News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Nestapa Pekerja Anak

INVESTIGASI: Bocah Tuntun Kedua Orangtua Tuna Netra Mengamen, Selalu Bersiasat Hindari Razia

Penulis: Agung Budi Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bocah bernama Rozaq (paling depan) ini menuntun langkah kedua orangtuanya yang tuna netra yakni Iwan Ertanto (kiri) dan ibunya, Titik Wuryani serta si bungsu Ridwan, saat berangkat mengamen karaoke, Jumat (24/5/2013). Nestapa pekerja anak.

Lepas dari tuntutan tangannya, risiko mengintai setiap saat. Itu karena sang ayah selalu memegangi bahu Rozaq saat kaki melangkah.

Demikian juga dengan sang ibu yang memegangi bahu suami di depannya. Sementara tangan satunya memegangi mike pengeras yang dia pakai untuk menyanyi sembari menggendong si bungsu, Ridwan.

Rozaq (kanan) menuntun langkah kedua orangtuanya yang tuna netra yakni Iwan Ertanto (kiri) dan ibunya, Titik Wuryani serta si bungsu Ridwan, saat berangkat untuk mengamen karaoke, Jumat (24/5/2013). (Tribunnews.com/ Agung Budi Santoso)

Tidak Boleh Capek, Kerja Terus!

Abdullah Rozaq adalah potret bocah yang nyaris kehilangan indahnya masa kecil karena 'dipaksa' ikut mencari nafkah bersama orangtua.

Ayah ibunya tidak hanya terjerat problem kemiskinan tapi juga keterbatasan fisik.

Instingnya untuk melindungi kedua orangtua terlihat saat menyusuri jalan berlubang, berduri, berkerikil, kubangan air hujan atau jalanan licin penuh risiko.

Bahaya juga mengintai saat menyeberang di tengah keramaian.

Sang ayah mengakui, ia bersama istri amat tergantung pada tuntunan Rozaq. Tanpa bimbingan Rozaq, dia dan istri bisa tersesat dan kebingungan di tengah hiruk-pikuk pasar atau stasiun.

"Yang sering jadi masalah, Rozaq itu dikit-dikit mengeluh capek, kakinya pegel-lah, badannya lemes-lah, atau laper-lah. Pada saat yang sama, saya dan istri sangat butuh dia," ujar Iwan, kepada Tribunnews.com.

Iwan tak bisa menyalahkan Rozaq. Ia sadar si bocah lazimnya bermain bola di Lapangan Sudimara, dekat rumah petak kontrakan, seperti dinikmati teman-teman sebayanya. Tapi jerat kemiskinan menuntut Rozaq harus tangguh dan tahan banting di usia dini.

"Kalau ngamennya males-malesan, dapet duitnya juga dikit. Nanti nggak bisa bayar kontrakan rumah dan buat beli beras," tutur Iwan.

Iwan bertutur, entah sudah berapa kali dia diusir-usir pemilik rumah kontrakan karena telat bayar uang sewa bulanan sebesar Rp 350 ribu (belum termasuk biaya rekening listrik dan air bersih).

Sementara pendapatan rata-rata Rp 40 ribu per hari dari mengamen karaoke cuma pas-pasan buat 'mengepulkan asap dapur.' Karena itu, buat membayar uang sewa rumah kontrakan, ia sering berhutang ke tetangga terdekat.

Ia sampai hilang urat malunya karena keseringan berhutang dan menunggak uang sewa. Rezekinya tambah susah ketika Rozaq jatuh sakit yang otomatis membuat dia dan istri stop mengamen.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini