Laporan Wartawan Warta Kota / Budi Malau
TRIBUNNEWS.COM JAKARTA - Rangkaian kasus penembakan anggota polisi yang terjadi pada Juli hingga September 2013 lalu sampai kini belum juga terungkap.
Padahal polisi sudah berhasil mengidentifikasi pelaku penembakan, terutama pada 3 kejadian yang terjadi di Tangerang Selatan yakni di Cireunde, Ciputat dan Pondok Aren, dimana 3 orang polisi tewas dan satu polisi luka tembak.
Pelaku penembakan dalam 3 kejadian itu teridentifikasi sebagai Nurul Haq alias Jeck, pria kelahiran Jakarta, 16 September 1985, menikah dan memiliki satu anak, dengan pendidikan terakhir adalah akademi keterampilan serta Hendi Albar, pria kelahiran Kendal 7 Juli 1983, menikah dan memiliki 3 anak dengan pendidikan terakhir SLTA sederajat.
Keduanya diketahui pernah latihan di Gunung Syawal, serta ahli membuat senpi rakitan dan ahli merakit bom pipa.
Jenis senjata api yang digunakan keduanya dalam 3 kejadian ini adalah jenis pistol modifikasi antara pabrikan dan rakitan dengan menggunakan peluru 9,9 mm.
Belakangan diketahui bahwa senpi berasal dari pengrajin senapan angin di Cipacing, Sumedang, Jawa Barat.
Polisi sudah menyebar foto Nurul Haq dan Hendi Albar, namun belum juga menerima laporan masyarakat atas keberadaan mereka.
Sementara, dalam kasus terakhir, Aipda Anumerta Sukardi, anggota Ditpolair Mabes Polri tewas ditembak orang tak dikenal di depan Gedung KPK, di Jalan HR Rasuna Said, Selasa (10/9/2013) malam.
Penembak Sukardi kali ini menggunakan jenis senjata api yang berbeda dengan 3 kasus penembakan polisi sebelumnya.
Hasil uji balistik memastikan bahwa penembak Sukardi, menggunakan senjata api pabrikan jenis pistol dengan peluru berukuran 4,5 mm.
Walaupun begitu, polisi menduga bukan tak mungkin pelaku penembakan Sukardi adalah orang yang sama dengan pelaku penembakan sebelumnya atau paling tidak dalam satu jaringan yang sama.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Rikwanto, menuturkan, sampai kini belum ada perkembangan berarti dalam 4 kasus penembakan polisi ini.
"Belum ada perkembangan," katanya, Sabtu (26/10/2013).
Menurutnya kasus penembakan polisi cukup sulit diungkap atau cukup sulit menangkap pelakunya, karena kasus ini tergolong dalam kasus kejahatan tingkat tinggi.
Dalam banyak kasus kejahatan tingkat tinggi atau high level crime, kata Rikwanto, pelaku bukan saja merencanakan secara matang aksi kejahatannya, tetapi juga merencanakan dengan lebih matang tempat pelarian mereka atau tempat persembunyian mereka usai melakukan aksi kejahatannya.
"Dan ini juga terjadi dalam kasus penembakan polisi ini. Kami duga pelaku sudah merencanakan tempat pelarian mereka atau tempat persembunyian mereka, setelah melakukan penembakan terhadap anggota polisi," kata Rikwanto.
Karenanya, tambah Rikwanto, menjadi kesulitan tersendiri bagi polisi untuk menangkap pelaku, sekalipun identitas pelaku yakni dalam 3 kasus penembakan di Tangerang Selatan, sudah teridentifikasi atau diketahui.
"Jadi memang dalam kejahatan seperti ini, perlu waktu yang cukup lama untuk mengungkapnya," kata Rikwanto.
Yang pasti, katanya, polisi terus melakukan pendalaman kasus ini dan tak kenal lelah memburu pelaku. "Kami selidiki terus untuk menangkap pelakunya," kata Rikwanto.(bum)