Laporan Reporter Pos-Kupang.Com, Mario Giovani Teti
TRIBUNNEWS.COM, BA’A – Ke sekolah jalan kaki? Ke sekolah naik sepeda? Ke sekolah naik motor? Rio Jonatan Adu punya cara lain, naik kuda.
Ini dilakukan Rio, siswa kelas XII MIPA di SMAN 1 Rote Barat Daya, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, Jumat (3/3/2023).
Rote Ndao adalah kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pulau ini merupakan beranda terselatan wilayah Republik Indonesia, bahkan wilayah ujung selatan benua Asia.
Ibu kota kabupaten ini terletak di Ba’a. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.280,10 km² dan berpenduduk sebanyak 165.807 jiwa (2020).
Rote Ndao memiliki 107 pulau kecil dan enam di antaranya merupakan pulau-pulau yang berpenghuni.
Wilayah utama kabupaten ini terdapat di Pulau Rote, pulau terbesar di antara 107 pulau yang termasuk wilayah administratif Kabupaten Rote Ndao.
Enam pulau kecil lain yang berpenghuni adalah Pulau Usu, Ndana, Ndao, Landu, Nuse, Do’o.
Lalu, bagaimana cerita Rio Yonatan Adu sampai naik kuda ke sekolahnya? Ada apa dengan Rio?
Rio Jonatan Adu Pekerja Keras
Ia menunggangi kudanya pagi-pagi, sejauh delapan (8) kilometer dari rumahnya di pelosok Desa Dalek Esa, Kecamatan Rote Barat Daya, Kabupaten Rote Ndao.
"Waktu itu, saya start motor tidak hidup, motor sudah mogok dan tanpa pikir panjang, saya pergi ambil kuda di padang," ujar Rio kepada reporter Pos Kupang Tribun Network, Sabtu (4/3/2023).
Bapak dan mamanya kata Rio waktu itu sudah sibuk di sawah. Bagi Rio, sekolah adalah segalanya. Karena itu apapun tantangannya, kata Rio, dia harus menimba ilmu.
"Saya sekarang kelas tiga SMA, saya harus pergi ke sekolah mempersiapkan diri mengikuti ujian akhir, meski banyak tantangan yang saya hadapi," tegas Rio.
Dari rumahnya di Desa Dalek Esa ke sekolahnya di SMAN 1 Rote Barat Daya, berjarak lebih kurang delapan (8) kilometer.
Pagi itu Rio yang berseragam abu putih memacu kuda berkulit cokelat lewat jalan desa melintasi tepi ladang sawah, tepat waktu tiba di sekolah sebelum pelajaran dimulai.
"Saya sampai di sekolah, Bapak Kepala Sekolah tanya saya kenapa bawa kuda, saya jawab, saya takut terlambat Bapak," aku Rio menceritakan momen saat bertemu kepala sekolahnya.
Kata Rio, kepala sekolahnya terlihat senang dan mengapresiasi dirinya. Kudanya ia tambatkan di halaman sekolah yang berumput dan ada pohon untuk mengikatkan tali.
Sementara tali kekang dan pelana sederhana yang terbuat semacam karpet atau tikar, ia titipkan di pos keamanan sekolah.
"Karena ada padang rumput dan pohon di depan sekolah, saya memilih ikat di situ. Bapak Kepala sekolah beritahu sekuriti untuk menjaga kuda saya," lanjut anak kedua pasangan Juliana Mesakh dan Bernard Adu ini.
Kepada jurnalis Pos Kupang Tribun Network, Rio berpesan kepada teman dan kaum muda agar rajin sekolah untuk menggapai cita-cita.
"Untuk teman-teman saya di luar sana, hambatan ke sekolah jangan jadikan masalah sulit. Banyak cara ke sekolah, dan terutama mendapat pendidikan dalam meraih masa depan," pesan Rio.
Tak hanya rajin sekolah, Rio Adu dikenal anak pekerja keras. Sepulang sekolah, ia membantu ayah dan ibunya mengurus ladang sawah mereka di desa.
"Kalau saya pulang sekolah, saya bantu bapak dan mama jaga sawah," kata Rio yang bercita-cita menjadi prajurit TNI atau Polri.
Menunggang kuda bagi Rio bukan hal baru. Ia mengaku sudah terbiasa, dan sejak lama bisa menunggang kuda karena ayahnya yang mengajari.
Ayah Rio dulu seorang joki kuda yang biasa ikut acara Hus, pacuan kuda tradisi masyarakat Rote Ndao.
Di Kabupaten Rote Ndao, populasi kuda kurun waktu Januari-Desember 2021, tercatat 7.802 ekor, berdasar data Dinas Peternakan Rote Ndao.
"Populasi kuda di daerah kami masih cukup bagus, tercatat saat ini mencapai 7.802 ekor," kata Herman, Kepala Dinas Peternakan Rote Ndao, Herman Haning.
Populasi kuda itu tersebar di semua kecamatan di pulau itu. Kecamatan Rote Timur ada 770 ekor, Landu Leko ada 98 ekor, Pantai Baru 351 ekor, dan Rote Tengah 731 ekor.
Di Rote Selatan tercatat ada 812 ekor, Lobalain 914 ekor, Rote Barat Laut 1.600 ekor, Loaholu 1200 ekor, Rote Barat Daya 960 ekor, dan Rote Barat 366 ekor.
Herman Haning menghimbau masyarakat melestarikan kuda karena bagian tidak terpisahkan dari adat dan budaya masyarakat Rote Ndao.
Selain itu, menurut Herman Hening, kuda memiliki nilai sosial-ekonomi yang berkontribusi besar terhadap pengembangan pariwisata di daerah Rote Ndao.(Pos-Kupang.com/Mario Geovani Teti)
ARTIKEL INI sebelumnya tayang di link berikut ;
Baca Selanjutnya: Perjuangan rio siswa sma di rote naik kuda ke sekolah sejauh kilometer demi masa depan