TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sopir dan kernet dari enam truk menjalani pemeriksaan di Polda Metro Jaya setelah anggota Provost Mabes Polri, yang mengawal iring-iringan kendaraan tersebut, Bripka Sukardi, tewas ditembak orang tak dikenal, Selasa (10/9/2013) sekitar pukul 22.15 WIB.
Sopir dan kernet truk tersebut ketakutan sesaat sekelompok orang tak dikenal menggunakan sepeda motor menembak Bripka Sukardi. Bahkan, seorang kernet di truk yang berada paling depan atau tepat di belakang Sukardi, AR, sampai terkentut-kentut.
Demikian disampaikan B alias J, kernet yang berada di truk kelima dari iring-iringan, saat menceritakan pengakuan sopir truk yang berada di barisan terdepan.
"AR kaget juga, dia kentut-kentut terus," kata B alias J usai pemeriksaan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (11/9/2013).
Ia menceritakan, mulanya keenam truk berangkat dari pangkalan di Jalan Tanah Merdeka, Jakarta Utara, sekitar pukul 11.30 WIB, menuju gudang PT Kautan Jaya Kurnia (LJK) di Marunda, Jakarta Utara, untuk mengambil barang berupa rel lift.
Mereka tiba di gudang sekitar pukul 15.00 WIB. Dari gudang itu, mereka kembali ke pangkalan truk.
Sekitar pukul 20.30 WIB, rombongan truk tersebut berangkat dari pangkalan untuk melakukan pengiriman barang ke Rasuna Tower, Kuningan, Jaksel. "Soalnya kan kalau siang di jalan raya banyak kendaraan pribadi, sehingga kami berangkat malam biar lancar," katanya.
Dari pangkalan, rombongan truk menuju Plumpang, Jakarta Utara. Di tempat itu, Bripka Sukardi dengan sepeda motor sudah menunggu mereka untuk melakukan pengawalan.
Rute yang dilalui rombongan truk bersama kawalan Sukardi, yakni Plumpang, Jalan Pramuka Jakarta Timur, Pasar Raya Manggarai Jakarta Selatan, dan Pasar Rumput Jakarta Selatan.
Iring-iringan truk tersebut berbelok ke Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, sekitar 22.00 WIB. Selanjutnya, para sopir memilih jalan perlahan di jalur lambat Jl HR Rasuna Said, karena pada saat itu masih ramai kendaraan pribadi yang melintas.
Setiba di depan kantor KPK, tiba-tiba truk yang berada di depan truk yang ditumpangi B berhenti.
B menduga pada saat itu terjadi kecelakaan lalu lintas biasa. Ia bersama sang sopir, M, turun dari truk untuk melihat jalan.
Dari sesama sopir dan kernet, B baru mengetahui bila polisi yang mengawal iring-iringan truknya sudah terkapar di tengah jalan.
"Saya pikir kecelakaan biasa, ternyata Pak Kardi ditembak," ujarnya.
Selanjutnya, para awak truk itu kemudian saling bicara mengenai kejadian itu.
Y, sopir yang mengendarai truk terdepan, memberitahukan B, bahwa dirinya sempat mendengar empat kali bunyi tembakan.
Suara tembakan tersebut sopir tersebut ketakutan dan menundukkan kepala. Bahkan, kernet dari Y, AR, sampai terkentut-kentut. "Y bilang, ia mengerem dan dia sama kernetnya langsung menundukkan kepalanya karena takut," ujarnya.
Selanjutnya, Y dan AR, sempat melihat petugas KPK datang dan mengecek kondisi Sukardi. "Tapi, katanya (Y) security itu juga lari lagi ke dalam karena takut," ucapnya.
Setelah para pelaku lari dengan sepeda motornya, para sopir dan kernet, berani mendekati korban yang sudah terkapar di tengah jalan. Sejumlah warga sekitar pun mulai berdatangan dan mengerumuni korban.