Buka mulai pukul 10.00 WIB, biasanya dagangan Pak Slamet ini selalu laris diburu pembeli hingga pukul 15.00 WIB.
Lokasinya, tak jauh dari Gedung Gelanggang Remaja Duren Sawit, Jakarta Timur.
Dua buah toples ukuran besar berisi santan dan gula, berderetan di sisi pojok gerobak tersebut.
Sementara di sampingnya, terdapat sebuah dandang ukuran besar menjadi tempat untuk cendol hijaunya.
Dua buah kotak besar yang penuh berisi durian kupas diletakkan di depan deretan toples-toples berisi gula dan santan tersebut.
"Kalau baru pertama kali datang ke sini, es buatan saya nggak enak," kata Pak Slamet berkelakar.
"Daripada saya bilang enak, eh ternyata gak suka. Jadi mending di coba saja," katanya.
Walau begitu, antreannya yang cukup ramai membuat kami penasaran juga dengan citarasanya.
Apalagi, kalau melihat durian kupas yang menggunung di dalam wadah besar. Rasanya, begitu menggoda setiap mata yang melihat.
Satu persatu pembeli, terus datang secara bergantian. Meja dan kursi yang disediakan pun penuh dengan pembeli yang makan di tempat.
Mereka, rela antre demi seporsi es dawet durian di sini. Saya pun mencoba seporsi es dawet durian spesial yang harganya Rp 15 ribu.
Walau cukup terjangkau dan gak bikin kantong bolong, tapi toping yang disajikan tak tanggung-tanggung.
Saya pun terkejut begitu melihat seporsi Es Dawet Durian Pak Slamet mendarat di meja.
Campuran es, santan, cendol dawet, dan juga durian yang tidak pelit, membuat seisi mangkok luber dan tumbah ke luar.