TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Isu kudeta terhadap pemerintahan SBY dan Boediono belakangan ini semakin kencang dihembuskan ke tengah masyarakat. Berbagai isu sensitif yang secara emosional bisa memunculkan kemarahan dan kegundahan rakyat secara terus menerus diekploitasi untuk dijadikan sebagai sumber legitimasi moral dan politik.
Demikianlah salah satu topik yang menguak dari diskusi Bertajuk Membaca "Isu Kudeta Diujung Pemerintahan SBY" yang digelar di Kafe Galeri Taman Ismail Marzuki, Jumat (22/3/2012).
Diskusi yang diadakan oleh Kaukus Muda Indonesia (KMI) itu mengakui bahwa masyarakat tentunya merasa prihatin, mengapa para elit lebih gemar menakut-nakuti rakyat dengan membuat berbagai manuver dan sandiwara seolah negara ini dalam situasi gawat.
Ketua Umum KMI Edi Humaidi dalam rilisnya mengatakan bahwa KMI Meminta para elit politik dan para pemimpin bangsa ini agar tidak bermanuver yang justru menimbulkan kekhawatiran serta keresahan rakyat.
"Mereka sebaiknya berkonsentrasi untuk membangun bangsa dan mensejahterakan rakyat di akhir masa tugasnya tersebut," ungkap Edi Humaidi.
KMI juga diakui Edi mendesak Presiden SBY agar lebih mengurusi persoalan negara menuntaskan program pemerintahan, terutama untuk mensejahterakan rakyat daripada hanya mengurusi politik kekuasaannya dan partainya.
"Aparat TNI/Polri agar tetap setia dan teguh untuk membela NKRI dan tidak terpancing serta terpengaruh berbagai isu politik menjelang Pemilu 2014," jelas Edi lagi.
KMI pun meminta kepada elit politik dan Parpol agar tidak mengorbankan rakyat dan silahkan berkompetisi secara fir dan sehat di Pemilu 2014.
Senada dengan Edi, salah satu pembicara dalam diskusi tersebut, Bima Arya Sugiarta mengatakan masalah kudeta jangan dibesar-besarkan karena memang akan mempengaruhi kinerja pemerintahan.
"Saya tidak setuju dengan cara-cara kudeta hanya karena pemerintah SBY tidak melaksanakan kebijakan. Jika pemerintah tidak menjalankan kebijakan ya seharusnya jangan dipilih lagi dong di Pemilu berikutnya. Jadi jangan dikudeta, rakyat juga sudah tahu apa yang harus diperbuat," kata Bima Arya Sugiarta.
Diskusi tersebut, selain menghadirkan Bima Arya Sugiarta sebagai pembicara juga ada peneliti dari LIPI, Siti Zuhru dan Hantayudha pengamat politik serta Prof. Budyatna dari Universitas Indonesia.