Tribunnews.com, Jakarta- Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), mengunjungi Rumah Susun Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur, Jumat (7/6/2013). Dalam kesempatan itu, warga memberikan data kepada Ahok soal dugaan terjadinya praktik jual-beli unit rusun itu oleh pengelola rusun, yang berinisial H, dan bawahannya.
Menurut seorang warga, Suhartati (41 tahun), Rusun Pulogebang bisa ditempati secara gratis dan diperuntukan bagi warga yang masuk program relokasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta karena rumahnya digusur atau berada di daerah rawan banjir. Namun, Suhartati melanjutkan, dalam beberapa bulan terakhir, ada ada sejumlah warga baru di Rusun Pulogebang yang bukan peserta program relokasi Pemprov DKI Jakarta.
Suhartati dan warga Rusun Pulogebang yang lain kemudian melakukan penyelidikan dan mendapati terjadinya praktik jual-beli unit rusun oleh H dan bawahannya. Hasil penyelidikan berupa rekaman dan berkas jual-beli rusun itulah yang diberikan kepada Ahok.
"Tadi kita sudah kasih kaset rekaman sama berkas data jual beli rusun ke Pak Basuki," ujar seorang warga, Suhartati (41), Jumat (7/6/2013) malam.
Warga lainnya, Erna (31), mengatakan, data hasil penyelidikan itu sudah diterima langsung oleh Ahok, yang kemudian menyerahkan data itu kepada ajudannya untuk disimpan. Erna mengaku berharap, Ahok sesegera mungkin meminta data itu dari ajudannya dan mengeceknya.
"Kalau sampai data yang tadi enggak sampai di Pak Wagub, wah itu susah," sambung Suhartati dengan nada bertanya.
Menurut warga, ketika Ahok datang, petugas keamanan rusun menghalang-halangi warga yang ingin mendekati Ahok. Dengan berteriak, menurut warga, mereka menyampaikan kepada Ahok bahwa telah terjadi praktik jual-beli unit rusun di Rusun Pulogebang.
Ahok sendiri menyatakan akan mempidanakan siapa saja yang memperjual-belikan unit rusun atau menyewakannya.