TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sopir taksi yang ditumpangi Erna Setyawati (54), dan Michelle Widyawati (24), putrinya, turut berperan besar melancarkan aksinya. Laki-laki itu berperawakan sedang dan berambut botak tumbuh. Si sopir mengenakan seragam awak taksi Primajasa, bermotif batik dan berwarna merah hati sejak naik dari depan Pondok Indah Mal (PIM) I.
"Si sopir pakai seragam kemeja batik Primajasa warna merah hati, ada logo dan bacaan Primajasa di bagian lengannnya. Saya yakin itu Primajasa. Dan di kantor polsek sudah ada seragamnya, aku tinggal lihat saja," kata Michelle saat ditemui di kediamannya kawasan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Kamis(1/11/2012).
Michelle mengaku melihat jelas tulisan Primajasa pada sisi body taksi, namun tidak melihat nomor lambung taksi.
Menurutnya, pelaku yang duduk di samping sopir juga berperawakan sedang. Ia berambut pendek dengan gaya sisiran ke belakang.
"Orang yang di sampingku, orangnya gemuk, perutnya buncit, rambutnya agak cepak, berkemeja. Orangnya yang di samping Mama berambut ikal, badannya gemuk juga, pakai kaos berkerah, motif garis-garis," imbuhnya.
Karena keadaan di dalam mobil gelap dan tempat pemberhentian selalu dipilih yang minim penerangan, Michelle mengaku tak tahu ciri khusus yang ada pada wajah sopir maupun ketiga pelaku.
Tekanan dan ancaman dari para perampok itu membuat Michelle stres dan sakit sesak nafasnya pun langsung kambuh saat perjalanan dari jalan di depan Gedung FedEx menuju Jalan RS Fatmawati.
Michelle pun mengatakan kepada pelaku dia butuh air putih untuk meredakan sesak nafasnya. "Kata dia, kan di barang belanjaan kau ada air minum. Aku bilang, bukan bang, itu air susu dan jus, dan saya butuh air putih, tidak dingin," kata Michelle.
Mendengar pengakuan Michelle itu, sang sopir tak menghentikan laju mobilnya. Sang sopir justru bersumpah serapah agar Michelle mati di dalam taksi. Untung ada seorang pelaku yang masih meliki rasa iba kepada Michelle. "Sopirnya bilang, biarkan saja anak ibu mati sekalian di situ. Lalu, yang di samping sopir bilang, sudah lah kita berhenti dulu cari warung," ujar Michelle.
Mobil akhirnya berhenti di minimarket Alfamart Jalan RS Fatmawati, dekat warung rokok, untuk membeli air minum mineral dan pelaku juga mengecek isi kartu ATM. "Tapi aku bingung dia turun lalu jalan ke warung atau ke Alfamart yang bersampingan posisinya. Karena waktu dicek ke CCTV, aku lihat kok sepertinya orangnya beda, kok agak gendutan," imbuhnya.
Michelle dan ibunya diturunkan pelaku di depan Gang Ampera Cilandak Barat dekat Astra Internasional Show Room BMW, Jalan RA Kartini.
Kedua korban diturunkan dari taksi dengan dikawal hingga ke tengah gang. "Aku turun pertama dengan tangan masih dipegangi. Aku bilang, mana ibu saya, kalau tidak aku teriak. Lalu Mamah disuruh jalan di depanku dengan tangan dipegangi juga," ungkap Michelle.
Pelaku memerintahkan Michelle dan ibunya berjalan ke dalam gang dengan tangan menempel ke tembok. Keduanya pun dilarang untuk menoleh ke belakang.
"Kami jalan pelan-pelan ke arah dalam gang. Dia bilang, jangan menghadap ke belakang, kalau melihat belakang ku bunuh kau," ujarnya.
Karena penasaran ingin melihat wajah pelaku, nomor polisi dan nomor lambung polisi, Michelle berinisiatif menjatuhkan diri ke tanah. "Pokoknya aku ingin lihat sedapatnya mata," jelasnya.
Belum sempat melihat-lihat wajah pelaku ataupun nomor polisi taksi, rupanya sang sopir melihat 'tindakan cerdas' Michelle. Sopir tersebut langsung keluar dari mobil dan berlari menghampir Michelle.
Sebilah pisau tajampun langsung ditempelkannya ke leher Michelle. "Dia bilang, apa kau? Jangan macam-macam yah! Jadi, aku belum sempat lihat apa-apa. Aku bilang, tidak bang, ini ada batu dan aku pakai sepatu hak tinggi. Dia bilang jangan macam-macam. Aku bilang, maaf bang, aku bilang ke Mamah yang sudah di depan ku, Mamah jalan terus saja dan Istigfar. Lalu kami disuruh jalan terus ke arah dalam gang," paparnya.
Dengan langkah cepat, selanjutnya para pelaku masuk ke dalam taksi dan sopir langsung tancap gas meninggalkan kedua korban. "Aku masih sempat dengar suara gas mobilnya. Lalu aku lari ke tempat ke depan gang, masih berharap bisa terlihat mobilnya. Tapi, mobilnya sudah mengebut dan jalannya zig-zag, mobil-mobil dilewatinya. Lalu aku angkat Mamah dan jalan di pinggir jalan," ucap Michelle.