TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapolres Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Polisi Wahyu Hadiningrat membantah tudingan mahasiswa Institut Sosial dan Ilmu Politik Jakarta yang menyebut kepolisian menggunakan peluru tajam dalam membubarkan aksi penolakan kenaikan harga BBM, Sabtu (22/6/2013) dinihari lalu.
"Tidak ada peluru tajam. Saya saat itu di lapangan, saya cek betul, jangankan peluru tajam, peluru karet dan peluru hampa juga tidak ada," ujar Wahyu di Mapolres Metro Jakarta Selatan, Senin (24/6/2013).
Wahyu menjelaskan bahwa dalam setiap tindakan pengamanan, para anggota kepolisian tidak dibekali dengan senjata api. Oleh karenanya sangat tidak masuk akal jika kemudian polisi dituduh menggunakan senjata berpeluru tajam dalam melakukan pengamanan.
"Kita tidak siapkan peluru kok, anggota tidak dibekali dengan peluru," tandasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, mahasiswa IISIP Jakarta menuding polisi menggunakan senjata tajam saat melakukan pembubaran aksi mereka di depan Kampus IISIP Jakarta, Lenteng Agung, Sabtu (22/6/2013) dinihari.
Mereka mengatakan warga menemukan selongsong peluru yang membuktikan bahwa polisi menggunakan peluru tajam dalam menghadapi aksi mereka.
"Ini bukti bahwa polisi telah melakukan tindakan represif dengan peluru tajam. Ini pelanggaran ham berat. Peluru ini tadi ditemukan warga," ujar Ketua BEM IISIP, Tintus Formancius.
Ia mengatakan perjuangan mereka tidak akan berhenti sampai disini, mereka akan melanjutkan perjuangan mereka, termasuk membongkar sikap represif polisi dalam menangani aksi mereka.
"Kita tidak akan tinggal diam," katanya.