TRIBUNNEWS.COM - Akademisi Rocky Gerung merespons langkah Presiden ke-7 RI Joko Widodo alias Jokowi yang turun gunung mendukung calon gubernur Jakarta nomor urut 1 Ridwan Kamil (RK).
Menurut Rocky, sikap itu menunjukkan bahwa Jokowi ingin terus memamerkan kekuasannya pasca-lengser dari jabatannya.
Ini berbeda dengan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri.
Rocky berujar, keduanya masih cawe-cawe lantaran memiliki partai politik (parpol).
SBY merupakan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, sedangkan Megawati adalah Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP).
"Kalau Jokowi partainya apa? Kan itu soalnya, jadi kelihatan secara personal Jokowi ingin terus memamerkan kekuasaan," ujarnya di YouTube Rocky Gerung Official, Selasa (19/11/2024).
Rocky Gerung juga menilai Jakarta menjadi pertaruhan serius bagi Jokowi.
Pasalnya, dia pernah menjabat sebagai Gubernur Jakarta dan menjabat sebagai Presiden RI.
"Beliau pernah jadi gubernur dan berkantor di Merdeka Selatan, lalu jadi presiden berkantor di Merdeka Utara."
"Jadi, Jakarta itu sebetulnya hal yang harus melekat dalam sejarah presiden," imbuhnya.
Rocky berpendapat itulah alasan mengapa Jokowi kembali blusukan di Jakarta.
Baca juga: Pilkada Jakarta 2024: Ajang Pertarungan Para King Maker, Prabowo-Jokowi Vs Megawati-Anies
Meski begitu, dia mempertanyakan tindakan eks Wali Kota Solo itu, pasalnya Jokowi baru saja meninggalkan posisinya sebagai orang nomor satu di Indonesia.
"Buat apa sebetulnya seorang yang baru saja meninggalkan gelanggang politik sebagai pemimpin tertinggi negeri ini, yaitu sebagai presiden, masuk lagi ke wilayah yang sebetulnya sudah tidak lagi diperlukan."
"Karena dia sudah masuk dalam tahap menjadi begawan, tapi kenapa mesti turun gunung padahal barusan naik gunung," ucapnya.
Diberitakan sebelumnya, Jokowi bertemu Ridwan Kamil di salah satu kafe kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat pada Senin (18/11/2024) sekitar pukul 19.30 WIB.
Jokowi yang mengenakan kemeja warna putih tampak disambut RK dan jajaran tim suksesnya.
Namun, cawagub pendamping RK, Suswono, tampak tidak terlihat dalam pertemuan itu.
Dalam sambutannya, Jokowi menjelaskan alasannya mendukung RK di Pilgub Jakarta.
"Dalam pilkada ini, pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa yakin masalah-masalah tersebut dapat diselesaikan? Jawaban saya sederhana: rekam jejak," kata Jokowi, Senin.
"Kenapa saya mendukung Ridwan Kamil? Karena rekam jejak. Saya ulang, kenapa saya Ridwan Kamil? Karena rekam jejak," imbuhnya.
Ia menyebut, RK mempunyai rekam jejak birokrasi yang jelas, mulai dari Wali Kota Bandung sampai Gubernur Jawa Barat.
"Dalam lingkup manajemen kecil, mengelola kota itu tidak mudah, dan beliau sudah memiliki pengalaman itu."
"Yang kedua, dalam lingkup manajemen yang lebih besar, yaitu sebagai gubernur, beliau juga punya pengalaman," bebernya.
Jokowi juga berujar, latar belakang pendidikan RK juga menjadi dasar dirinya mendukung politikus Partai Golkar itu.
"Yang paling penting, beliau ditunjang dengan ilmu. Pak Ridwan Kamil adalah lulusan Teknik Arsitektur ITB, dan meraih gelar master di bidang urban design dari Berkeley. Dalam urban design, ada ilmu perencanaan kota (city planning), landscape kota, dan sebagainya."
"Artinya, secara rekam jejak ada, secara ilmu ada. Kurang apa lagi? Mau pilih yang mana lagi?" ujarnya.
PDIP Tak Masalah
Sementara itu, Ketua DPP PDIP, Djarot Saiful Hidayat, menegaskan pihaknya tak mempermasalahkan dukungan Jokowi kepada RK.
Pasalnya, sambung Djarot, Jokowi sudah tak berstatus sebagai kader partai berlambang banteng moncong putih ini.
"Beliau sudah bukan kader partai karena melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga partai. Silakan saja," kata Djarot kepada wartawan, Selasa.
Adapun dalam pemilihan gubernur Jakarta kali ini, PDIP memiliki jagoan sendiri, yaitu cagub-cawagub nomor urut 3 Pramono Anung-Rano Karno.
Oleh sebab itu, Djarot mempersilakan warga Jakarta untuk menilai sikap Jokowi tersebut.
"Gusti Allah mboten sare dan biarkan warga menilai watak, budi pekerti dan kepribadian seseorang."
"Kita selalu berserah diri kepada kekuasaan Gusti Allah dan kedaulatan rakyat," ujar Djarot.
Ia meyakini, masyarakat Jakarta adalah pemilih rasional sehingga bakal menjatuhkan pilihannya kepada pasangan Pramono-Rano.
"Saya yakin dan percaya warga Jakarta sudah cerdas dan bisa membedakan mana loyang dan mana emas."
"Mas Pram dan Bang Doel akan terus turun ke bawah, mendengarkan suara warga Jakarta dan memberikan solusi yang bisa diterapkan ketika diberikan amanah memimpin Jakarta," tuturnya.
(Tribunnews.com/Deni/Chaerul)