TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapan sebenarnya Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok saling mengenal? Jauh hari sebelum mereka diusung PDI Perjuangan-Partai Gerindra, sejumlah purnawirawan TNI telah menjadi jembatan untuk mempertemukan mereka.
Awal Februari 2012, Ahok diundang ke Solo untuk bertemu Jokowi. "Ada tim dari purnawirawan tentara yang mempertemukan saya dengan Jokowi," ucap Ahok.
Dalam perbincangan informal itu Ahok menceritakan program-program perkotaan kepada sang Wali Kota Surakarta tersebut. Obrolan keduanya mengalir lancar.
"Itu jauh sebelum perjodohan Jokowi dan Ahok. Mereka ingin deklarasi agar kami berdua dapat memimpin Jakarta dan meminta partai-partai mendukung rencana ini," tambah Ahok.
Ternyata Jokowi menolak rencana tersebut. Jokowi konsisten harus terpilih sebagai calon Gubernur DKI melalui PDI Perjuangan. Alhasil, saat itu harapan mempersatukan kedua orang tersebut kandas. Ahok membuang jauh-jauh pikiran tersebut.
Ahok mulai mengenal sosok Jokowi melalui pemberitaan media massa. Belakangan Ahok tahu, Jokowi juga sering membaca pemberitaan mengenai dirinya.
Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto, akhirnya dapat merealisasikan rencana awal. Prabowo menyebut Jokowi lebih senior daripada Ahok sehingga posisi pria asal Belitung itu berperan sebagai calon wakil gubernur.
"Pak Prabowo menginginkan kami berdua sama-sama bekerja, tidak ada ban serep," ungkapnya. Ahok sempat tak percaya pada keinginan Prabowo terhadap dirinya. "Dia ngomong punya 30 jenderal, namun mengapa nggak diusung. Pak Prabowo bilang, rela bukan kadernya yang diajukan," kata Ahok.
Menurut Prabowo, untuk memimpin Jakarta diperlukan sosok yang sudah teruji menjadi kepala daerah. (yogi gustaman/ferdinand)