TRIBUNNEWS.COM - Program-program yang diusung pasangan Ridwan Kamil-Suswono dalam Pilkada Jakarta kerap menuai kritik. Mulai dari gagasan Riverway, Mobil Curhat, hingga target ambisius penciptaan satu juta lapangan kerja, beberapa pihak mempertanyakan relevansi dan kesesuaian ide-ide ini dengan konteks Jakarta.
Namun, menurut juru bicara pasangan tersebut, Mulya Amri, kritik ini muncul karena sebagian besar masyarakat belum memahami substansi dari program yang ditawarkan. Ia menegaskan bahwa setiap inisiatif, meski terlihat ambisius, dirancang dengan mempertimbangkan kondisi spesifik Jakarta dan menjawab kebutuhan mendasar masyarakatnya.
Dana RW bukan Sekadar Bagi-Bagi Uang
Program Dana RW yang diusulkan pasangan Ridwan Kamil-Suswono dalam Pilkada DKI Jakarta sering kali disalahpahami oleh beberapa pihak. Dana sebesar Rp200 juta per RW setiap tahunnya, atau total sekitar Rp1 miliar selama lima tahun, seringkali dianggap sebagai bentuk "bagi-bagi uang" tanpa mempertimbangkan tujuan dan mekanisme pemberdayaan masyarakat yang sebenarnya terkandung dalam program ini.
Menurut Mulya Amri, juru bicara pasangan Ridwan Kamil-Suswono, klaim bahwa program ini hanya sekadar pembagian uang kepada RW adalah kesalahpahaman besar. “Ini bukan soal bagi-bagi uang. Justru ini adalah langkah pemberdayaan masyarakat. Dana ini diberikan kepada RW melalui mekanisme yang transparan dan dipantau oleh pemerintah DKI. Warga berhak menentukan sendiri apa yang menjadi prioritas kebutuhan di wilayah mereka,” jelas Mulya.
Program ini memberi kewenangan kepada RW untuk menentukan penggunaan dana berdasarkan kebutuhan mendesak yang ada di lingkungannya. Sebagai contoh, dana tersebut bisa digunakan untuk membangun sumber air bersih, bak sampah, atau fasilitas MCK (Mandi Cuci Kakus) untuk meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan. Semua keputusan tersebut diambil berdasarkan musyawarah warga yang melibatkan seluruh masyarakat di RW tersebut.
Salah satu kelebihan dari program Dana RW ini adalah adanya mekanisme yang terorganisir dan sistematis dalam penggunaannya. Setiap penggunaan dana akan dipantau dengan cermat oleh pemerintah DKI Jakarta, yang memastikan bahwa dana tersebut digunakan untuk kepentingan bersama sesuai dengan perencanaan yang telah disepakati bersama warga. Di setiap kecamatan, terdapat insinyur yang siap memberikan pendampingan untuk memastikan bahwa pembangunan berjalan dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan teknis.
“Ini bukan hanya soal memberikan dana, tetapi juga soal bagaimana mengorganisir dan memastikan bahwa penggunaan dana tersebut dapat menciptakan dampak positif yang berkelanjutan. Setiap langkah akan dipantau, dan pengelolaan dana harus sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat,” tambah Mulya.
Mengatasi Tawuran dengan Festival
Tawuran antar kelompok anak muda sering kali menjadi masalah yang tak terhindarkan di banyak kota besar, termasuk Jakarta. Beberapa pihak menyoal gagasan ini karena tidak menyentuh langsung inti masalah Jakarta, karena persoalan utama dari tawuran adalah kurangnya lapangan pekerjaan bagi kalangan anak muda. Namun, bagi pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, Ridwan Kamil dan Suswono, tawuran bukan hanya masalah kekerasan, melainkan juga cerminan dari ketidakmampuan banyak anak muda untuk menyalurkan energi dan waktu luangnya secara positif.
Menurut Mulya, tawuran sering kali dipicu oleh kondisi sosial-ekonomi anak muda yang belum sepenuhnya diberdayakan. "Anak-anak muda ini punya banyak waktu, energi, dan kemampuan, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk bekerja secara penuh atau mendapatkan penghasilan yang cukup. Ini membuat mereka frustrasi dan berisiko terjebak dalam aktivitas negatif seperti tawuran," jelas Mulya Amri.
Mulya menjelaskan bahwa banyak anak muda di Jakarta yang tidak memiliki pekerjaan tetap atau pekerjaan yang hanya memberikan jam kerja paruh waktu. Meskipun mereka memiliki potensi dan semangat tinggi, mereka kesulitan untuk menemukan kesempatan ekonomi yang layak. “Mereka tidak punya cukup pendapatan, tapi mereka punya banyak waktu dan energi. Frustrasi akibat ketidakmampuan ekonomi seringkali mengarah pada perilaku negatif, seperti tawuran,” tambahnya.
Menurutnya, situasi ini menunjukkan pentingnya memberikan anak-anak muda kesempatan untuk berkembang dan beraktivitas secara positif. Mereka butuh kegiatan yang tidak hanya mengisi waktu luang, tetapi juga memberikan rasa pencapaian dan kepuasan. Salah satu cara untuk mencapainya, menurut pasangan Ridwan Kamil-Suswono, adalah melalui penyelenggaraan festival.
Konsep festival yang diajukan oleh pasangan Ridwan Kamil-Suswono bukan hanya tentang hiburan, tetapi lebih kepada menciptakan peluang untuk anak muda dalam menyalurkan energi mereka ke hal-hal yang produktif. Mulya Amri menjelaskan bahwa dengan adanya festival, anak-anak muda bisa sibuk dengan kegiatan yang bermanfaat, sambil mengembangkan keterampilan dan potensi yang dapat membuka peluang ekonomi baru.
“Festival memberikan mereka ruang untuk berkreasi dan bekerja sama dalam menyelenggarakan suatu acara yang melibatkan banyak pihak. Ini bukan hanya soal hiburan, tetapi juga kesempatan untuk menciptakan kegiatan yang bisa memberi dampak ekonomi, seperti membuka peluang usaha atau pekerjaan sementara untuk para pelaku festival,” ujar Mulya.
“Selama ini, banyak anak muda yang ingin menyelenggarakan festival, tetapi terkendala oleh masalah modal. Dengan adanya program dukungan dari pemerintah, mereka dapat memiliki akses untuk melaksanakan ide-ide kreatif mereka, sekaligus mengurangi potensi tawuran yang seringkali muncul akibat ketidakstabilan ekonomi dan sosial,” Mulya menambahkan.
Ambisi Besar 1 Juta Lapangan Kerja untuk Jakarta
Dalam dunia politik, ambisi besar sering kali dipandang sebagai tantangan yang berat, namun juga sebagai tanda visi yang jauh ke depan. Kritikan tentang program Satu Juta Lapangan Kerja sering dinilai tidak mungkin bisa dilakukan, dan tidak dilandasi oleh hitungan matematis yang tepat.
Salah satu janji ambisius yang diusung oleh pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, Ridwan Kamil dan Suswono, adalah menciptakan satu juta lapangan kerja dalam lima tahun masa jabatan. Menurut Mulya, meski ambisius, program tersebut sangat mungkin tercapai jika didukung dengan kerja keras dan strategi yang tepat.
Ia menegaskan bahwa memiliki ambisi besar dalam menjalankan pemerintahan bukanlah hal yang salah. Bahkan, ia menganggap bahwa seorang pemimpin harus memiliki ambisi untuk membuat perubahan yang signifikan. "Ambisi itu bukanlah sesuatu yang harus dipandang negatif. Pemimpin seperti Pak Prabowo juga memiliki ambisi besar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga mencapai 8 persen, dan banyak orang menganggap itu ambisius. Tapi, apakah itu tidak bisa tercapai? Tentunya bisa tercapai dengan kerja keras," jelas Mulya.
Program satu juta lapangan kerja ini, menurut Mulya Amri, telah diperhitungkan dengan matang. Dalam rencana tersebut, sebanyak 600.000 lapangan kerja akan tercipta di sektor formal, yang mencakup ekonomi-ekonomi baru seperti pariwisata dan ekonomi digital. Sebagai kota global yang akan terus berkembang, Jakarta diharapkan bisa menarik investasi asing yang akan membuka lapangan pekerjaan baru bagi warga Jakarta.
"Jakarta adalah kota global yang terus berkembang, dan kami yakin bisa menarik investasi asing yang akan membuka banyak lapangan kerja di sektor-sektor baru seperti pariwisata dan ekonomi digital. Ini adalah lapangan kerja formal yang akan menciptakan peluang bagi anak muda Jakarta untuk berkarir dalam industri yang terus tumbuh," ujar Mulya.
Selain itu, sekitar 300.000 lapangan kerja diharapkan dapat tercipta dari sektor UMKM. Pemerintah DKI Jakarta akan memberikan dukungan penuh kepada UMKM untuk berkembang, yang pada gilirannya akan membuka peluang pekerjaan bagi masyarakat Jakarta, khususnya di sektor informal.
"UMKM memiliki potensi besar untuk menciptakan lapangan kerja. Dengan memberikan fasilitas, pembiayaan, dan pelatihan bagi pelaku UMKM, kami berharap bisa meningkatkan jumlah pelaku usaha kecil yang pada gilirannya akan membuka peluang kerja lebih banyak lagi," tambah Mulya.
Sementara itu, 100.000 lapangan kerja lainnya diprediksi akan tercipta melalui program padat karya, yang melibatkan masyarakat dalam kegiatan perbaikan kampung dan infrastruktur. Salah satu program yang diusung adalah dana RW sebesar satu miliar per RW selama lima tahun, yang akan digunakan untuk mendukung pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di tingkat RW.
Salah satunya, Maghrib Mengaji
Program Magrib Mengaji, meski tidak bersifat wajib, diharapkan dapat mendorong lebih banyak masyarakat untuk aktif dalam kegiatan keagamaan di lingkungan sekitar mereka. "Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat mental spiritual masyarakat, memberikan kesempatan bagi warga untuk lebih dekat dengan ajaran agama mereka, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari," tambah Mulya.
Pemerintah DKI Jakarta, menurutnya, hadir untuk memberikan dukungan, baik dari segi dana maupun fasilitas, sehingga kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan masyarakat dapat lebih terorganisir dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi kehidupan spiritual mereka. Salah satunya adalah dengan menyediakan makanan bagi peserta yang mengikuti kegiatan Maghrib Magaji di masjid atau mushola setempat, guna mempermudah pelaksanaan kegiatan ini.
Salah satu hal yang membedakan program Magrib Mengaji yang dilanjutkan oleh Ridwan Kamil dan Suswono adalah adanya penyesuaian untuk mendukung keberagaman agama di Jakarta. Mulya Amri menjelaskan bahwa Ridwan Kamil akan memastikan program serupa juga disediakan untuk agama-agama lain.
"Program ini bertujuan untuk penguatan nilai-nilai keimanan dan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya untuk Islam, tapi juga untuk agama-agama lain, kegiatan yang setara dengan Maghrib Magaji akan disediakan. Ini adalah bentuk dukungan terhadap kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh berbagai agama di Jakarta," ungkap Mulya.
Hal ini sejalan dengan komitmen Ridwan Kamil dan Suswono untuk menciptakan Jakarta yang lebih inklusif dan toleran, dengan memberi ruang bagi setiap agama untuk berkembang dan meningkatkan kehidupan spiritual warganya. Melalui pendekatan ini, mereka berharap dapat mempererat hubungan antarumat beragama serta menciptakan suasana harmoni di kota metropolitan ini.
Riverway di Jakarta, Peluang Besar untuk Wajah Transportasi Baru
Program Riverway yang dilontarkan oleh Ridwan Kamil, calon gubernur DKI Jakarta, sempat menuai kritik dari sejumlah pihak yang menyebutnya sebagai ide yang tidak memahami konteks Jakarta dan kondisi lingkungan setempat. Namun, menurut Mulya, kritik tersebut justru mencerminkan ketidaktahuan terhadap potensi besar yang dimiliki oleh Jakarta, khususnya terkait dengan kondisi sungai dan kanal di ibu kota.
Mulya menegaskan bahwa gagasan Riverway adalah langkah maju untuk memanfaatkan infrastruktur yang sudah ada, bukan sebuah ide yang datang tanpa dasar. “Jika kita melihat dari segi kesiapan kanal-kanal di Jakarta, program Riverway justru bisa menjadi solusi yang tepat. Kanal Banjir Timur yang panjangnya sekitar 23 km, Kanal Banjir Barat sepanjang 36 km, serta Sungai Ciliwung yang sudah memiliki kedalaman yang cukup, semuanya memiliki potensi besar untuk dikembangkan,” ujar Mulya.
Dari segi infrastruktur, Mulya menjelaskan bahwa Jakarta sudah memiliki kanal-kanal yang memadai untuk mendukung program Riverway. Kanal-kanal ini sudah memiliki kedalaman yang cukup, serta turap beton di pinggirnya yang memungkinkan untuk dieksplorasi lebih lanjut.
Salah satunya adalah Sungai Ciliwung yang membentang dari Stasiun Manggarai ke utara, melewati area sekitar Monas, Masjid Istiqlal, dan Gereja Katedral. Bahkan, kanal ini juga menyusuri jalan-jalan besar seperti Jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk, yang semuanya sudah memiliki kesiapan tinggi untuk dikembangkan.
“Pernyataan yang mengatakan bahwa Riverway tidak mungkin dilakukan di Jakarta adalah sebuah pernyataan yang terlalu dini dan gegabah. Sebaliknya, Jakarta sudah memiliki sungai dan kanal dengan potensi yang besar. Program ini bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki kondisi lingkungan sekaligus memberikan manfaat besar bagi masyarakat Jakarta,” jelas Mulya.
Gagasan Brilian Pariwisata Baru, “Disneyland” di Kepulauan Seribu
Gagasan untuk menghadirkan proyek besar seperti “Disneyland” di Kepulauan Seribu bukanlah sebuah janji politik, tapi sebuah lontaran gagasan kreatif dari Ridwan Kamil. Gagasan ini juga seringkali menjadi ‘sasaran tembak’ yang dinilai tidak visible dan terlalu mengada-ada.
Mulya Amri, juru bicara pasangan Ridwan Kamil-Suswono, menjelaskan bahwa ide tersebut adalah bagian dari upaya untuk memikirkan solusi atas potensi besar yang dimiliki Jakarta dan sekitarnya. Menurutnya, setiap ide kreatif harus dipahami sebagai bagian dari proses penelitian dan perencanaan, bukan sekadar janji yang harus dipenuhi.
“Disneyland di Kepulauan Seribu itu bukan rencana yang harus segera diwujudkan, tapi sebuah gagasan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang bisa dilakukan. Ridwan Kamil selalu berusaha mencari solusi kreatif untuk masalah yang ada di Jakarta, dan gagasan ini perlu studi lebih lanjut,” jelas Mulya.
Mulya menegaskan bahwa gagasan ini muncul sebagai bagian dari visi Ridwan Kamil untuk melihat Jakarta dengan sudut pandang yang jauh ke depan. “Ide ini adalah sebuah upaya penelitian yang harus dipelajari lebih lanjut. Kita harus menghitung kemungkinan dan studi kelayakan sebelum kita bisa merealisasikannya,” ujar Mulya.
Menurutnya, ide seperti ini harus diapresiasi karena mencerminkan kreativitas seorang pemimpin yang berpikir jauh ke depan. Namun, tidak semua pihak memahami gagasan ini dengan cara yang sama.
Ketika pihak lawan politik, seperti yang disebutkan dalam klaim oleh pasangan nomor urut 3, menyebutnya sebagai janji yang harus dipenuhi, Mulya menegaskan bahwa ini adalah sebuah ide yang harus dilihat dengan pemahaman yang lebih luas. “Jika setiap ide langsung ditembak mati dan dianggap janji yang harus dipenuhi, bagaimana kita bisa maju? Setiap ide perlu ruang untuk berkembang dan dipelajari,” tegasnya.
Curahan Inovasi Mobil Curhat
Jakarta sedang menghadapi krisis kesehatan mental di kalangan generasi mudanya. Menurut survei kesehatan mental remaja nasional pertama di Indonesia, sekitar satu dari tiga remaja mengalami masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir. Masalah ini mencakup kecemasan, depresi, hingga gangguan perilaku.
Situasi ini menjadi sorotan pasangan Ridwan Kamil-Suswono, yang mengusung program Mobil Curhat sebagai salah satu solusi inovatif untuk menghadapi tantangan ini. Namun, program ini menuai cemoohan, terutama di ruang media sosial. Bagi banyak netizen, mobil curhat ini tidak menyelesaikan soal utama di masyarakat yang membuat angka stress sangat tinggi.
Mulya Amri, juru bicara pasangan Ridwan Kamil-Suswono, menegaskan pentingnya memahami akar masalah kesehatan mental di kalangan remaja. “Generasi muda kita menghadapi banyak tekanan, mulai dari akademik hingga sosial, yang jika tidak ditangani bisa berdampak buruk. Masalah kesehatan mental ini memerlukan empati dan perhatian, terutama dari generasi yang lebih senior,” ungkap Mulya.
Ia menyoroti bahwa dampak kesehatan mental yang tidak tertangani bisa sangat luas, mulai dari penurunan prestasi akademik hingga isolasi sosial. Lebih parahnya, masalah ini dapat menyebabkan gangguan fisik, penurunan energi, hingga peningkatan risiko bunuh diri. “Jika terus dibiarkan, masalah kesehatan mental tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga menjadi beban ekonomi bagi keluarga dan masyarakat. Produktivitas menurun, ekonomi keluarga terganggu, dan hal ini merugikan kita semua,” tambahnya.
Pasangan Ridwan Kamil-Suswono percaya bahwa kesehatan mental adalah isu yang harus diatasi secara serius. Untuk itu, mereka menawarkan program Mobil Curhat, sebuah layanan yang menyediakan akses langsung ke psikolog atau psikiater.
“Bagi masyarakat mampu, mereka bisa dengan mudah mencari bantuan profesional untuk anak-anaknya. Tapi bagaimana dengan masyarakat kurang mampu? Mobil Curhat hadir sebagai solusi, memberikan akses layanan kesehatan mental bagi mereka yang selama ini tidak terjangkau,” jelas Mulya.
Program ini dirancang tidak hanya untuk memberikan konseling, tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental. Melalui pendekatan ini, mereka berharap dapat menghapus stigma yang masih sering melekat pada isu kesehatan mental di Indonesia.
Inisiatif mobil curhat telah berjalan sejak 20 Oktober 2024 dan hadir di 13 titik di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta Utara. Hingga awal November 2024, tercatat lebih dari 3.000 warga Jakarta yang telah mengakses layanan mobil curhat.
Berdasarkan data pelaksanaan program, masalah yang jadi curahan hati warga sangat beragam. Topik curhat terbanyak adalah masalah ekonomi, disusul masalah keluarga seperti hubungan suami-istri.
Dalam Ruang Publik yang Sehat Terdapat Tubuh yang Kuat
Program ini juga tidak luput dari kritik. Beberapa pihak menyebut bahwa penyediaan alat gym di ruang publik kurang relevan dengan kebutuhan utama warga Jakarta. Menanggapi hal ini, Juru bicara pasangan RIDO, Rian Ernest menegaskan, kritik semacam itu tidak berdasar dan menunjukkan kurangnya pemahaman terhadap visi pasangan RIDO.
“Kami menyayangkan adanya narasi negatif yang tidak didukung data atau fakta. Pak Ridwan Kamil dan Pak Suswono selalu membawa semangat positif dan adu gagasan. Mereka percaya bahwa pemimpin harus siap berkorban dan 'mau ribet' demi kebaikan warga Jakarta,” ujarnya.
Rian menekankan bahwa pasangan RIDO akan terus berkomitmen menghadirkan program-program yang relevan dengan kebutuhan warga Jakarta. “Kesehatan adalah hak dasar. Program ini menjadi bukti nyata bahwa negara hadir dan memberikan solusi konkret bagi masyarakat,” tegasnya.
Rian menegaskan bahwa program ini bukan hanya kelanjutan dari kebijakan yang sebelumnya dirintis oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), tetapi juga merupakan pengembangan agar lebih berdampak luas. “Pak Ridwan Kamil dan Pak Suswono ingin memastikan bahwa kesehatan warga menjadi prioritas. Mereka percaya bahwa semua warga Jakarta, tanpa terkecuali, berhak atas fasilitas olahraga yang layak, tanpa harus memikirkan biaya tambahan,” ungkap Rian.
Program alat gym di ruang terbuka sebelumnya terbukti efektif menarik perhatian masyarakat untuk hidup lebih aktif. Dengan memperluas jangkauan fasilitas ini, pasangan RIDO berharap lebih banyak warga dapat memanfaatkan alat olahraga yang ditempatkan di taman kota dan ruang terbuka lainnya. “Maksudnya sederhana, menyediakan ruang olahraga gratis ini adalah langkah konkret menghadirkan keadilan sosial. Semua warga, terlepas dari kondisi ekonominya, berhak untuk sehat,” tambah Rian.