TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kerap terjadinya tawuran antarpelajar di SMA 6 dan SMA 70 Jakarta yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa siswa kelas X bernama Alawy Yusianto Putra (15) memunculkan wacana supaya kedua sekolah tersebut direlokasi ke tempat lain.
Kedua sekolah yang hanya terpaut jarak 300 meter dan lingkungan sekitar yang sudah tak kondusif lagi sebagai sebuah kawasan pendidikan menjadi alasan utama wacana relokasi dua sekolah unggulan tersebut.
Namun, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Taufik Yudi Mulyanto mengatakan wacana relokasi kedua sekolah yang rawan konflik tersebut bukanlah solusi.
"Kalau mau direlokasi, siapa yang menawarkan itu, dan kemana ? Soal relokasi itu sebaiknya harus kita lupakan,"ujar dia seuai Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi X di gedung DPR RI, Jakarta, (26/9/2012).
Ia menuturkan jika kedua sekolah atau salah satunya direlokasi, dimana lokasi yang tepat.
"Jakarta inikan luasnya cuma 650 km persegi ditambah kepulauan seribu sekitar 100 km persegi, sebagian besar wilayah Jakarta juga sudah menjadi kawasan bisnis, jadi bukan relokasi solusinya,"terang dia.
Lebih lanjut dia menjelaskan, sebenarnya bukan masalah relokasi yang utama, tetapi bagaimana melakukan pembinaan terhadap kedua sekolah dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Sedangkan, Direktur Jendral Pendidikan Menengah Hamid Muhammad mengatakan strategi dan intervensi untuk mencegah kekerasan siswa tidak bisa dilihat secara parsial atau terpisah.
"Kemdikbud telah merancang program nasional yang mengupayakan pencegahaan kekerasan remaja, tidak hanya faktor internal, individu dan eksternal, tetapi juga komunitas sistem sosisal yang berpengaruh terhadap faktor-faktor tersebut,"terang dia.
Klik: