi dan Megawati Soekarnoputri.

Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di balik isu pertemuan Megawati-Jokowi dan Surya Paloh-Megawati, ada kemungkinan percaturan politik berubah jika para King Maker ini menentukan sikap politiknya.

Analis Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, menilai bahwa isu pertemuan Megawati dan Jokowi sudah dibantah oleh kedua boleh pihak.

Akan tetapi, dia menilai pertemuan dua tokoh ini mungkin saja terjadi, jika kepentingan kedua belah pihak semakin kuat dalam percaturan politik 2024.

“Relasi Megawati-Jokowi saat ini mungkin saja dingin karena dua tokoh ini punya sikap berbeda di Pilpres 2024. Tetapi, komunikasinya tersebut mungkin saja kembali terbuka, apabila Pilpres menjadi dua putaran. Siapapun yang masuk ke putaran kedua, peran King Maker bakal menentukan arah koalisi," ujar Arifki dalam pesan yang diterima, Selasa (23/1/2024).

Menurutnya, Megawati tentu sedang menimbang dengan siapa berkoalisi jika Ganjar-Mahfud Pilpres menjadi dua putaran.

"Jika yang masuk putaran kedua tersebut Prabowo-Gibran vs Ganjar-Mahfud. Relasi Megawati-Surya Paloh mungkin kembali terbuka, karena mau tidak mau Ganjar-Mahfud butuh dukungan pendukung Anies-Imin," kata dia.

Jika yang masuk putaran dua Prabowo-Gibran vs Anies-Imin, maka Megawati dan PDI-P tentu memiliki berbagai pertimbangan.

"Pertama, kembali melakukan rekonsiliasi dengan Jokowi karena sama-sama mendukung Paslon yang dinilai lebih nasionalis atau PDI-P membuka komunikasi dengan Anies-Imin, meskipun di akar rumput atau elite sulit mempertemukan koalisi Ganjar-Mahfud dengan Anies-Imin," kata Arifki

“Kubu Paslon 01 dan 03 ibarat air dengan minyak, kemungkinan bersatunya kecil. Tetapi, ada ruang lain yang berpotensi menyatukan mereka yakni punya sikap kritis yang sama dengan pemerintahan Jokowi. Kita saat ini, hanya bisa melihat peluang kemungkinan dari ketidakmungkinan itu terjadi,” pungkas Arifki.

Diketahui, Sekeretaris Jenderal (Sekjen) PDI-Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto merespon soal kabar Presiden Jokowi yang ingin bertemu dengan Megawati Soekarnoputri.

Hasto menyebut bahwa sejatinya Ketua Umum PDIP itu selalu terbuka untuk dengan siapapun.

Namun Hasto cukup mempertanyakan keinginan Jokowi bertemu dengan Mega justru disampaikan lewat media seperti menandakan ada sesuatu hal tertentu.

"Kalau seseorang sebelumnya kalau bertemu dengan Ibu (Megawati) kan selalu terbuka. Ketika untuk bertemu Ibu kemudian harus disampaikan melalui media itu kan artinya ada sesuatu," ucap Hasto kepada wartawan sambil melempar gestur senyum di Bandung, Jawa Barat, Minggu (21/1/2024).

Hasto pun menyatakan bahwa Megawati tak memiliki cukup terbuka dengan siapapun termasuk Jokowi.

Pasalnya menurut dia, Megawati dalam menjalankan kepemimpinan selama ini selalu dilandasi dengan mata hati dan nilai-nilai kebenaran.

"Maka namanya pemimpin rakyat tidak ada persoalan untuk bertemu," pungkasnya.

Adapun isu ini belakangan muncul di tengah merenggangnya hubungan Megawati, PDIP, dan Presiden Jokowi.

Hal ini disebabkan lolosnya putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka melalui putusan Mahkamah Konstitusi (MK) nomor 90/PUU-XXI/2023.

Lewat putusan itu, Gibran pun dijadikan sebagai cawapres mendampingi Prabowo Subianto.

Selain itu, terpilihnya putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep sebagai Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) semakin membuat hubungan PDIP dan Jokowi semakin jarak.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini