Tribunnews.com Jakarta - Harga daging yang mahal membuat sejumlah pengusaha warung makan atau restoran membeli daging sisa dari pasar swalayan besar. Harganya sangat murah, bisa 50 persen (separo) atau bahkan hanya 20 persen dari harga daging segar.
Saat harga daging segar kini harganya mencapai Rp 95.000, bahkan ada yang Rp 100.000 lebih/kg, harga dagung limbah hanya Rp 43.675/kg. Bahkan ada yang harganya Rp 11.300/kg.
Hasil penelusuran Warta Kota, dari sejumlah pasar swalayan besar terkenal, ada satu yang karyawannya mengaku menjual daging sisa alias daging limbah. Namun, setiap cabang pasar swalayan besar menjual daging sisa dengan harga berbeda dan bentuk berbeda pula. Penentuan harga tergantung staf di bagian daging.
Biasanya, daging dianggap tidak layak setelah selama tiga sampai empat hari dipajang. Setelah itu, daging ditarik display dan dimasukkan ke mesin pendingin bersuhu minus 20 derajat celcius. Rata-rata, setelah berada di mesin pendingin selama 1-3 minggu, baru daging-daging limbah itu dibeli oleh pengusaha rumah makan. Warung makan, atau pembuat makanan seperti bakso.
Untuk membeli daging limbah dari pasar swalayan besar ini sangat mudah. Pembeli hanya perlu datang ke bagian daging dan menanyakan stok daging sisa ada tidak. Nantinya, staf bagian daging dan menanyakan ada stok daging sisa atau tidak. Kemudian, staf di bagian daging akan menjelaskannya. Namun untuk tawar menawar, harga harus dibicarakan lagsung dengan kepala bagian daging pasar swalayan yang bersangkutan.
"Pengusaha restoran mengambil daging sisa yang sudah kami olah jadi daging giling. Kemudian, daging giling sisa itu menjadi campuran perkedel," kata staf bagian daging salah satu pasar swalayan di daerah Tanah Abang berinisial DY.
Agar "jalannya" aman, DY dan rekan-rekannya harus mengelabui bagian pencatatan dan bagian administrasi. Caranya, mereka mengeluarkanĀ daging tersebut dengan menempelkan barcode harga daging giling seharga Rp 87.350.
"Itu hanya agar daging ini tetap tercatat sudah keluar, sehingga tak tercatat sebagai daging sisa," kata DY. Hal itu dilakukan karena semestinya daging tak layak display harus dihancurkan.
Di salah satu pasar swalayan besar di Gambir, karyawannya ada yang mengaku telah menjual daging sisa kepada pedagang bakso dan rumah makan. "Langganannya" itu mengambil daging setiap dua atau tiga bulan seminggu.
Penjual bakso, biasanya membeli daging giling limbah. Sementara restoran, membeli daging-daging limbah untuk membuat steak atau rendang. Sekali mengambil, biasanya bisa mencapai 10-15 kg setiap dua minggu sekali.
Menyikapi peredaran dagingĀ sisa ini, YLKI mendesak BPOM giat melakukan operasi pasar. Apalagi, menjelang bulan puasa.
"Menjelang bulan puasa, saya kira Badan POM, Dinas Kesehatan, dan dinas-dinas terkait harus aktif melakukan operasi pasar. Maksudnya, melakukan sidak atau inspeksi mendadak sampling bahan makanan di supermarket dan pasar-pasar yang biasanya sering dipalsukan atau dipasarkan kembali walau sudah expired," kata Tulus Abadi, anggota pengurus harian YLKI, kepada Warta Kota, Sabtu (22/6/2013).
Menurut Tulus, ketika memasuki bulan puasa, kebutuhan masyarakat meningkat tajam. Ia mengkhawatirkan kondisi ini disalahgunakan oleh oknum-oknum pedagang.
"Jangan sampai barang-barang yang sudah kedaluwarsa dipasarkan," ucapnya.